Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107677 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Ranika
"Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan siapa yang disebut cadre serta menunjukkan bahwa cadre merupakan kelompok sosioprofesional yang berstatus tinggi di Perancis. Penelitian dilakukan melalui pustaka. Data diperoleh dengan mencari tingkat aktivitas cadre Perancis tahun 1982-1989. Konsep yang digunakan sebagai dasar analisis adalah konsep sosiologi: status, masyarakat industri dan kategori sosioprofesional. Hasil analisis memperlihatkan bahwa cadre adalah suatu kelompok sosioprofesional yang berstatus tinggi di Perancis, yaitu status yang diperoleh bukan dari keturunan melainkan berkat usaha yang disengaja oleh seseorang dalam mendapatkan kehormatan melalui kecakapan_nya dan kepemilikan benda-benda dan gaya hidup mereka. Cadre merupakan cerminan masyarakat era industri yang amat menghargai keahlian individu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezza Regina Supriatin
"Skripsi ini merupakan penelitian mengenai kegiatan loisirs yang dilakukan oleh kategori sosioprofesional di Prancis. Data-data kegiatan loisirs diambil sebanyak 12 kegiatan yang menurut INSEE termasuk kegiatan loisirs. Tujuan penelitian ini adalah mencari kegiatan loisirs yang menjadi indikator pembeda dari setiap kategori sosioprofesional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tentang konsep waktu luang yang ada dalam masyarakat Prancis serta pembagian kategori sosioprofesional yang digunakan oleh pemerintah Prancis. Dari analisis ke-12 kegiatan loisirs tersebut, terdapat hubungan yang erat antara kegiatan loisirs dan kategori sosioprofesional yang dapat dilihat dalam tiga aspek, yakni banyaknya waktu luang, tingkat kemakmuran serta latar belakang sosial suatu kategori sosioprofesional. Namun demikian tidak ditemukan kegiatan yang menjadi indikator pembeda dari setiap kategori sosioprofesional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13830
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Suwarningsih
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S2245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Tommy Yudha Sumatera Suyasa
"Hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini adalah adanya kenyataan dalam dunia pendidikan di Indonesia, bahwa sampai saat ini tingkat sekolah dasar masih membutuhkan guru-guru SD dalam jumlah banyak. Sedangkan guru-guru SD dalam jumlah banyak tersebut sampai saat ini masih belum bisa terpenuhi, bila tidak dengan cara mengkaryakan guru-guru yang berstatus honorer. Namun pada kenyataannya, guru-guru yang berstatus honorer tersebut, seringkali mengungkapkan tuntutan untuk diangkat sehingga menjadi guru yang berstatus tetap. Isu permasalahan ini sebenarnya sudah sejak 4 tahun yang lalu, bahkan hingga saat ini.
Harapan untuk menjadi guru tetap dengan status pegawai negeri sipil, cukup sulit bagi sebagian besar guru honorer. Menanggapi hal ini, penulis melakukan penelitian yang berusaha mengkaji dan memperbandingkan tingkat kepuasan kerja beserta aspek-aspeknya pada kelompok Guru SD yang berstatus Honorer maupun kelompok Guru SD yang berstatus Tetap. Diharapkan hasil penelitian tentang perbandingan tingkat kepuasan kerja beserta aspek-aspeknya antara dua kelompok status ini, dapat menjadi bahan pertimbangan serta masukan dalam pembuatan kebijakan bagi pengelolaan sumber daya manusia, dalam hal ini tenaga pengajar Guru SD oleh pihak sekolah maupun Depdikbud.
Penelitian ini didasari oleh teori kepuasan kerja Exchange Theory (Mulinge & Mueller, 1998, hal. 2182) yang merupakan pengembangan teori asli dari George Homans & Blau. Sedangkan Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling, yang dilakukan selama hampir dua bulan, mulai tanggal 6 April 2000 sld 29 Mei 2000. Dalam pengumpul data tersebut, digunakan kuesioner yang diberikan kepada 129 subyek yang seluruhnya merupakan Guru SD yang ada di Kota Bogor yang memiliki status kepegawaian Tetap maupun status kepegawaian Honorer. Kemudian untuk melakukan perbandingan berbagai variabel kepuasan kerja antara kelompok Guru SD yang berstatus Tetap dan kelompok Guru SD yang berstatus Honorer, maka dalam pengolahan data digunakan teknik statistik yang disebut uji Pest.
