Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Susunan berimbang dianalisis secara sintaksis dan semantik. Tujuannya untuk membuktikan.bahwa susunan berimbang adalah suatu bentuk paduan antara susunan setara dan tak setara. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sudah ada dalam bahan pustaka. Pengumpulan data tersebut dila_kukan dengan metode penelitian kepustakaan. Berdasarkan analisis sintaksis dan semantik dapat diketahui persamaan susunan berimbang dan susunan setara, sedangkan persamaan susunan berimbang dan susunan tak setara hanya bisa dianalisis secara semantik saja, karena secara sintaksis sudah jelas bahwa susunan berimbang dan susunan tak setara berbeda. Di samping itu terdapat pula perbedaan di antara ketiganya, sehingga dapat disimpulkan bahwa susunan berimbang merupakan bentuk paduan susunan setara dan tak setara. Dengan demikian susunan berimbang tidak termasuk susunan setara maupun susunan tak setara."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Augustina Isakh
"Dalam skripsi ini kata sandang Belanda akan dibahas dalam kaitannya dengan substantif yang menyertainya, yang dijabarkan dalam analisis sintagmatis dan analisis paradigmatis; berbagai kasus khusus pemakaian kata sandang de, het, een, dan _ yang nonidiomatis; Berta ciri-ciri sintaksisnya. Selain itu juga akan dibahas ciri-ciri pembeda semantis kata sandang Belanda menurut beberapa pakar linguistik Belanda. Sebagai tambahan juga dibahas mengenai kata tunjuk dalam Bahasa Belanda, yang meliputi deze, die, dit, dan oat. Dalam meneliti kata sandang ini penulis mengadakan penelitian pustaka dan penelitian korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan berbagai sumber rujukan pustaka yang berkaitan, dengan kata sandang. Setelah itu bahasan yang berasal dari sumber tadi dilengkapi dengan penelitian korpus. Dari hasil penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa kata sandang tidak memiliki makna, namun kata sandang memiliki fungsi, yaitu menentukan kata benda dan mensubstantifkan suatu kata, sehingga erat sekali keterikatan antara kata sandang dan kata benda. Berdasarkan tatabahasa baku Belanda, kata sandang termasuk salah satu kelas kata yang barmakna gramatikal, karena kehadirannya di dalam kalimat harus didampingi Oleh kelas kata benda, sehingga keterikatan tersebut akan memunbulkan makna baru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelwaty
"Yang menjadi topik dalam skripsi ini adalah koordinasi dalam Bahasa Belanda. Tipe koordinasi yang ada adalah tiga jenis, yakni asindeton, sindeton dan polisindeton. Tipe konjungsi yang dibahas ada dua belas. Pembahasan tipe koordinasi dengan konjungsi-konjungsinya menyangkut masalah 1) Bentuk, ciri serta fungsi konjungsi koordinasi dan 2) Ciri-ciri, khusus konjungta konjungtanya. Kedua masalah ini diterapkan pada kedua belas konjungsi yang ada. Empat dari dua belas konjungsi ini (en, maar, want dan dus) dibahas dari sudut sintaksis dan semantis. Dalam penelitian ini penulis mengadakan penelitian pustaka dan korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan sumber-sumber rujukan pustaka yang berkaitan langsung maupun tak langsung dengan pokok bahasan, kemudian bahasan yang berasal dari sumber pustaka tadi dibuktikan atau dilengkapi dengan penelitian korpus dari berbagai teks. