Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152102 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuria Widyasari
"Komik Asterix hasil karya Rene Goscinny dan Albert Uderzo merupakan komik yang sangat terkenal bukan saja di negeri asalnya, Perancis, melainkan juga di seluruh dunia. Kejenakaannya begitu mudah dicerna, bahkan oleh masyarakat di negeri-negeri yang tidak memiliki atau mengetahui budaya Perancis sekalipun. Mengapa? Itulah yang dibahas di skripsi ini. Setelah diperhatikan dengan teliti, ternyata komik Asterix mengandung budaya-budaya modern yang mendunia, Padahal latar cerita komik itu berada pada jaman Galia Romawi, yaitu tahun 50 sebelum Masehi. Di sini jelas terjadi suatu anakronisme atau kerancuan waktu. Komik terdiri dari gambar-gambar dan teks yang merupakan satu kesatuan. Dalam komik Asterix ini, gambar-gambar dan teks yang tersaji hampir selalu berupa ikon dari realita masa kini, yang disesuaikan dengan latar cerita, yaitu tahun 50 sebelum Masehi. Sangat terasa bahwa budaya modern itu ada dalarn konsep-konsep ide yang dikemukakan sementara budaya Galia Romawi muncul pada visualisasinya. Dalam sebuah karya sejarah, anakronisme memang merupakan suatu kesalahan besar. Namun komik Asterix justru sengaja menggunakannya untuk menciptakan humor-humor segar. Bahkan dengan _kesalahan_ itu, tanpa disadari, para pembacanya telah mempelajari budaya dan sejarah Romawi serta budaya modern yang dimiliki negara lain. Memang inilah kekuatan komik tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retna Astuti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
899.231 SRI u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Retna Astuti
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996
899.231 SRI u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oom Rohmah Syamsudin
"Dunia kesusastraan Perancis tidak hanya dikuasai oleh orang-orang Perancis, melainkan diwarnai pula oleh pengarang-pengarang atau penulis-penulis luar Perancis yang memakai bahasa Perancis sebagai medianya. Hal ini berkembang terutama dalam 30 tahun terakhir ini atau tepatnya setelah tahun-tahun kemerdekaan bagi negara-negara bekas iajahan Perancis.
Negara-negara yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantar atau sebagai bahasa resmi ini dikenal sebagai negara-negara Francophone. Kesusastraannya pun dikenal dengan kesusastraan Francophone, sehingga dapat dikatakan bahwa kesusastraan francophone merupakan bagian dari kesusastraan Perancis. Negara-negara yang termasuk dalam negara-negara Francophone ini adalah Belgia, Kepulauan Karibia, Guyana, Mesir, Libanon, Maghribi (Afrika Utara), Afrika hitam, Canada dan Swiss.
Dari latar belakang yang berbeda, seperti letak geografis, tradisi kebudayaan, pengalaman sejarah dan banyak hal lagi yang berbeda, muncul lah berbagai macam roman, puisi, cerita-cerita pendek, drama, yang kesemuanya mempunyai hanya satu persamaan, yaitu semuanya ditulis dalam bahasa Perancis. Hal itulah yang turut memperkaya dunia kesusastraan Perancis saat ini.
Dari sekian banyaknya negara-negara Francophone yang turut mewarnai dunia kesusastraan Perancis, saat ini yang lebih banyak menunjukkan kemajuan atau banyak dibicarakan orang karena kemajuan mereka, mengingat keterlambatan mereka meraih kemerdekaannya, adalah kesusastraan yang berasal dari Afrika, baik Afrika hitam maupun Afrika utara atau yang lebih dikenal dengan sebutan negara-negara Maghribi.
Kesusastraan Francophone mempunyai ciri--ciri khusus dari setiap negaranya, terutama den negara-negara bekas jajahan Perancis seperti negara-negara Afrika, terutama Afrika hitam atau pun dari Maghribi seperti telah dikemukakan di atas. Kebanyakan dari karya mereka masih bersifat 'ditujukan bagi orang lain'. Dalam hal ini, karya-karya mereka masih ditujukan pada orang Perancis. Karya-karya ini digunakan sebagai media untuk menarik perhatian dan bahkan untuk membalas dendam mereka pada Perancis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T8998
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukesi Adiwimarta
"Poerbatjaraka dalam bukunya Kapustakan Djawi telah membicarakan karya-karya sastra Jawa Kuno berdasarkan urutan kronologisnya, baik yang berbentuk prosa maupun yang berbentuk puisi (1952:5). Karya-karya sastra itu dibaginya menjadi dua kelompok, yaitu kelompok karya sastra Jawa Kuno tua dan kelompok karya sastra Jawa Kuno muda. Ciri-ciri pengenal kelompok karya sastra Jawa Kuno tua ialah:
1) memuat masa atau tahun penulisannya;
2) menyebut nama raja yang memerintah;
3) gaya bahasa;
4) ceritanya sebagian besar bersumberkan cerita dari India;
5) tidak menggambarkan keadaan di Jawa.
