Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45990 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmawaty
"In dleser arbelt wurde der Wortschatz der Jugendsprache analyslert. lm Mitteipunkt der Analyse stand Bedeutungswandel des Wortschatzes aus der Standardsprache In die Jugendsprache. Die Untersuchungsdaten wurden aus der Jugendzeltschrift Bravo entnommen.
AEs theoritlsche Grundlagen wurden die verschiedenen Arten der Bedeulung nach Blanke, und das Konzept des Bedeutungswandeis nach Keraf verwendet. Die Datenanalyse baslerte auf den Korrzeptionen von Bianke and von Keraf.
Nach der Datenanalyse kann Ich folgende Schlussesse ziehen. Der Wortschatz der Jugendsprache wurde nicht nur aus der deutschen Standardsprache entnommen, sondern such aus Fremdsprachen. Das Engllsche ist heute die wichtigste Quelle fir Jugendsprache in Deutschland. Jugendliche verwenden gern Fremdsprachen, vor ahem Englische, urn ihre gleichatlrigen zu imponieren, weal sie nosh ihre Identitat suchen. AulIerden wurden viele Metaphern benOtzt, urn etwas Geheimnisses unter ihnen zu aubern."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Runni Kurniasari
"Skripsi ini membandingkan kecenderungan dan hasil nilai antara bentuk tes yang menggunakan gambar dan tidak, serta melihat pengaruh penggunaan gambar dalam tes kosakata terhadap pemahaman dan daya ingat mahasiswa semester empat tahun ajaran 2007/2008 Program Studi Jerman Universitas Indonesia. Metode penelitian ini adalah eksperimen, sedangkan penyusunannya menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian menghasilkan bahwa penggunaan gambar pada tes kosakata memiliki kecenderungan nilai Iebih tinggi dan dapat meningkatkan pemerolehan nilai, namun tidak mampu meningkatkan daya ingat peserta tes. Basil penelitian menyarankan bahwa gambar kurang efektif digunakan pada bentuk tes kosakata, namun dapat dimanfaatkan dalam proses pengajarannya.

This research compares the tendency and result of the using of picture in German vocabulary tests to observe how the using of picture influences fourth-semester students' understanding and memory. This research is focused on fourth-semester students of the German Departement in the University of Indonesia. This is done through an experiment, and data collecting is done through a description of quantity. This research shows that the using of picture in vocabulary test has the tendency to increase students' scores, but it does not increase the students' memory. In the end, it is suggested to use picture in teaching Deutsch to students, but it is not recommended to do so in vocabulary tests."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14976
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Pusat Leksikologi dan Leksikografi, 2006
499.221 BAH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Pusat Leksikologi dan leksikografi, 2006
410 BAH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fany Ola Maulina
"Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Penggunaannya di kalangan remaja dianggap sebagai sebuah prestise yang dapat menaikkan kepercayaan diri mereka dan sekaligus sebagai identitas diri. Pengaruh bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman dikenal dengan Anglizismen. Banyaknya pengaruh bahasa Inggris ke dalam bahasa Jerman dapat dilihat di beberapa media seperti koran, majalah, televisi, internet dan bahkan pada musik. Dalam pembentukkannya, para remaja secara kreatif menciptakan kosakata baru atau juga menggabungkannya dengan kata yang sudah ada. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan bahasa remaja di Jerman yang terdapat dalam suatu lagu rap berjudul I Can Feel It karya Carlo Waibel dan mendeskripsikan unsur katanya yang mendapat pengaruh bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, digunakan lagu rap sebagai data penelitian. Analisis yang dilakukan adalah dengan menganalisis kosakata yang mengandung unsur bahasa Inggris dan mengkategorikannya berdasarkan ciri-ciri bahasa remaja. Berdasarkan penelitian, dari 6 kategori Anglizismen ditemukan 2 kategori yang paling sering muncul yakni, Fremdwort dan Lehnwort.

English has been an international language which the using of it among teenagers can be considered as prestige that can raise their confidence and also as their identity. The influence of English into German language can be found in several media, such as newspapers, magazines, television, internet, and music. In the process of its creation, teenagers creatively invent new words or combine it with the existing words. This research aimed to analyze the using of youth language in German and describes the element of words that has English influence by looking at a rap song, “I Can Feel It” by Carlo Waibel. The method used are qualitative and descriptive, and rap song as research data. The analysis was done by analyzing the words that contain elements of English and categorizing it based on the characteristics of youth language. Based on this research, there are two of six categories of Anglizismen that are most commonly found in this song, which are Fremdwort and Lehnwort."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mitia Muzhar
"Dalam menetapkan ujaran yang hendak digunakan, penutur suatu bahasa tentu mempertimbangkan berbagai faktor. Penutur harus melihat tempatnya berada untuk menataakan gaya bahasa yang sesuai, kepada siapa berbicara, dan ba-gaimana cara menyampaikan ujaran (Halliday 1968: 152). Semua faktor tersebut diperhatikan karena tiap penutur ba-hasa hidup dan bergerak dalam sejumlah lingkungan masya-rakat yang adat istiadat atau tata cara pergaulannya ber-beda (Moeliono 1979: 19). Perbedaan tersebut tercermin da-lam pemakaian bahasa, karena suatu ujaran yang mungkin sesuai untuk suatu situasi kurang taat untuk situasi lain (Platt & Platt, 1975: 2).
