Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marina Faika Salendru-Razak
"Fungsi teriemahan bagi manusia. Terjemahan merupakan suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Pekerjaan terjemahan telah dilakukan selama berabad-abad. Fungsi sebenarnya dari terjemahan ialah untuk menyampaikan amanat yang terdapat dalam suatu bahasa ke bahasa lain. Terjemahan panting bagi manusia karena dengan adanya terjemahan kita dapat mengetahui dan menge_nal lingkungan dan kehidupan masyarakat lain. Selain itu kita dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan ma_syarakat lain tanpa harus menguasai bahasa masyarakat ter_sebut. Untuk meningkatkan pengetahuan suatu masyarakat, ma_ka perlu diketahui ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja di negara itu sendiri tetapi juga di negara lain. Namun sering terjadi kasulitan dalam hal ini karena tidak semua orang menguasai bahasa lain. Untuk mengatasi perso_alan yang timbul akibat perbedaan bahasa, maka banyak karya-karya ilmiah yang diterjemahkan. Karena itu dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan terjemahan makin meningkat sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenie Tamara
"Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, masing--masing bangsa merasa perlu untuk menjalin hubungan dengan dunia luar, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan lain-lainnya. Hal ini merupakan salah satu alasan adanya kegiatan penterjemahan di semua negara. Tujuan dari kegiatan penterjemahan antara lain adalah sebagai alat menuju pada kemajuan tehnologi mo_dern, sebagai alat komunikasi dengan bangsa-bangsa lain dan juga untuk memperkenalkan kebudayaan dan cita-cita hi_dup suatu bangsa kepada bangsa lain. Yang dimaksud dengan penterjemahan adalah kegiatan untuk menghasilkan kembali amanat (message) yang dinyatakan dalam bahasa sumber (selanjutnya disingkat BSu) dengan menggunakan padanan terdekat dan wajar (the closest natur_al equivalent) dalam bahasa sasaran (selanjutnya disingkat BSa) (Nida & Taber, 1969:12). Dengan demikian penterjemah bertindak sebagai penerima BSu dan sekaligus sebagai pengirim BSa. Hal ini menyebabkan seorang penterjemah harus me_nguasai BSu dan BSa sebaik-baiknya serta mengetahui latar belakang budaya BSu dan BSa agar dapat benar-benar memahami amanat yang terkandung dalam BSu untuk mencari padan_an yang terdekat dan wajar dalam BSa. Pada hakekatnya masalah pokok dalam penterjemahan adalah masalah perpadanan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kerstin Djatnika
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresnati Sridwiani
"Perkembangan kegiatan penterjemahan Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan basil pengalaman masyarakat dan mencerminkan kebudayaan setiap kelompok masyarakat. Kema-juan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan berkomunikasi, tidak hanya dalam satu kelompok masyarakat tetapi juga antar kelompok masyarakat. Meningkatnya kebutuhan berkomunikasi antar kelompok masyarakat terlihat antara lain dari perkembangan kegiatan penterjemahan di segala bidang. Faktor-faktor panting dalam terjemahan Nida (1966:90-97) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang banyak menimbulkan masalah dan yang harus diperhatikan dalam terjemahan ada_lah (1) ekologi, (2) kebudayaan materiil, (3) kebudayaan sosial, (4) religi, dan (5) bahasa. Perbedaan ekologi, kebudayaan materiil, kebudayaan sosial dan religi membawa akibat Perbedaan kosa-kata bahasa kelompok tertentu dengan bahasa kelompok masyarakat yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S14566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Haslimin
"Terjemahan merupakan basil dari suatu proses komunikasi antar masyarakat. Mengingat pentingnya peranan kamunikasi dalam kehidupan manusia di jaman maderen ini, maka terjemahan merupakan salah satu media yang sangat diperlukan. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan akan penterjemahan semakin meningkat karena terjemahan akan membantu lancarnya kamunikasi antar masyarakat atau antar bangsa di dunia. Seperti diketahui dengan banyaknya buku-buku yang diterjemahkan, suatu masyarakat atau suatu bangsa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai aleh masyarakat atau bangsa lain dan dapat Saling tukar pendapat dan informasi. Memang tidak dapat disangkal lagi bahwa terjemahan sangat panting artinya bagi masyarakat atau bangsa di dunia, bahkan melalui terjemahan dapat diketahui kehidupan maupun keanekaragaman kebudayaaan yang ada di muka bumi ini..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waspa Madhuretno Soekirman
