Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55733 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evita Ringkitan Ponto
"ABSTRAK
Buku cerita bergambar sangat bermanfaat, selain dapat menanamkan rasa cinta anak pada buku juga dapat menjalin keakraban anak dan orangtuanya. Di Indonesia, sejarah perkembangan buku cerita bergambar dimulai dari Balai Pustaka sebagai penerbit tertua dan juga pertama yang menerbitkan bacaan anak-anak. Sesudah tahun lima puluhan, barulah muncul buku cerita bergambar karya ilustrator dalam negeri. Walaupun penampilannya masih amat sederhana, namun buku-buku tersebut telah memenuhi syarat sebagai buku cerita bergambar. Selanjutnya sekitar tahun tujuh puluhan dengan munculnya penerbit-penerbit swasta yang menerbitkan bacaan anak, semakin bertambah pula buku cerita bergambar yang diterbitkan. Pada tahun tujuh puluhan ini ada beberapa buku cerita bergambar yang memiliki corak khas dari ilustrasinya, meskipun berwarna hitam-putih tetapi cukup dapat menumbuhkan imajinasi anak. Tahun delapan puluhan, adalah masa buku-buku terjemahan membanjiri bacaan anak terutama buku-buku yang memiliki ilustrasi sebagai porsi terbesar. Salah satu alasan mengapa penerbit-penerbit tersebut banyak menerbitkan buku cerita terjemahan, ialah karena masalah ongkos produksi yang tinggi unruk menerbitkan buku cerita bergambar dalam negeri. Keadaaan seperti ini tanpa disadari dapat membuat peranan ilustrator Indonesia semakin terpojok. Dalam waktu sepuluh tahun terakhir hingga pertengahan tahun 1988, tercatat jumlah buku cerita bergambar dalam negeri sebanyak 52,86% dan jumlah buku cerita bergambar luar negeri sebanyak 47,14%. Walaupun buku cerita bergambar yang diterbitkan atau yang beredar kini sudah lebih banyak dibandingkan sepuluh tahun yang lampau tetapi masih kurang baik dari segi variasi dan mutu. Beberapa masih berwarna hitam-putih. Tata letak dan ilustrasi kurang seimbang. Penggambaran karakter tokoh cerita masih lemah. Jumlah kalimat terlalu banyak. Dan penampilan ilustrasinya menunjukkan penguasaan teknik menggambar dari para ilustrator cukup baik.

"
1989
S15263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesdanina Damly
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`Luam Mantsura
"Menuturkan cerita merupakan hal yang mudah dan dapat dilakukan oleh kalangan manapun. Pada anak, kegiatan ini banyak memberikan manfaat bagi perkembangannya. Ternyata terdapat dua cara penyajian cerita yang saling dan dengan mudah dilakukan oleh pencerita yaitu, menuturkan cerita dibantu dengan buku cerita bergambar dan tanpa buku cerita bergambar. Hasil dari kegiatan ini tentunya diharapkan anak dapat memahami cerita yang dituturkan.
Bila dilihat melalui proses pengolahan informasi, maka cerita yang dituturkan merupakan sebuah informasi baru bagi anak. Kemudian informasi itu akan terpapar pada sensory memory kemudian di teruskan ke short term memory hingga bermakna dan tersimpan dalam long term memory. Dalam long term memory terdapat script, yaitu representasi pengetahuan secara mental. Jadi bila diteliti lebih jauh maka, cerita yang disampaikan dengan Cara berbeda, maka pengolahan informasinya akan berbeda, sehingga akan menghasilkan script yang berbeda pula. Maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, bagaimana proses pemerolehan script sebagai hasil pemahaman anak terhadap cerita yang disajikan. Hal ini dapat diketahui melalui uraian komponen script yang diperoleh anak ketika menceritakan kembali cerita tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail pada subjek maka dilakukan pendekatan penelitian melalui studi kasus. Teori yang digunakan adalah teori pengolahan informasi, script dan diuraikan pula karakteristik anak usia tiga tahun.