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa syarat utama konjungta haruslah sama fungsi gramatikanya atau sama nilainya. Janis konjungta dapat berupa morfem, kata (kata majemuk), frase, klausa atasan ataupun klausa bawahan. Tipe konstruksi koordinasi yang ada bukan saja tiga tipe di atas namun ada dua tipe lain yang dapat ditambahkan, yakni tipe kalimat elips yang terdiri dari satu konjungsi saja dan tipe yang terdiri dari satu konjungsi dengan satu konjungta. Hal lain yang sering terjadi dalam konstruksi koordinasi adalah 1) proses pelesapan, yakni penghilangan anggota-anggota konjungta yang identik dan tidak bertekanan, 2) proses permutasi, yakni pemindahan urutan konjungta dengan tidak merubah makna kalimat atau dengan kata lain makna kalimat hasil permutasi harus logis dan 3) proses pemecahan atau pemisahan satu konstituen yang berstruktur koordinatif yang disebut solitsina. Akhirnya bentuk lain yang berbeda dengan bentuk koordinasi biasa adalah reeksvormers yang dapat membentuk suatu deret dengan konjungsi dan konjungta yang tidak terbatas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukandar
"'AN yang berfungsi sebagai konjungsi merupakan bagian dari partikel dalam bahasa Arab. Namun tidak semua konjungsi dalam bahasa Arab masuk dalam kelompok 'AN. Dalam penggunaannya 'AN ini mempunyai seperangkat aturan yang harus dipenuhi. Partikel konjungsi ini menghubungkan unsur-unsur kalimat yang sama, baik kala, kasus, modus maupun hirarkis sintaksisnya. Unsur-unsur kalimat sebelum dan sesudah 'AN ada yang dapat ditukar permutasinya dan ada yang tidak tergantung dari macamnya. Sebagai kata yang dikenal sebagai penyerta unsur lain dalam kalimat, partikel in! dapat koorelasikan dengan satu atau lebih adverbia. Dari segi semantis, ada beberapa 'AN yang mempunyai dua atau lebih makna dalam bahasa Indonesia, di samping makna relasi antar konjungta untuk tiap jenis Analisis skripsi ini disajikan dengan menggunakan kerangka teori yang dikemukakan oleh para ahli gramatika Arab dan dimodifikasikan dengan linguistik umum. Dengan tujuan, agar diperoleh gambaran yang lebih jelas dan lebih mudah dipahami."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo R. A. Heryani Ontowati
"Membatasi diri dengan mengambil data-data hanya dari karya-karya fiksi yang ditulis dalam bahasa Inggris modern baik dari Inggris maupun dari Amerika, yaitu karya karya yang diterbitkan tahun 1900 sampai 1980. Dengan demikian permasalahan yang dibicarakan dalam skripsi ini terbatas pada HAVE dalam ragam tertulis melalui saluran. karya fiksi, karena tidak mungkin membahas seluruh masa_lah dalam waktu yang terbatas. Ini memerlukan waktu yang banyak sekali."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustini Rizalina
"Penelitian mengenai ciri-ciri Sintaktis dan Semantis bahasa Inggris Teknologi dan bahasa Inggris Umum telah di lakukan melalui penelitian kepustakaan. Tujuannya ialah untuk memberikan sedikit gambaran tentang beberapa perbedaan ciri-ciri Bahasa Inggris Teknologi dan Bahasa Inggris Umum sehingga kiranya dapat memberikan kemudahan bagi orang awam untuk memahami tulisan-tulisan dalam Bahasa Inggris Teknologi.
Perbedaan ciri-ciri bahasa Inggris Teknologi dan bahasa Inggris Umum tersebut saya batasi pada lima ciri yakni menyangkut penggunaan kala, makna kata kerja bantu pengandaian should, may dan can, frekuensi bentuk pasif, posisi kata keterangan waktu then, first dan now, penggunaan kata kerja yang berasal dari bahasa Latin dan kata kerja berkombinasi.
