Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21851 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M.M. Tristiastini
"Menurut para ahli sastra drama Die Verspaetung karya Wolfgang Hildesheimer digolongkan ke dalam bentuk drama absurd. Skripsi ini ingin membuktikan kebenaran pernyataan di atas dengan melakukan penelaahan terhadap teks drama Die Verspaetung. Penelaahan dilakukan dengan membandingkan teori drama absurd dengan teori drama konvensional dan drama epik--yang merupakan dua bentuk drama yang sudah ada sebelumnya -- dengan berpegang pada unsur-unsur drama seperti tema, latar, tokoh dan alur. Untuk itu dipaparkan pengertian drama absurd dengan membahas arti kata absurd itu sendiri yang kemudian dihubungkan dengan konsepsi Albert Camus, beserta ciri-ciri drama ini.Setelah dilakukan penelaahan terhadap tema, latar, tokoh dan alur drama Die Verspaetung, ternyata drama ini memang sesuai dengan teori drama absurd yang ada; sehingga dapat disimpulkan bahwa drama Die Verspaetung ini benar-benar sebuah drama absurd. Penelaahan ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkenalkan apa dan bagaimana drama absurd itu, yang merupakan bentuk drama yang masih belum begitu dapat diterima oleh masyarakat Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Salsabila
"Kondisi dunia setelah Perang Dunia II melahirkan tema-tema terkait kematian dalam kesusastraan Prancis. Salah satu contoh karya sastra dengan tema ini adalah LEtranger, sebuah roman yang dipenuhi aspek-aspek absurditas yang ditulis oleh Albert Camus. Konsep absurditas Camus menyatakan bahwa untuk menghadapi absurditas, manusia harus berkonfrontasi dengan kondisi absurd secara langsung dengan kesadaran. Dengan begitu, manusia dapat menjalani hidup absurd hingga kematian tiba. Artikel ini memperlihatkan bagaimana peristiwa kematian yang secara konsisten hadir dalam roman LEtranger berkaitan dengan absurditas Camus.
Melalui analisis perkembangan fokalisasi dalam cerita, narasi Meursault menunjukkan hubungan gagasan absurditas Camus dengan kematian melalui perubahan Meursault dalam memaknai kematian. Selain itu, analisis struktur naratif teks melalui alur cerita menunjukkan bahwa peristiwa kematian mengantarkan tokoh utama dalam menjadi Manusia Absurd. Terasingkan dari masyarakat akibat pandangannya terkait kematian, Meursault sampai pada kesadaran bahwa menjadi orang asing di dunia yang absurd berarti menerima kepastian kematian dengan terus menjalani hidup dengan tanggung jawab.

The worlds condition after World War II gave birth to death-related themes in French literature. One example of literature work is LEtranger, a novel rich with aspects of absurdity written by Albert Camus. Camus concept of absurdity states that to face absurdity, one must confront it with consciousness and live through the absurd life until death. This article aims to reveal how death, which consistently occurs in LEtranger, is related to Camus concept of absurdity.
Through the analysis of focalization development apparent in the story, the recurring events of death as told through Meursaults narration connects Camus idea of absurdity and death. Moreover, storyline and narrative breakdowns show that death occurrences expose the main character to the steps towards becoming the Absurd Man. Alienated in a world of absurdity, Meursault shows how being the stranger means accepting the inevitability of death by continuing to live the absurd life with consciousness and responsibility.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Houndmills: Macmillan, 1991
891.784 2 DAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rieuwpassa, Keeke I.A.
"ABSTRAK
Skripsi ini menguraikan unsur-unsur absurditas yang terdapat dalam drama Pastorale karya Wolfgang Hil_desheimer berdasarkan teori Martin Esslin. Tujuannya adalah untuk menunjukan bahwa sebenarnya unsur-unsur yang bersifat absurd itu adalah pencerminan kenyataan.
Dalam drama Pastorale ditemukan unsur-unsur absurditas menurut Martin Esslin yang mencakup fungsi bahasa, alur, tokoh dan elemen mimpi. Melalui unsur-unsur yang tidak konvensional itu dapat terlihat bahwa sesungguhnya sebuah karya sastra absurd merupakan salah satu cara yang baik untuk mengetengahkan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata dalam masyarakat modern.