Subjek penelelitian adalah 4 orang anak usia tiga tahun (dengan rentang usia 3 tahun sampai 3 tahun 8 bulan). Anak sudah mampu berbicara paling sedikit mampu merangkaikan dua kata menjadi sebuah kalimat. Anak mampu berinteraksi dan bercakap-cakap berbentuk tanya jawab yang terbuka terhadap topik yang beragam. Ibu dari keempat subjek merupakan bagian dad 30 orang ibu yang mengisi daftar kata yang disarikan dad Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS Poerwadarminta, 1988). Melalui daftar kata ini dapat diketahui kata yang telah diucapkan dan dipahami anak usia tiga tahun.
Script adalah representasi pengetahuan, sehingga untuk mengetahui bagaimana anak memaharni informasi dapat dilihat melalui bagaimana struktur script anak. Setiap script diaktifkan oleh judul script. Script terdiri atas beberapa komponen yaitu variabel-variabel dan benda yang mendukung berlangsungnya peristiwa(prop), tokoh dan peran yang dimainkan (role), tindakan (scene) dan kumpulan uraian yang menjelaskan tindakan (slot). Analisa hasil akan dilihat melalui uraian komponen script cerita narasi yang anak peroleh, sehingga akan terlihat pemahaman anak terhadap cerita.
Basil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua penyajian cerita, anak memiliki indikasi mernahami cerita yang disampaikan. Hal ini terlihat dari bagaimana anak menceritakan kembali cerita tersebut. Perbedaan strategi pengolahan informasi sangat jelas terlihat, dimana pada penyajian dengan buku cerita bergambar anak sangat sederhana menggunakan strategi elaborasi dan visual imagery. Hal ini jauh berbeda dengan penyajian tanpa buku cerita bergambar, dimana anak sangat kaya dan kuat melakukan visual imagery dan elaborasi, sehingga tampak adanya penyimpangan alur cerita dan membuat rangkaian cerita selanjutnya berbeda dengan alur cerita naskah instrumen. Walau demikian, tujuan akhir cerita sangat mirip dengan apa yang terurai dalam naskah instrumen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesdanina Damly
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti Buku Cerita Bergambar (BCB) anak di RFJ tahun 1970-1990 dilihat dari segi pedagogis dan sosial politis masyarakatnya. Buku-buku yang dipilih yaitu yang mendapat hadiah tahunan dan nominasi Deutscher Jugendbuch--preis (DJP) antara tahun 1970 sampai 1990 dan berjumlah 38 buah.
Penelaahan dalam tesis dilihat dari metode kritik ideologi (dalam perkembangan terakhir teori ini desebut Teori Kritis) yang dikembangkan oleh Malta Dahrendorf. Kritik tersebut berasal dari teori Wissenssoziologie. Teori ini berasal dari Sosiologi Sastra yang terbagi atas dua aliran yaitu aliran Marxistis dan Wissenssoziologi. Karl Mannheim dari aliran Wissenssoziologie berpendapat bahwa suatu konsep akan muncul sebagai ide/ gagasan jika diamati dari dalam dan sebagai ideologi sejauh ia diamati dari luar.
Tujuan kritik ideologi/ teori kritis adalah membuat suatu teks transparan yang berarti bahwa minat, tujuan pengarang harus dibuat menjadi jelas.
Dengan demikian kritik ideologi/ teori kritis berupaya untuk membuka tabir ideologi (ide, gagasan) dalam suatu teks, harus menerangkan motivasi dan penyebab adanya ideologi tersebut.
Harus pula diterangkan mengapa suatu ide dianggap wajar atau tabu.
Untuk mengetahui penyebab dan motivasi tersebut dan untuk lebih mengerti sastra anak dan remaja (SAR) tahun 1970-an maka harus diketahui latar belakang politik dan sosial budaya RFJ tahun 60-an sampai 90-an.
