Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84902 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Nastiti Sudewi S
"Skripsi ini bertujuan memperlihatkan bahwa di dalam karya Exbrayat yang berupa roman detektif tersebut terdapat unsur-unsur humor, seperti yang dinyatakan dalam kata pengantar dari penerbitnya. Penelitian atas karya tersebut mempergunakan beberapa teori antara lain teori dari Barthes tentang unsur-unsur sintagmatik dan paradigmatik, teori Frye tentang konvensi dalam cerita rekaan humor, teori Keraf mengenai pilihan kata dan teori Todorov tentang sudut pandang yang menunjang penelitian karya humor ini. Seperti umumnya karya-karya humor, buku ini pun berpusat pada tokoh-tokoh humornya, sehingga penelitian mengenai tokoh didahulukan. Terbukti bahwa tokoh-tokoh Deborah dan Girelle memiliki sifat dan sikap yang karikatural. Karakter mereka ini berlawanan, yang wanita sangat fanatik beragama, selalu menyitir ayat_-ayat Kitab Suci, lugu dan memiliki kekuatan melebihi kaum pria; sedang prianya seorang hidung belang, kurang memperdulikan tatacara yang berlaku dalam tugasnya sebagai polisi. Pertemuan kedua tokoh ini selalu menimbulkan situasi yang lucu. Di samping itu ada tokoh yang memiliki obsesi yaitu Chantal Grandelles yang sangat cantik tetapi berkaki besar, obsesi atas cacatnya itu menimbulkan pula kelucuan. Situasi humor atau karikatural selalu terjadi bila dua kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang bertemu di suatu tempat. Pengulangan kutipan ayat-ayat suci, fanatisme agama yang berlebihan yang dilakukan Deborah merupakan salah satu unsur karikatural. Demikian juga dengan digunakannya gaya bahasa hiperbola dan ironi. Ternyata sudut pandang 'kurang tahu' pun merupakan unsur yang dapat menimbulkan situasi humor dalam karya. Penelitian di atas membuktikan bahwa memang Une Brune aux Yeux Pilaus memiliki unsur-unsur yang mengandung humor dan karya tersebut memang merupakan roman detektif humoristik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13834
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herning Wijayanti
"Cerita detektif adalah salah satu jenis cerita populer, yang sampai kini paling banyak ditulis, dan senan_tiasa digemari banyak pembaca. Setidaknya hal ini terlihat dari hasil angket di Prancis, yang membuktikan bahwa 42% pembaca fiksi adalah pembaca cerita detektif (F. Nathan, 1975:12), diperkuat dengan informasi lain di Amerika yang rnenyatakan bahwa satu dari empat penerbitan buku merupakan cerita detektif (Merry, 1977:1).
Sebagai cerita konvensional, cerita detektif mem_punyai kaidah-kaidah tertentu yang terlihat pada struktur penceritaannya. Cerita detektif menceritakan tentang pe_nyelidikan suatu kejahatan yang melibatkan tokoh detektif, tokoh-tokoh saksi, dan diakhiri dengan terbongkarnya ke_jahatan. Pembongkaran kejahatan itu dilakukan oleh tokoh detektif secara bertahap, melalui suatu metode penyelidik_an yang rasional, bahkan kadang-kadang ilmiah (Boileau-Narcejac, 1964:7-8).
Cerita detektif sebenarnya mulai muncul pada abad XIX, tetapi baru popular pada abad berikutnya, dan tahun 1920 sampai tahun 1940 merupakan masa jayanya. Sampai sekarang masih terdapat perbedaan pendapat mengenai asal-usul cerita detektif ini."