Perbedaan bahasa itu tercermin baik dalam bahasa li_san maupun tulisan. Fungsi pembentuk kalimat bahasa tulisan harus jelas dan cermat, karena ujaran bahasa tulisan tidak disertai gerakan anggota tubuh yang dapat memperjelas pesan penulis. Ujaran dalam bahasa lisan dapat disertai ge_rak isyarat , tatapan, atau menggunakan yang menandakan pene_gasan dari pihak penutur atau pemahaman dipihak pendengar (Moeliono 1979: 21)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiarti
"
ABSTRAK
Tujuan utama Penulisan skripsi ini adalah meneliti perubahan makna kosakata bahasa Jawa yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka saya membagi tujuan ke dalam tiga bagian yaitu meneliti kosakata bahasa Jawa yang mengalami perubahan makna dan yang tidak mengalami perubahan makna, tipe-tipe perubahan makna dan tipe perubahan makna yang paling sering terjadi,serta rubrik yang paling sering mengalaminya.
Penelitian ini menggunakan data kosakata Jawa yang dicari dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun Badudu-Zain dan majalah Gatra bulan September---Desember 1995 sebagai realisasi penggunaan makna kosakata tersebut dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan kosaka_ta bahasa Jawa yang tidak mengalami perubahan makna berjumlah 127 kata, sedangkan yang mengalami berjumlah 71 kata. Tipe_-tipe perubahan makna yang terdapat pada kosakata bahasa Jawa yang masuk ke dalam bahasa Indonesia adalah metafora, per_luasan makna, penyempitan makna, dan perubahan penilaian. Secara umum, kasus perubahan makna yang paling sering terjadi adalah perubahan makna. Rubrik yang paling sering menggunakan kosakata bahasa Jawa yang mengalami perluasan adalah rubrik nasional berjumlah 212 kata.
"
1997
S11112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sa`idatun Nishfullayli
"Penelitian ini adalah penelitian Semantik Leksikal dengan topik "Analisis Kontrastif Makna Kosakata Emosi Malu pada Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang". Penelitian ini mengkolaborasikan teori semantik leksikal dan teori perbandingan komponen emosi dalam ilmu Psikologi. Penelitian ini bertujuan menemukan persamaan dan perbedaan makna antara kosakata emosi malu bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, baik dalam tataran konsep maupun praktik berbahasa. Oleh karena itu, kegiatan yang dilakukan adalah menjaring kosakata emosi malu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, mengidentifikasi komponen makna, menentukan relasi makna, menyusun konfigurasi leksikal, serta mengkontraskan makna antara kosakata emosi malu bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Dari delapan (8) kata emosi malu bahasa Indonesia dan sembilan (9) kata emosi malu bahasa Jepang yang dianalisis, dihasilkan relasi hiponimi, sinonimi, dan pertelingkahan pada kosakata emosi malu bahasa Indonesia; serta relasi hiponimi dan pertelingkahan pada kosakata emosi malu bahasa Jepang. Kontras makna menghasilkan persamaan dan perbedaan makna di antara kosakata malu kedua bahasa tersebut. Secara umum makna kata malu dan hazukashii adalah sama, yaitu perasaan tidak enak hati, rikuh, rendah, yang disebabkan anteseden, seperti: berbuat salah, mememiliki kekurangan, menerima perhatian positif maupun negatif. Perbedaanya terlihat dalam hal konsep "malu" yang dimiliki oleh masing-masing bahasa itu sendiri. Kata malu dalam bahasa Indonesia dapat dipicu oleh situasi yang menyebabkan subyek (pelaku) merasa tidak enak (sungkan) karena berinteraksi dengan orang lain yang berbeda strata sosialnya, sedangkan hazukashii (malu) dalam bahasa Jepang dipicu juga oleh perasaan berdosa sebab melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati nurani, atau melanggar nilai dan norma yang berlaku. Perbedaan konsep tersebut terbukti disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya penutur bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