Demonstrasi mahasiswa pada tahun 70-an sangat berperan bagi kesusteraan anak dan remaja pada kurun waktu itu. Bersamaan dengan itu filsafat Kritische Theorie(Teori Kritis) dari aliran Frankfurter Schule yang dikembangkan oleh Horkheimer dan Adorno yang lebih dikenal sebagai aliran Neue Linke (aliran Kiri Baru ) atau Dialektik.
Bertitik tolak dari perdebatan antara golongan Dialektik dan Positivismus (para ahli psikologi sosial) mengenai pendidikan, pada tahun 70-an timbullah dua aliran dalam Kesusasteraan Anak dan Remaja yaitu : 1) aliran yang politis-revolusioner atau disebut juga aliran sosiologis-marxistis dan 2) aliran antiotoriter atau aliran reformeris-emansipatoris.
Da1am tesis ini juga diuraikan apa yang dimaksud dengan buku cerita bergambar (BCB), pembagian jenis (genre), sedikit sejarah perkembangannya, penilaian dan fungsi SAR yang sering berbeda-beda menurut kebutuhan jaman (umpamanya fungsi dan tujuan BCB dalam zaman Nazi berbeda dengan BCB sesudah perang dunia kedua)
Analisis BCB secara tematis dan kritik ideologis terhadap 38 karya--karya pilihan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1) 35% dari BCB yang diteliti dapat dikategorikan ke dalam BCB yang baik menurut kriteria Dahrendorf, Haas dan Freund. Termasuk ke dalam golongan ini yaitu BCB yang termasuk butir 5.2, 5.3 dan 5.4 dalam tesis.
2) 65% dari BCB yang diteliti adalah BCB yang mempunyai misi dari suatu golongan tertentu dengan ide-ide, gagasan, tujuan-tujuan tertentu, tidak murni untuk anak, melainkan lebih sesuai untuk konsumsi orang dewasa, karena sukar ditangkap daya pikir anak 3-8 tahun. Dengan kata lain BCB tersebut dipolitisasi atau dimanipulasi demi kepentingan kelompok tertentu. Termasuk ke dalam golongan ini yaitu butir-butir 5.1, 5.5, 5.6 dan 5.7.
Akan tetapi pada akhirnya BCB anak tak mungkin luput dari suatu ide, gagasan maupun ideologi tertentu, karena seperti kata Kluckhohn yang dikutip oleh Mussen, seorang ahli psikologi anak, adalah bahwa setiap masyarakat akan mendidik generasi mudanya menurut apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai warisan leluhurnya berupa adat sopan santun, ajaran hidup, pengetahuan, kebudayaan dan cara berpikir masyarakat tersebut.
Selain itu Malta Dahrendorf menyatakan bahwa pemikiran atau cara berpikir seseorang tak dapat dihindari dari sifat ideologis, karena orang itu tak dapat berdiri di luar perdebatan politis, sebab ia harus mengambil sikap.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam BCB di RFJ yang mendapat hadiah DJP antara tahun 1970 sampai 1990 ini terdapat kritik terhadap teknologi modern, beserta dampaknya. Teknologi yang telah menghasilkan masyarakat industri membawa dilema yaitu kesejahteraan dan sekaligus malapetaka.
Jalan keluar satu-satunya adalah menyadarkan generasi muda akan hal itu dan berupaya mengurangi dampak buruk teknologi seringan mungkin. Para pengarang melakukan tugas mereka dengan menulis BCB untuk anak umur 3-8 tahun, karena pendidikan harus di mulai sedini mungkin, walaupun dalam penelitian ini terbukti bahwa 65% BCB yang diberi penghargaan yang bergengsi di RFJ itu dikategorikan sebagai buku yang lebih cocok untuk orang dewasa. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Wahyunarso
"ABSTRAK
Psikolinguistik merupakan cabang ilmu linguistik. Cabang ilmu ini merupakan penggabungan psikologi dan linguistik. Psikolinguistik membahas proses pembelajaran bahasa yang berkaitan dengan perkembangan mental. Aspek linguistik dan psikologi menjadi landasan penelitian ini, dengan penekanan sudut Pandang semantik.