"
1995
S14684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Christiara Adinda
"Rangkaian pengalaman pahit yang dihadapi Albert Camus mengarahkannya pada pemikiran absurditas mengenai pertanyaan akan makna hidup manusia di tengah penderitaan yang tidak tentu akhirnya. Absurditas memaksa manusia untuk memilih jalan keluar yang diinginkannya; bunuh diri atau pemberontakan. Pemikiran mengenai absurditas itu kemudian disampaikan oleh Albert Camus dalam karyanya berjudul Le Malentendu. Drama ini memperlihatkan impian yang dimiliki tokoh Martha sebagai tokoh utama, serta absurditas yang dihadapinya karena penolakan dari ibunya. Kajian atas struktur alur drama yang menggunakan model piramida Gustav Freytag memperlihatkan bahwa dalam rangkaian babak drama Le Malentendu terdapat keterkaitan antara kebahagiaan yang sebenarnya sudah dimiliki Martha dan absurditas yang lahir dari kebahagiaan tersebut. Pada bagian akhir disimpulkan bahwa drama Le Malentendu menunjukkan bahwa kebahagiaan dan absurditas saling berlawanan sekaligus saling berkaitan.

The bitterness of life which Albert Camus has undergone led him to an idea of the absurdity that questions the meaning of life in the midst of sufferings that knows the end. Absurdity compels someone to choose a way out committing suicide or going against it revolting. Camus then brought the idea of absurdity, Le Malentendu, one of his plays. It shows the dream of Martha, the main character, and the absurdity she has to face because of her mother rsquo s rejection. The study of dramatic structure using Freytag rsquo s Pyramid model shows that the sequences of drama rsquo s chapters reflect a connection between Martha rsquo s happiness that she already has and the absurdity that occured. In the conclusion, it shows that both happiness and absurdity in Le Malentendu are contradictory, yet related to each other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sadam Wildan Aliffi
"Cinta merupakan hal absurd yang dapat dialami oleh manusia. Suatu hal kompleks yang terkadang tak dapat begitu saja dijelaskan melalui kata-kata. Akan tetapi, cinta sering disederhanakan sebagai hal yang mendatangkan kebahagiaan. Hal tersebut merupakan kenyataan yang menjadi persepsi orang-orang miliki terhadap cinta. Namun, realitas dapat mengatakan yang berbeda bahwasannya cinta juga dapat berupa penderitaan yang menyebabkan kesedihan mendalam. Penderitaan tersebut menunjukkan sisi lain mengenai cinta yang selama ini jarang disadari oleh orang-orang. Meskipun begitu, terlalu prematur untuk sekadar mengatakan bahwa cinta hanya seputar kebahagiaan serta penderitaan karena cinta lebih kompleks dari hal tersebut. Dengan menggunakan metode autoetnografi, penelitian ini hendak menelaah realitas lain melalui pengalaman pribadi penulis atas pengalaman pahit cinta sebagai titik berangkat. Kemudian menelaah hal tersebut melalui pendekatan eksistensialisme Søren Kierkegaard untuk menunjukkan bahwa cinta merupakan hal absurd nan kompleks dengan segala bentuknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa cinta merupakan pilihan eksistensial yang diambil oleh setiap individu yang ingin merasakannya.