"Bahasa merupakan sarana terpenting untuk komunikasi antar manusia. Komunikaei antar manusia dapat terjadi mulai dari lingkungan kecil, misalnya dalam suatu keluarga, kalangan masyarakat, bahkan antar bangsa di dunia. Hal ini sesuai dengan pendapat Samsuri dalam bukunya, Analisa Bahasa (1978:4) yang mengatakan bahwa bahasa adalah dasar masyarakat manusia yang pertama-tama dan paling barakar. Bahasa adalah tanda yang jelas daripada kepribadian, yang baik maupun yang buruk; tanda yang jelas daripada kemanusiaan. Dewasa ini, komunikasi antar bangsa sudah semakin maju. Sejalan dengan hal tadi, peranan bahasa dirasakan semakin penting. Namun pada jaman modern ini, tidak semua orang mengenal atau sempat mempelajari bahasa lain, sehingga bidang penterjemahan dianggap perlu untuk menunjang komunikasi tersebut. Adapun yang dimaksud dengan penterjemahan adalah menghasilkan kembali ke dalam Bahasa Sasaran (selanjutnya disingkat dengan BSa) amanat yang terkandung dalam Bahasa Sumber (selanjutnya disingkat dengan BSu) (Nida dan 'Taber, 1969:12). Banyak orang yang beranggapan bahwa penterjemahan lebih merupakan seni daripada sesuatu yang sifatnya ilmiah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S54319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listyaningrum Adigunanto
"Penterjemahan sudah ada semenjak manusia mulai mengadakan komunikasi antara sesamanya, baik dalam kelompok atau antar kelompok, baik da1am bahasa yang sama atau berbeda (Rahman, 1981: 4). Dari sejarah kita menge_tahui bahwa bangsa-bangsa kuno di Eropa dan Asia seperti bahasa Romawi, Funisia, Arab, Parsi dan Cina telah menge_nal penterjemah. Karya-karya di bidang sastra, ilmu pengetahuan agama, kebudayaan dan sebagainya diterjemahkan dari bahasa asalnya ke bahasa lain. Kegiatan ini berlangsung terus menerus sampai sekarang. Kegiatan penterjemahan mulai maju pesat pada masa penterjemahan Kitab Suci Injil ke dalam berbagai bahasa (Rahman, 1981:4). Pada masa itu para misionaris dengan giat menyebarkan agama Kristen ke segala penjuru dunia. Dengan tujuan penyebaran agama, para misionaris menterjemahkan Kitab Suci Injil tersebut. Begitu pula halnya dengan agama besar lainnya, terutama agama Islam, yang disebarkan melalui terjemahan Kitab_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmy Harsosuwignyo
"Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_ Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_ Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gyani Buditjahja
"Bahasa pada hakekatnya adalah alat komunikasi yang paling utama bagi kehidupan manusia. Bahasa timbul, sesuai dengan kebutuhan manusia di dalam hidupnya dan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dan hewan. Hanya dengan perantaraan bahasa lah orang dapat mengungkapkan jalan pikirannya ke_pada sesamanya dan di saat lain mencoba untuk mama_hami apa yang diungkapkan oleh orang lain kepadanya. seluruh aspek kehidupan manusia tak mungkin dapat berjalan dengan semestinya tanpa pemakaian bahasa. Dengan kata lain di dalam segala aktivitasnya dan terutama sekali di dalam kehidupan bermasyarakat, orang seluruhnya bergantung pada penggunaan bahasa (Samsuri, 1976:2). Oleh karena setiap individu tidak terlepas dari kehidupan kelompok atau masyarakatnya masing-masing, dan setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan pengalaman hidup, maka sudah pada tempatnyalah apabila dikatakan bahwa bahasa di dunia berbeda-beda, dalam arti masing-masing mempunyai ciri khas dan keunikannya sendiri-sendiri. Meskipun demikian, perbedaan itu tak perlu dianggap sebagai suatu kesulitan komunikasi yang tak dapat_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S14122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>