Penelitian ini menganalisis kesesuaian bahasa dalam empat Buku Cerita Bergambar Anak. yaitu : Frau Meier , die Amsel ; Oh, wie schon ist Panama,' Die Kannincheninsel dan Der Bar, der ein Bar bleiben wollte dengan tingkat perkembangan bahasa anak. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca mengenai perlunya memperhatikan perkembangan bahasa anak, sehingga para pembaca dapat menyeleksi buku bacaan yang bermanfaat dan dapat dimengerti oleh anak-anak dari segi pemahaman bahasa. Dari hasil analisis dapat disimpulkan unsur-unsur Buku Cerita Bergambar Anak yang sesuai dengan perkembangan kognisinya dan unsur-unsur mana yang belum dipahami anak.

"
1999
S14697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Ismail, editor
"Buku ini merupakan kumpulan sajak-sajak Taufiq Ismail, terutama berasal dari kumpulan buku Kulit Tua dan Laut Biru (belum terbit) ..."
Djakarta: Dewan Kesenian, 1969
K 899.221 12 TAU b
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Fenomena mengenai perbedaan kualitas dan kuantitas bacaan anak lokal dan terjemahan di Indonesia dijadikan sebagai latar belakang penelitian ini. Permasalahan yang akan diangkat yaitu untuk mengetahui adakah persamaan dan perbedaan karakteristik bacaan anak lokal terjemahan termasuk apa keunggulan dan kelemahannya serta bagaimana kebijakan penerbit dalam menentukan proporsi bacaan anak lokal dan terjemahan. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan mengkaji jenis bacaan buku cerita bergambar (picture story book) yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000.Tujuan penelitian yaitu menganalisis isi bacaan anak serta membandingkan karakteristik bacaan anak lokal dan terjemahan yang menyangkut unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, dan format buku, termasuk mengungkapkan persamaan dan perbedaan serta keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada bacaan anak lokal dan terjemahan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik yang dibahas adalah kebijakan masing-_masing penerbit dalam menerbitkan bacaan anak lokal dan terjemahan yang hasil terbitannya dikaji dalam penelitian ini.Metode penelitian ini adalah analisis isi bacaan anak( yang terdiri atas unsur-unsur intrinsik fiksi, ilustrasi, dan format buku. Kemudian dilanjutkan dengan membuat perbandingan karakteristik bacaan anak lokal dan terjemahan. Untuk mengungkapkan kebijakan penerbit mengenai proses penerbitan bacaan anak, dilakukan wawancara dengan editor bacaan anak dari penerbit Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan bacaan anak lokal dan terjemahan. Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, bacaan anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokoh utama, dan sudut pandang. Sedangkan dari segi ilustrasi keduanya memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada ragam bacaan anak. Bacaan anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi.Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang; penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal. Hal-hal di atas menyebabkan kuantitas penerbitan bacaan anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan."