The topic of this Lexical Semantic research is "Contrastive Analysis of Shame Emotion Words Meaning in Indonesian and Japanese Language". This research collaborates lexical semantic theory and Psychology's comparison of emotion component theory. This reasearch aims to find similarities and differences between shame emotion word meaning in Indonesian and Japanese language, both in concept and practice of language level. Therefore, the activities undertaken are, captures shame emotion words in Indonesian and Japanese, identifies semantic components, determines sense relations, compiles lexical configuration, as well as contrasts the meaning of the shame emotion words of Indonesian and Japanese. Among eight (8) shame emotion words in Indonesian and nine (9) Japanese embarrassed emotion words that were analyzed, resulting hyponymy, synonymy, and incompatibility, and sense relations of hyponymy and incompatibility in Japanese. Meaning contrast shows similarities and differences of meaning between Indonesian's and Japanese's emotion words of shame. In general, the meaning of malu and hazukashii is the same, i.e. feeling uncomfortable, awkward, feel inferior, caused antecedents, such as: doing wrong/bad, having weaknesses, receiving positive or negative exposure. The difference appears in concept of 'shame' which is owned by each of the language itself. The word malu can be triggered by a situation that causes subject feels uncomfortable when interacting with other people from different social strata, while hazukashii (shame) is triggered by guilty feeling for acting or doing something which is contrary to conscience, or violating the values and norms. That differences caused by the differences of cultural background of Indonesian and Japanese speakers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31493
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Koosmarlinah Soeparto Kramadibrata
"Bei der Analyse der Herbetexte habe ich mich auf die Analyse fachsprachlicher Elemente in Anzeigen fUr Elektrogerhte beschrénkt, vor allem unter syntaktischem, semantischem und pragmatischem Aspekt. Ich bin zu dem Ergebnis gekommen, dass die syntaktische Struktur der technischen Fachsprachen in den Werbetexten der Elektrogeréte besonders wichtig ist, d.h. Passivstrukturen mit ihren Variationen, Ableitungen (substantiviertes Verb, Adverb und Adjektiv ), Komposita (vor allem drei/mehrgliedrige Komposita),Suffixe kommen sehr oft in den Fachtexten vor.Unter semantischem Aspekt wurde die lexikalisch-paradigmatische Bedeutung analysiert; dabei zeigt sich, dass die referentielle Bedeutung abenso stark vorkommt wie die assosiative und afektive. Fremdsprachliche technische Terminologien begegnen nicht so héufig, es Uberwiegt der deutsche technische Fachwortschatz, wobei es sich vielfach nicht rein technische Terminologien, sondern mehr pseudo-technische handelt. Unter pragmatischem Aspekt spielt die ekspressive Funktion eine wichtige Rolle, wobei die Herbetexte in den &sseren Aufmachung sehr "informatif" aussehen.;Bei der Analyse der Herbetexte habe ich mich auf die Analyse fachsprachlicher Elemente in Anzeigen fUr Elektrogerhte beschrénkt, vor allem unter syntaktischem, semantischem und pragmatischem Aspekt. Ich bin zu dem Ergebnis gekommen, dass die syntaktische Struktur der technischen Fachsprachen in den Werbetexten der Elektrogeréte besonders wichtig ist, d.h. Passivstrukturen mit ihren Variationen, Ableitungen (substantiviertes Verb, Adverb und Adjektiv ), Komposita (vor allem drei/mehrgliedrige Komposita),Suffixe kommen sehr oft in den Fachtexten vor.Unter semantischem Aspekt wurde die lexikalisch-paradigmatische Bedeutung analysiert; dabei zeigt sich, dass die referentielle Bedeutung abenso stark vorkommt wie die assosiative und afektive. Fremdsprachliche technische Terminologien begegnen nicht so héufig, es Uberwiegt der deutsche technische Fachwortschatz, wobei es sich vielfach nicht rein technische Terminologien, sondern mehr pseudo-technische handelt. Unter pragmatischem Aspekt spielt die ekspressive Funktion eine wichtige Rolle, wobei die Herbetexte in den &sseren Aufmachung sehr "informatif" aussehen."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Nowadays the problem of many priests has challenged priesthood itself, particularly its key element, namely celibacy. The first is a challenge to re-evaluate the relevancy of mandatory celibacy. Another challenge is that as the Church confronts the scandals caused by some priests, society itself has begun to challenge the Church's tradition of a celibate priesthood. However, I believe that the celibacy of priest is a gift from God and a personal decision to embrace a tangible witness of the love of God to all creation. Through love one will dedicate him/herself wholeheartedly to the service of God as either a religious or a priest. Love plays a pivotal role in celibacy as an essential beginning which continuous giving impact on the life of the celibate."
230 LIMEN 8:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>