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S13837
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatya P. Wiratmadja
"Ce memoire, qui est redige en vue de l'obtention du diplOme de Sarjana Sastra, a pour titre Couleur Locale dans Colomba, 1'ouev_re de Prosper Merimee. Cette etude a pour bat de demontrer que la couleur locale clans Colomba est montree par 1'aspect syntagmatique, 1'aspect paradig_matique, 1'agencement des certains mots (diction) corse et par le sujet de 1'oueVre."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S15145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Frisca Henny Haveyani
"Keutuhan merupakan prasyarat utama sebuah karya sastra. Keutuhan karya ini sudah dipermasalahkan setidaknya sejak masa Aristoteles (tahun 322 Sebelun Masehi), seper_ti yang terlihat dalam konsepnya mengenai drama. Dalam tragedi (action), wholeness merupakan syarat utama untuk sebuah tragedi yang baik. Untuk mendapatkan efek tragedi yang baik, satu hal yang harus dimiliki ialah keutuhan cerita atau keseluruhan (wholeness) yang mencakup 4 syarat yaitu: aturan, kompleksitas, kesatuan, keterjalinan. Kon-sep ini kemudian digunakan juga dalam semua jenis karya sastra. Kemudian ahli sastra Agustinus, dalam konsepnya tentang keindahan juga menonjolkan pentingnya suatu tatanan tertentu dalam karya yang disebutnya ordo, yang bisa diartikan sebagai keutuhan."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S14358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Setiati
"Penyalian Roman. Roman, sebagai salah satu bentuk karya sastra, memiliki dua aspek penting, yakni aspek cerita dari aspek penceritaan. Namun, pendapat orang mengenai nilai kedua aspek tersebut tidak selalu sama. Forster, seorang ahli sastra dari Inggris, misalnya, mengatakan bahwa baginya aspek cerita merupakan segi yang paling penting dalam sebuah roman. Tanpa cerita tidak mungkin roman terwujud (Forster, 1974:41). Pendapat itu bertentangan dengan pendapat beberapa tokoh sastra yang muncul kemudian, misalnya, pendapat Jean Ricardou, ahli sastra dari Prancis. Guyon mengutip pendapat Ricardou yang menyatakan bahwa pada masa sekarang ini sebuah roman lebih merupakan petualangan penulisan daripada penulisan sebuah pe-tualangan (Guyon, 1972:403). Pendapat tersebut sesuai dengan kenyataan yang dijumpai dalam dunia kesusastraan Modern. Petualangan di bidang penulisan roman memang semakin mening-kat dan menghasilkan karya-karya yang mempunyai tehnik penya-jian yang khas, yaitu karya-karya yang penyajiannya menyim_pang dari konvensi. Karena itu, tidak mengherankan bila akhir-_akhir ini, khazanah kesusastraan, khususnya di Prancis, menja_di lebih kaya dengan karya-karya semacam itu, yang sebagian besar merupakan hasil kegiatan kelompok penulis nouveau roman, seperti Michel Butor, Robbe Grillet, dan Nathalie Sarraute..."
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S14269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Retno Setyawati
"Dalam pendahuluan telah disinggung bahwa penelitian ini bertujuan untuk menemukan unsur-unsur yang menimbulkan kesan tersendat pada Nouvelle histoire de moushette dan selanjutnya menemukan fungsi ketersendatan tersebut. Dalam analaisis sintagmatik terlihat keadaan yang silang menyilang dalam penyajian peristiwa."
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S14388
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurindah I.F. Sophiaan Hadianto
"ABSTRAK
Setelah dua unsur dalam teks dibahas, yaitu unsur alur dan tokoh, kita dapat melihat perkembangan sikap tokoh Gaston dan tokoh-tokoh lain yang ingin memiliki Gaston. Tokoh Jacques mempunyai peranan yang penting dalam diri Gaston, karena ia mempunyai Gaston dalam pembentujkan identitasnya

"
1985
S14472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nini Hidayati Jusuf
"ABSTRAK
Banyak orang menganggap bahwa cerita fantastik merupakan salah satu jenis cerita popular tertua dengan alasan bahwa cerita jenis ini telah ada sebelum munculnya sastra tulisan. Pendapat ini cukup beralasan karena pada cerita-cerita atau dongeng tentang peri-peri yang pada umumnya disampaikan secara lisan, terdapat peristiwa-peristiwa yang tidak wajar yang juga merupakan unsur terpenting dalam sebuah ce_rita fantastik.