Dalam memahami perbedaan ciri-ciri bahasa Inggris Teknologi dan Bahasa Inggris Umum. Perbedaan ini diperlihatkan yakni: (1)Sering didapatkan perbadaan dalam struktur kalimat kala kini Bahasa Inggris Teknologi dan Bahasa Inggris Umum. Perbadaan ini dijelaskan. (2) Kata kerja bantu pengandaian can yang mengandung makna kemampuan (ability) tidak dapat termasuk dalam modus imperatif sebab artinya menyangkut kecakapan, bakat, kemampuan sesuatu benda sendiri, jadi tidak menyiratkan suatu perintah maupun imbauan dan seruan. Kata kerja bantu pengandaian can yang bermakna ability ini biasanya terdapat dalam kalimat yang berkonstruksi aktif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
"Berdasarkan kenyataan bahwa buku-buku linguistik Jawa sebagian besar adalah karya-karya pedagogis, serta Pembahasan masalah dalam lingkup yang cukup luas, yang jika ditinjau secara teoritis banyak terdapat kekurangan maka penulis mencoba meneliti masalah tak bahasa Jawa da_lam tulisan ini secara teoritis serta membatasi lingkup masalah yang cukup sempit dengan harapan agar mencapai hasil yang lebih baik dan mendetil. Sebenarnya pembahasan masalah tak ini bukanlah yang pertama. Beberapa ahli telah membahasnya. Namun demikian pembahasan-pembahasan terdahulu yang kurang mendetil ter_sebut menunjukkan perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan pembahasan yang mendetil. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian ini. Dalam mengumpulkan data, penulis mengikuti saran La-bov dalam Harimurti Kridalaksana (1988: 25) yaitu agar melakukan; (1) penilaian atas kegramatikalan, (2) peni_laian atas ketaksaan dan (3) penilaian atas parafrasa yang betul terhadap data yang terkumpul. Penulis tidak banyak menemui hambatan dalam mengumpulkan data karena telah banyak kamus maupun buku-buku bahasa Jawa yang di_terbitkan. Walaupun hanya tak yang dibahas dalam tulisan ini, bukan berarti bahwa masalahnya akan mudah dipecahkan. Untuk itu penulis perlu memakai wawasan teoritis dari berbagai ahli linguistik dengan tujuan supaya menekan sekecil mungkin hal-hal yang luput dari tinjauan. Dengan mempergunakan metode induktif atas dasar azas praduga yang ilanjutkan pembahasan masalah untuk menuju kesim_pulan, penulis menenukan perbedaan yang mendasar antara tulisan-tulisan terdahulu dengan hasil penelitian ini. Pada tulisan-tulisan terdahulu tak hanya disebut sebagai prefiks saja. Namur demikian, setelah melalui berbagai pembahasan dalam tulisan ini dapat diketahui bahwa tak bahasa Jawa ternyata terdiri dari dua bentuk yang berbeda. Yang pertama sebagai proklitik dan yang kedua sebagai partikel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Gustinelly
"Niet dan geen dibahas dari segi sintaksisdan semantik. Dari segi sintaksis dibahas masalah kategorial, ditribusi. Dari segi semantik dibahas masalah jangkuan. Sebagai taktis juga dibahas perbedaan terjemahan niet dan geen dalam bahasa Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara niet dan geen baik dari sentaksis maupun semantik. Perbedaan tersebut menyangkut kategorial, distribusi, jangkauan dan terjemahan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S15938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
"Modifikator verbal merupakan suatu unsur di dalam frasa yang berfungsi untuk mendeskripsikan unsur inti, oleh karenanya modifikator tidak memiliki fungsi otonom di dalam tataran gramatikal. Analisis semantis modifikator verbal bahasa Indonesia menunjukkan bahwa modifikator verbal dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu: (1) modifikator sebagai penanda aspek; (2) modifikator sebagai penanda modalitas; (3) modifikator sebagai penanda kuantitas; dan (4) modifikator sebagai penanda derajat. Analisis sintaktis modifikator verbal, khususnya dengan mendasarkan diri pada verba sebagai titik pusat, menunjukkan bahwa modifikator verbal dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1) modifikator yang hanya dapat menduduki posisi mendahului verba; (2) modifikator yang hanya mampu menduduki posisi mengikuti verba;. serta (3) modifikator yang memiliki kebebasan. untuk menempati posisi mendahului maupun mengikuti verba. Analisis tentang jumlah kata yang membentuk suatu