Ciri-ciri pengenal untuk kelompok karya sastra Jawa Kuno muda hampir sama dengan yang tua, hanya perbedaannya ada pada butir 4), yaitu kisahnya bersumberkan karya sastra Jawa Kuno yang lebih tua, dan pada butir 5), yaitu menggambarkan keadaan di Jawa.
Kakawin Parthayajna yang dijadikan sasaran penelitian ini menyimpang dari ciri-ciri tersebut, karena tidak memuat masa atau tahun penulisannya, tidak menyebut nama raja, dan nama pengarangnya juga tidak ditemukan di dalamnya. Meskipun begitu Poerbatjaraka cenderung untuk memasukkannya ke dalam kelompok karya sastra Jawa Kuno muda dari zaman Majapahit pertengahan hingga akhir. Hal ini berdasarkan adanya kemiripan bahasa dan isinya yang mengandung ajaran filsafat (op.cit.:47). Zoetmulder mengemukakan bahwa pada bagian akhir Majapahit karya sastra Jawa Kuno dalam bentuk kakawin pada umumnya ditulis di Bali, hanya ada dua di antaranya yang tidak ditulis di sana, yaitu Kakawin Parthayajna dan Kunjarakarna (1985:462).
Sedyawati dalam bagian disertasinya yang membahas tentang karya sastra Jawa Kuno membedakan adanya dua kelompok karya sastra Jawa Kuno, yaitu karya sastra keraton dan karya sastra luar-keraton. (1985:220-221). Petunjuk untuk menetapkan suatu karya sastra luar-keraton, menurut Sedyawati, ialah tanda-tanda yang berupa (op. cit. :260):
1) penggambaran keadaan lingkungan luar-keraton dengan menunjukkan keakraban si penulis dengan keadaan itu;
2) penulis tidak memuji, menyebut, atau pun menyatakan hubungan tertentu dengan sang raja;
3) penulis menyatakan diri sebagai seorang dari kalangan luar-keraton.
Kakawin Parthayajna, sama sekali tidak menyebutkan nama raja ataupun kerajaan, dan juga tidak memuat nama pengarangnya. Dengan memperhatikan perbedaan sifatnya dengan kakawin kerajaan, serta isinya yang menilikberatkan kepada unsur pendidikan keagamaan, maka sarjana ini membuat dugaan bahwa Kakawin Parthayajna mungkin dihasilkan oleh suatu lembaga keagamaan atau pendidikan agama di luar keraton (op.cit.:263).
Beberapa hal berkenaan dengan sifat dan isi Parthayajna yang menyiratkan asalnya dari luar keraton dikemukakannya antara lain:
- gaya penyajian;
- perbendaharaan kata;
- penekanan pada pendidikan keagamaan; dan
- tidak adanya penyebutan raja.
Di samping itu, menurut Sedyawati, kakawin ini juga memperlihatkan kesesuaian dengan sastra keraton dengan memenuhi segala persyaratan penyusunan sebuah kakawin, yang umumnya dihasilkan oleh kalangan keraton. Dengan demikian, Sedyawati juga menduga bahwa Kakawin Parthayajna dibuat oleh kalangan luar-keraton yang mempunyai hubungan dekat dengan keraton (op.cit.:267).
Kakawin Parthayajna (selanjutnya disingkat KPY dan Parthayajna disingkat PY) menarik perhatian dan minat untuk menelitinya lebih lanjut karena terdapatnya pertautan dalam beberapa bagian ceritanya dengan isi Kakawin Arjunawiwaha.
Arjunawiwaha mengisahkan tentang sang Arjuna dari keluarga Pandawa yang bertapa di Gunung Indrakila dan setelah menerima panah sakti dari dewa berhasil membunuh Niwatakawaca, raja raksasa yang menjadi musuh para dewa. Sebagai hadiahnya, Arjuna boleh tinggal di kedewaan beberapa waktu lamanya dan bercengkerama dengan para bidadari.