Pada sekitar abad 19, cerita fantastik popular kembali bersamaan dengan munculnya aliran Romantisme. Abad ini dikenal sebagai masa yang paling produktif dalam penulisan teori maupun cerita fantastik. Hal ini dapat dilihat dari banyak_nya penulis besar seperti Nadler , Merimee,Cazotte, Gauthier, Nerval yang melibatkan diri dalam penulisan cerita-cerita fantastik. Di antara penulis ini Cazotte dengan karyanya Le Diable Amourew 1772, dianggap sebagai pelopor penulis fan_tastik modern Paranois. Para pengarang ini mendapat pengaruh dari Inggris dan Jerman, negara-negara yang lebih menonjol dalam kuantitas maupun varietas cerita fantastik. Mayoritas cerita-cerita fantastik pada masa ini bertemakan makhluk ha_lus seperti setan, jin, atau jadi-jadian sehingga ada anggap-an bahwa cerita seram identik dengan cerita fantastik...

"
1985
S14259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zafrullah Khan
"Eugene Ionesco adalah salah seorang penulis drama Prancis kontemporer yang karya-karyanya dianggap absurd. Pada mulanya karya-karya Ionesco banyak mendapat kritik dari peminat seni drama karena dianggap menyimpang dari konvensi-konvensi penulisan drama. Ionesco sendiri tidak membantah hal tersebut. Bahkan dalam bukunya yang berju_dul Notes et Contre-Notes,Ionesco menjelaskan konsepnya tentang drama atau teater. Ia memberikan sebutan untuk konsepnya itu dengan istilah-istilah seperti anti-theatre (anti-teater), anti-piece (anti-lakon), theatre abstrait (teater abstrak), drame pur (drame murni) dan beberapa istilah lainnya yang pada dasarnya menunjuk pada konsep pembebasan drama atau teater dari tradisi-tradisi penulis_an yang telah berkembang sebelumnya. Bagi Ionesco, karya drama atau teater merupakan suatu kreasi atau ciptaan yang bersifat orisinil dan otonorn yang memiliki logika, bentuk dan koherensinya sendiri (Ionesco;1962:211-255). Walaupun banyak yang mengritik penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Ionesco dalam menciptakan karya-karyanya, tetapi justru penyimpangan itulah yang menyebabkan karya-karya Ionesco sering dibicarakan dan akhirnya mendapat tempat tersendiri dalam bidang seni drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayon Mendur
"Pada umumnya, bagian yang pertama kali menarik pada sebuah buku adalah judulnya, karena tertera di halaman pertama. Judul memperkenalkan si colon pembaca pada buku, bahkan dapat membawanya masuk lebih jauh ke dalam isi cerita. Judul sebuah buku bersifat kataforis, artinya judul sudah dapat menggambarkan isi cerita. Pendapat ini kiranya sesuai untuk karya sastra yang berjudul La pharisienne, karena dari judulnya saja sudah dapat ditarik beberapa makna, yang memberikan gambaran mengenai isi cerita. Pertama-tama, kata la pharisienne jelas mengacu pada jenis feminin, sehingga dapat dipastikan bahwa tokoh utama karya ini adalah seorang wanita. Ke dua, mengingat bahwa pengarang tidak menggunakan na_ma seorang wanita sebagai judul melainkan La pharisienne, maka berarti judul tidak hanya mengacu pada tokoh tetapi juga pada suatu gagasan yang sesuai dengan makna kata la pharisienne itu sendiri. Kata la pharisienne, yang di dalam bahasa indone_sia berarti parisi, mempunyai latar belakang teologis. Parisi berasal dari kata iberani 'perushim' yang berarti 'terpisah'. Orang parisi mewakili golongan pemimpin-pemimpin agama yang setia pada Hukum Taurat_"
Depok: Universitas Indonesia, 1980
S14337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>