rangkaian modifikator verbal, memungkinkan untuk membuat analisis lebih jauh tentang pola urutan rangkaian modifikator verbal tersebut. Pola urutan di dalam rangkaian modifikator verbal tersebut akan didasarkan pada jumlah modifikator bebas yang terdapat di dalam posisi mendahului verba, dengan pertimbangan, hanya dalam posisi demikianlah, rangkaian modifikator verbal tersebut dapat ditemukan. Deskripsi pola urutan dalam rangkaian modifikator verbal menghasilkan empat kelompok besar pola urutan, yaitu: (1) pola urutan yang hanya memiliki satu modifikator bebas di kiri verba; (2) pola urutan yang memiliki dua modifikator bebas di kiri verba; (3) pola urutan yang memiliki tiga modifikator bebas di kiri verba; dan (4) pola urutan yang memiliki empat modifikator bebas di kiri verba. Pengertian modifikator bebas adalah modifikator yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi verba secara langsung. Pola urutan rangkaian modifikator verbal di dalam bahasa Indonesia tidak mantap. Ketidakmantapan tersebut disebabkan karena timbulnya kemungkinan suatu urutan yang ambigu, sehingga suatu rangkaian modifikator verbal dapat dideskripsikan ke dalam dua atau tiga kemungkinan nola urutan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11251
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Pramacitra
"Penelitian ini menjelaskan mengenai kata pasrah dalam bahasa Jawa. Pada kamus bahasa Jawa (Poerwadarminta, 1939) secara leksikal kata pasrah merupakan sebuah tindakan, sedangkan berdasarkan definisi yang diajukan de Jong (1985) kata pasrah merupakan kata sifat. Terlihat adanya perbedaan kata pasrah. Secara gramatikal pasrah menurut de Jong (1985) berkategori adjektiva, sedangkan menurut Poerwadarminta (1939) berkategori verba. Hal itu menjadi pemicu dalam topik penelitian ini yakni bagaimana makna kata pasrah secara leksikal dan kontekstual? Sumber data yang digunakan berupa novel dengan judul Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dianalisis menggunakan semantik leksikal dan semantik kontekstual, serta analisis gramatikal. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata pasrah dapat diartikan a) menyerahkan dalam hal konteks menitipkan, b) menyerahkan kepercayaan sepenuhnya kepada orang lain, c) berserah diri kepada Tuhan, d) patuh kepada Tuhan, dan e) menerima pada keadaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kata pasrah merupakan sebuah tindakan yang dapat diberi makna secara leksikal, kata pasrah dapat dimaknai secara kontekstual tergantung pada konteks kalimat, dan secara gramatikal kata pasrah berkategori verba yang mengisi fungsi predikat. Pasrah ditandai oleh pendampingan adverbia arep ‘akan’, kudu ‘harus’, dan verba klakon ‘terjadi’.

This study explains the word surrender in Javanese. In the Javanese dictionary (Poerwadarminta, 1939) lexically the word surrender is an action, while based on the definition proposed by de Jong (1985) the word surrender is an adjective. There is a difference in the word surrender. According to de Jong (1985), surrender grammatically is categorized as an adjective, while according to Poerwadarminta (1939) is in the category of verbs. This became the trigger for the topic of this research, namely what is the meaning of the word surrender lexically and contextually? The data source used is a novel with the title Ronggeng Dhukuh Paruk (2014). This study uses a qualitative method. Data were analyzed using lexical semantics and contextual semantics, as well as grammatical analysis. The results of the analysis show that the word surrender can be interpreted as a) surrendering in the context of entrusting, b) surrendering trust completely to others, c) surrendering to God, d) obedience to God, and e) accepting circumstances. The results of this study indicate that the word surrender is an action that can be given lexical meaning, the word surrender can be interpreted contextually depending on the context of the sentence, and grammatically the word surrender category of a verb that fills the function of the predicate. Surrender is indicated by the accompanying adverbs arep 'will', kudu 'must', and the verb klakon 'happens'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>