Love is an absurd thing that can be experienced by humans. A complex thing that sometimes is not enough to be explained through words. However, love is often simplified as the thing of full happiness. That’s the notion that people have about love. However, reality can say something different, that love can also be in the form of suffering which causes deep sadness. The suffering shows the other side of love that many people rarely realize. Even so, it’s too premature to say that love is only about happiness and suffering because love is more complex than that. Through the use of the autoethnographic method, this study seeks to examine other realities through the author's personal experience of the bitter experience of love as a starting point. Then examines it through Søren Kierkegaard's existentialism approach to show that love is an absurd and complex thing with all its forms. Which concludes that love is an existential choice taken by every individual who wants to feel it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Harper Collin College, 1992
801 INT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R.R. Indah Nuritasari
"Sastra harus dapat menggambarkan kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, sastra juga harus mengajak masyarakatnya memperbaiki kondisi yang ada, dan membawa mereka kepada suatu masyarakat ideal yang dicita-citakan bersama. Begitulah prinsip sastra yang diyakini Bertolt Brecht, seorang penyair besar Jerman yang lahir di Augsburg pada 10 Januari 1898. Menurut Brecht, dalam abad teknologi dan suatu pengetahuan saat ini masyarakat menuntut suatu bentuk sastra yang baru yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. Karenanya sastra (dalam hal ini teater) harus menyuguhkan isi yang aktual, dan memperbaiki standar teknis yang sudah tidak relevan lagi dengan jamannya. Berdasarkan pemikiran itu Bertolt Brecht Merumuskan suatu bentuk drama baru yaitu episches theater. Teater ini merupakan bentuk penolakan Brecht terhadap teater Aristoteles yang menyajikan ilusi dan tidak membuat penontonnya ikut memikirkan dengan kritis masalah yang dipaparkan dalam cerita. Dengan isi yang aktual dan standar teknis yang sesuai dengan masyarakat modern episches theater diyakini Brecht dapat menjadi alat yang bisa membantu masyarakat mengatasi problema yang mereka hadapi. Skripsi ini membahas dan menganalisis unsur-unsur episches theater dalam drama Die Dreigrosheroper karya Bretch. Die Dreigrosheroper ditulis dan dipentaskan pertama kali pada tahun 1928. Dalam drama inilah Bretch pertama kali menuangkan teori episches theater-nya yang ternyata kemudian disambut hangat oleh masyarakat dan para kritisi sastra. Berkat kegemilangan karya ini dalam sekejap nama Bretch menjadi terkenal dan diperhitungkan dalam dunia kesusastraan Jerman. Karena itulah Bretch menyebut Die Dreigrosheroper ini demonstrasi episches theater-nya yang paling berhasil."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rooslain Wiharyanti
"Telaah terhadap dua naskah drama Jawa modern karya Bambang Widoyo Sp. yaitu Rol dan Leng yang diterbitkan dalam kumpulan naskah drama berjudul Gapit (diterbitkan pada tahun 1998 oleh Yayasan Bentang Budaya dibantu oleh Taman Budaya Surakarta dan The Ford Foundation). Tujuannya adalah untuk menemukan kritik-kritik sosial yang terdapat dalam Rol dan Leng. Pembahasan dibatasi menjadi suatu pemahaman terhadap tema drama Jawa Rol dan Leng berdasarkan sosiologi sastra. Tema dianalisis dengan suatu pendekatan intrinsik. Teori-teori yang dipergunakan yaitu teori drama Waluyo, Atar Semi, Luxemburg dan Oemarjati yang mengatakan bahwa drama adalah teks yang didominasi oleh dialog-dialog yang berisi tentang konflik-konflik manusia. Dasar dari drama adalah action dan acting karena pada dasarnya drama dibuat dengan tujuan untuk dipentaskan.
Analisis tema mempergunakan teori Bakdi Soemanto yang mengatakan terra sebagai pemikiran yang meliputi ide-ide dan emosi yang ditunjukkan oleh kata-kata dari semua karakter dan keseluruhan arti dari lakon atau drama itu sendiri. Selain itu juga teori Waluyo yang menggolongkan drama Rol dan Leng sebagai sosio drama yang beraliran realisme sosial. Teorinya juga dipergunakan dalam rekonstruksi alur. Proses analisis tema adalah sebagai berikut: 1) pemaparan tokoh; 2) pemaparan konflik antar tokoh; 3) rekonstruksi alur berdasarkan konflik yang terjadi; 4) penentuan tema berdasarkan puncak konflik. Setelah melalui tahapan tersebut diperoleh tema Rol yaitu penembakan buron tanpa jalur hukum, sedangkan tema Leng yaitu industrialisasi yang menekan rakyat kecil.
Hasil analisis tema tersebut kemudian dijadikan bahan untuk menentukan kritik-kritik sosial yang terdapat dalam Rol dan Leng. Penentuan tersebut berdasarkan pendekatan sosiologi sastra dengan menggunakan teori Damono yang mengatakan karya sastra mencerminkan persoalan sosial dan jika pengarangnya peka dapat memunculkan kritik-kritik sosial. Selain itu juga dipergunakan teori Wellek & Waren yang membatasi pembahasan sosiologi sastra ini dalam klasifikasi sosiologi karya sastra yang secara khusus mengenai tujuan dan amanat yang terdapat dalam suatu karya. Serta teori Ian Watt dalam Damono yang memberikan batasan pembahasan hanya dalam konteks sosial pengarang. Dalam tahapan ini, ditemukan kritik sosial dalam Rol yang secara umum tentang penembakan misterius Mau Petrus dan dalam Leng secara umum tentang industrialisasi pedesaan. Kritik-kritik sosial tersebut disampaikan secara langsung oleh Bambang Widoyo Sp. dalam dialog tokoh-tokohnya, melalui konflik yang terjadi, dan melalui tema."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Dameria
"ABSTRAK
Meneliti kesusastraan Jepang, terutama membaca dan mengkaji karya sastranya merupakan hal yang sangat sulit, tetapi menarik dan menyenangkan. Berdasarkan anjuran pembimbing skripsi, penulis memilih salah satu drama rakyat karya Kinoshita yaitu Yuuzuru

"
1985
S13718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>