[;;, ]: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rahman
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
613.042 ANT c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Conchita Zaubin
"Penelitian mengenai penggunaan Kata Ganti Orang dilakukan dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Tujuannya untuk mengetahui ragam bahasa, tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan Kata Ganti Orang Pertama dan Kata Ganti Orang Kedua. Pengumpulan data dilakukan melalui penyeleksian data-data KGO I dan KGO II yang terdapat dalam buku-buku cerita bergambar yang dilanjutkan dengan metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian skripsi ini bukan merupakan gambaran menyeluruh yang mencakup semua karakteristik KGO I dan KGO II. Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan telah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kata ganti yang merupakan ragam bahasa pria adalah washi, boku, ore, oira, kisama, teme. Kata ganti yang merupakan ragam bahasa wanita adalah watai, atashi, atai. Kata ganti yang merupakan kata ganti netral yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah watakushi, watashi, ware, waga, anatasama, anata, anta, kiwi, omae, onore walaupun kadangkala terdapat kecenderungan pemakaian oleh satu pihak saja. Untuk bentuk jamak, akhiran -tachi cenderung digunakan oleh wanita dan akhiran -ra cenderung digunakan oleh pria. 2). Bentuk jamak KGO I tidak dibatasi oleh jenis kelamin yang berbeda dan masuk tidaknya lawan bicara dalam ruang lingkup pembicaraan sedangkan bentuk jamak KGO II tidak dibatasi oleh jenis kelamin acuan yang berbeda dengan pembicara walaupun kata ganti tersebut merupakan ragam bahasa pria atau wanita. Bentuk jamak biasa ditunjukkan dengan akhiran -tachi atau -ra. Bentuk hormat menggunakan akhiran -gata dan bentuk merendahkan diri menggunakan akhiran -domo. 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembicara dalam menentukan penggunaan KGO I dan KGO II adalah usia, jenis kelamin, kedudukan diri sendiri dan lawan bicara serta suasana hati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Hanum
"Makalah ini membahas pola komposisional dalam buku cerita bergambar bilingual sebagai bentuk usulan kerangka membaca buku cerita bergambar bilingual. Studi kasus ini melakukan analisis wacana multimodal terhadap lima buku cerita bilingual Indonesia-Inggris. Pendekatan multimodal digunakan untuk memahami elemen visual dan teks bilingual dalam buku cerita bergambar. Analisis dilakukan dengan melihat pola fitur tata letak, bingkai, fokus, dan nilai informasi dari teks verbal dan visual. Studi ini menunjukkan beberapa temuan. Pertama, pola tata letak teks visual dalam buku cerita bilingual cenderung disusun terintegrasi di atas latar berwarna sehingga memudahkan pembaca mengenali teks verbal. Kedua, teks visual dan verbal cenderung dibuat tanpa bingkai dengan konteks digambarkan secara penuh sehingga pembaca merasa dekat dengan cerita. Ketiga, susunan fokus cenderung dibuat terpolarisasi pada dua kutub secara vertikal dengan menempatkan teks verbal di atas teks visual. Keempat, pengorganisasian teks verbal dalam buku cerita condong diletakkan pada posisi bernilai sedang untuk menyampaikan informasi umum dan familier bagi pembaca. Berdasarkan temuan tersebut, pembaca diharapkan dapat membangun interaksi dalam kegiatan membaca buku bersama dengan memanfaatkan pola-pola tersebut. Temuan ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi pembaca dalam memilih buku bilingual sesuai tingkat literasi. Adapun susunan bahasa dalam buku bilingual perlu mendapat perhatian khusus bagi pembaca untuk menetapkan kembali tujuan membaca buku cerita bilingual, yakni sebagai bahan pendukung kegiatan belajar bahasa asing atau sebagai bahan bacaan rekreasi.

This paper discusses the design of compositional meanings in bilingual picture books. It aims to offer a framework for reading bilingual picture books. Employing a case study, this study was conducted by using a multimodal discourse analysis drawing on five Indonesian - English picture books. The multimodal analytical approach involved the compositional meaning of the visual elements and dual texts in bilingual picture books. The analysis was carried out by examining the patterns of layout, frames, focus, and information values of verbiage and image in the books. This study highlights several findings. First, the layout design of verbiage and image tends to be arranged integrated over a coloured background making it easier for the reader to recognize the verbal text. Secondly, the image and verbiage tends to be frameless with contextualised background so as to allow readers to feel intimate with the story. The focus arrangements tend to be polarized vertically by placing the verbiage above the image. Finally, the organization of verbiage in bilingual picture books tends to be placed in a moderate value position conveying general and familiar information for readers. These findings suggest the expected reader to build interaction in joint-reading activities with those patterns of design. Readers however can choose their own bilingual picture books based on their level of literacy. The composition of languages in bilingual picture books require certain recognition from readers to redefine the purpose of reading bilingual books such as a supporting material for foreign language learning or as reading-for-pleasure material.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>