Parthayajna mengisahkan tentang perjalanan sang Arjuna ke Gunung Indraki la untuk bertapa di sana guna memohon senjata sakti dari para dewa yang dapat dipakai untuk membinasakan musuh para Pandawa, yaitu para Kaurawa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D5
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Suprapti
"Penelitian ini mengenai unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Buntas. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan unsur - unsur ajaran yang terkandung dalam Serat Buntas, sedangkan tujuan umumnya adalah pertama, agar hasilnya dapat dijadikan bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin membahas lebih lanjut dan yang kedua untuk memperkenalkan Serat Buntas kepada masyarakat agar lebih diketahui dan dipahami isinya. Metode yang digunakan dalam mengkaji Serat Buntas adalah metode deskripsi analisis yaitu metode untuk menganalisis dan memberikan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Hasan
"Sesuai dengan tujuan skripsi ini, telah diterapkan unsur-unsur Romantisme terhadap Puisi Robert Frost. Dalam Bab 2 disampaikan perincian Konsep Romantisme yang mendasari penelitian ini. Sedang dalam Bab 3 telah dianalisis sejumlah sajak Robert Frost yang menurut penulis mengandung unsur-unsur yang tercakup dalam Konsep tersebut. Alam yang menjadi ciri utama sajak-sajak Romantik ternyata dominan dalam karya-karya Robert Frost. Sajak Birches yang berlatar tempat alam flora di pedesaan itu mengingatkan penyair akan keindahan dan kesucian masa kanak-kanak. Sedang keindahan dan kesegaran alam sendiri dideskripsikan penyair melalui sajak The Pasture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nengah Duija
"ABSTRAK
Geguritan merupakan Salah satu bentuk karya sastra Bali yang
tradisional tertulis dan merupakan salah satu unsur kebudayaan
Daerah Bali. Geguritan ini sangat populer dikalangan masyara-
kat Bali maupun Jawa. Di Bali Calon Arang bukan saja berbentuk
naskah yang telah mangalani beberapa kali penyalinan sehingga
terdapat banyak naskah dalam berbagai katalog. Di samping itu
dalam bentuk seni pertunjukan Calon Arang` dapat diketahui
seperni dalam pertunjukan wayang' Kulit; seni pertunjukan
berupa teater rakyat yang sampaiasaat ini sangat digemari.
Pada Kesempatan ini peneliti mengambil sebuah bentuk karya
sastra Bali spserti tersebut di atas yang berjudul Geguritan
Calon Arang yang selanjutnya disingkat 60%. Penaliti ingin
nenelusuri salah satu unsur yang belum pernah dikemukan oleh
para peneliti terdahulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui.apakah dalam GCA terdapat unsur-unsur erotis, ini
diharapkan akan dapat dsebar luaskan kepada masyarakat. Sumber
data dalam penelitian ini adalah sebuah naskah dari koleksi
perpusatakaan Fakultas Sastra U1 yang berupa naskah salinan
dari naskah milik lembaga Lontar Fakultas Sastra Universitas
Udayana Denpasar. Naskah ini telah dia1ih»aksarakan dan alih
bahasa oleh 1 Wayan Bawa dan 1 Gede Smadi Astra dan diterbit-
kan oleh Balai Pustaka Jakarta tahun 1978. Untuk menganalisa
bentuk ini digunakan pendekatan sosiologi sastra dan semiotik,
serta nenggunakan metode kwalitatif. Dalam kajian ini dapat
diketahui bahwa di dalam GCA ternyata dapat ditemukan unsur~
unsur yang dapat dikategorikan sebagai unsur erotik terutama
dalam hal persenggamaan antara pelaku Ratna Manggali dengan
suaminya mpu Bahula. Peristiwa ini dianggap sebagai sesuatu
yang wajar karena adanya sebuah penkawinan yang melegitimasi
peristiwa tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Aryandini Sumaryoto
Jakarta : Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1984
899.222 WOR k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arti Ekawati
"According to Roland Barthes (The Death of the Author), a text is embedded in many layers of text and context, it is called intertextuality. Intertextuality will be analyzed in the modem fairytales of Michael Ende Morro. It will be shown in this thesis the many texts and contexts surrounding the story of a girl whose name is Morro. The story shows also the function and role of the fantasy in modem fairytales."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14589
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>