Hasil penelitian ini ternyata menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat kepuasan kerja yang signifikan antara kelompok Guru SD yang berstatus Tetap dan kelompok Guru SD yang berstatus Honorer, seperti pada beberapa variabel Intrinsic Rewards, Organizational Extrinsic Rewards dan Convenience Extrinsic Costs. Sedangkan pada variabel Social Extrinsic Rewards secara umum tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Analisis lebih lanjut pada variabelvariabel tersebut, kemudian dilakukan untuk melihat sub-variabel apa saja yang sebenarnya mempengaruhi perbedaan tingkat kepuasan kerja antara kelompok Guru SD yang berstatus Tetap dan kelompok Guru SD yang berstatus Honorer tersebut."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T8765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari Ningsih
Perbedaan Pengetahuan Kader Tentang Desa Siaga di Desa Siaga dan Desa yang Berstatus Belum Siaga di Kabupaten Katingan Tahun 2011= In the year 2015, The Ministry of Health of Indonesia targeted that 80% of villages have become the active Alert Village. Recorded in the year 2009 the number of Alert villages in Central Kalimantan Province is 136 (9.67%) of 1406 villages in there. While in Kabupaten Katingan a number of Alert Village is 28 villages (17.3%) of 161 villages. The implementation of Alert Village program that launched by the Ministry of Health is not working. Cadre is one of the community activator that directly assist health workers in managing alert village health. The study was conducted in Kabupaten Katingan to know the differences of cadre knowledge about Alert Village in Alert village and non Alert Villages. The study design was cross sectional study. Population and the sample was a cadre in the Posyandu. The sample consisted of 68 cadre from Alert Villages and 68 cadres from non Alert Villages. The variables that’s been studied were the characteristics of cadre (age, education, occupation, and length of service), Exposure information about the alert village through Mass Media (electronic and print media), training and socializing about alert village. Samples obtained by cluster random sampling technique. Data were collected through interviews using a questionnaire and analyzed by univariate analysis and bivariate. The results showed that most of cadre in the alert village and non alert villages in the age of ≥ 32 year. Most of cadre in non Alert Villages not graduated from high school, while in Alert Village the cadre graduated from Junior High School. Cadre in both villages do not have jobs (housewife) and serve more than ≥ 4 years in the Alert village, while in non alert villages serve less than 4 years. Information obtained by the cadre of alert village is from the print media while the cadre in non alert villages get it from electronic media. Cadre of alert get more training and socialization about Alert Village compared to non Alert Villages Cadre. The results of the bivariate analysis found that cadre who receive training and socialization of the Alert Villages have a better knowledge than those who does not. There is a knowledge differences about Alert Villages between cadre in the Alert village and non Alert Villages. So that it is necessary to enhance the effort of cadre knowledge through training and socialization of about alert village in the implementation and developmet of Alert Village / Sri Lestari Ningsih
"ABSTRAK
Pada tahun 2015 Kemenkes RI menargetkan bahwa 80% desa telah
menjadi Desa Siaga aktif. Tercatat pada tahun 2009 jumlah Desa Siaga yang ada
Propinsi Kalimantan Tengah sebanyak 136 (9,67%) dari 1.406 desa dan
kelurahan yang ada. Sedangkan di Kabupaten Katingan jumlah Desa Siaga
sebanyak 28 (17,3%) dari 161 jumlah desa/kelurahan. Program Desa Siaga yang
digulirkan oleh Depkes yang pada pelaksanaannya tidak berjalan. Dimana kader
ini merupakan salah satu penggerak masyarakat yang telibat secara langsung
untuk membantu petugas kesehatan dalam mengelola Desa Siaga.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Katingan untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan kader tentang Desa Siaga di Desa Siaga dan desa yang
berstatus belum siaga. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Populasi dan sampel adalah kader di Posyandu 68 orang kader di Desa Siaga dan
68 orang di desa yang berstatus belum siaga. Variabel-variabel yang diteliti adalah
karakteristik kader (umur, pendidikan, pekerjaan, dan lama mengabdi), Pajanan
informasi tentang Desa Siaga melalui media mssa (media elektronik dan cetak),
Pelatihan dan sosialisasi tentang Desa Siaga. Sampel didapatkan dengan tehnik
clusster random sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan
kuesioner dean dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat.
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata umur kader di Desa Siaga dan desa
yang berstatus belum siaga sebagian besar berumur ≥ 32 tahun.tingkat pendidikan
kader di desa yang berstatus belum siaga tamat SLTA, sedangkan di Desa Siaga
tamat SLTP. kader di kedua status desa tersebut tidak memiliki pekerjaan (IRT)
dengan lama mengabdi jadi kader ≥ 4 tahun di desa siaga sedangkan kader di
desa yang berstatus belum siaga lama mengabdi < 4 tahun. Informasi yang
didapatkan olek kader di Desa Siaga melalui media cetak sedangkan di desa yang
berstatus belum siaga melalui media elektronik. Kader di Desa Siaga lebih banyak
mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang Desa Siaga dibandingkan dengan
kader di desa yang berstatus belum siaga. Hasil analisa bivariat di dapatkan bahwa
kader yang mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang Desa Siaga
pengetahuannya lebih baik dari pada yang tidak mendapatkan pelatihan dan
sosialisasi tentang Desa Siaga dan didapatkan ada perbedaan pengetahuan kader
tentang Desa Siaga di Desa Siaga dan desa yang berstatus belum siaga.
Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan kader
melalui pelatihan dan sosialisasi tentang desa siaga dalam pelaksanaan
pengembangan desa siaga

ABSTRACT
In the year 2015, The Ministry of Health of Indonesia targeted that 80% of
villages have become the active Alert Village. Recorded in the year 2009 the
number of Alert villages in Central Kalimantan Province is 136 (9.67%) of 1406
villages in there. While in Kabupaten Katingan a number of Alert Village is 28
villages (17.3%) of 161 villages. The implementation of Alert Village program
that launched by the Ministry of Health is not working. Cadre is one of the
community activator that directly assist health workers in managing alert village
health.
The study was conducted in Kabupaten Katingan to know the differences
of cadre knowledge about Alert Village in Alert village and non Alert Villages.
The study design was cross sectional study. Population and the sample was a
cadre in the Posyandu. The sample consisted of 68 cadre from Alert Villages and
68 cadres from non Alert Villages. The variables that’s been studied were the
characteristics of cadre (age, education, occupation, and length of service),
Exposure information about the alert village through Mass Media (electronic and
print media), training and socializing about alert village. Samples obtained by
cluster random sampling technique. Data were collected through interviews using
a questionnaire and analyzed by univariate analysis and bivariate.
The results showed that most of cadre in the alert village and non alert
villages in the age of ≥ 32 year. Most of cadre in non Alert Villages not graduated
from high school, while in Alert Village the cadre graduated from Junior High
School. Cadre in both villages do not have jobs (housewife) and serve more than
≥ 4 years in the Alert village, while in non alert villages serve less than 4 years.
Information obtained by the cadre of alert village is from the print media while the
cadre in non alert villages get it from electronic media. Cadre of alert get more
training and socialization about Alert Village compared to non Alert Villages
Cadre. The results of the bivariate analysis found that cadre who receive training
and socialization of the Alert Villages have a better knowledge than those who
does not. There is a knowledge differences about Alert Villages between cadre in
the Alert village and non Alert Villages.
So that it is necessary to enhance the effort of cadre knowledge through
training and socialization of about alert village in the implementation and
developmet of Alert Village."
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. A. Kundewi Yudiati
"ABSTRAK
Peningkatan keunggulan kualitas pendidikan tinggi, sangat tergantung dari pada pengajarnya. Salah satu strategi pokok pembangunan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam GBHN 1993 adalah peningkatan keunggulan kualitas pendidikan tinggi, sesuai dengan UU Perguruan Tinggi Nomor 22 Tahun 1961, yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur dari 12 sampel PTS yang diambil secara purporsive dan 74 staf pengajar sampel diambil dari stratifikasi random sampling. Dan temuan hasil penelitian dihitung dengan Cara statistik model regresi linier berganda.
Kesimpulan dari hasil pengujian secara statistik adalah sebagai berikut :
1. Bahwa komponen-komponen : Kemampuan staf pengajar Upaya professional Kesesuaian waktu dengan tugas Kesesuaian keahlian dengan tugas Masa kerja dan kepangkatan Upah dan insentif serta Kebijaksanaan pemerintah Berpengaruh terhadap produktivitas Tenaga Pengajar PNS pada PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah III Jakarta.
2. Bahwa sebesar 30,68 % produktivitas tenaga pengajar PNS pada PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah III DKI Jakarta dipengaruhi oleh kemampuan staf pengajar (kinerja), upaya profesional (motivasi), kesesuaian waktu dengan tugas, kesesuaian keahlian dengan beban tugas, masa kerja dan kepangkatan, upah dan insentif serta kebijaksanaan pemerintah.
Perlunya mengadakan langkah-langkah penyesuaian kebijaksanaan pemerintah tentang kewenangan menguji Ujian Negara bagi PNS pada PTS di Lingkungan Wilayah III DKI Jakarta."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Amran
"Masalah Residivisme merupakan masalah yang dihadapi oteh pemerintah khusunya Lembaga Pemasyarakatan. Karena terjadinya Residivisme terkait dengan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, keberhasilan pembinaan mempengaruhi perkembangan residivisme. Ini terlihat dari angka residivisme di Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia yang masih berkisar 6-7 % yang tercatat. Belum lagi angka residivisme yang tidak tercatat, kemungkinan jumlahnya lebih besar dilihat dari semakin maraknya tingkat kejahatan di Indonesia. Hal ini tentu penting untuk dibicarakan, mengapa para pelaku kejahatan masih rnengulangi perbuatannya. Dalam ha! ini tentu ada faktor yang mendorong pelaku kejahatan untuk mengulangi tindak pidana untuk kesekian kalinya. Faktor sosio demografis yang melingkupi iingkungan tempat tinggalnya, lingkungan peradilan pidana, lingkungan lembaga pemasyarakatan, dan lingkungan ketika kembali ke masyarakat setelah menjalani hukuman, bisa menjadi factor pendorong untuk melakukan pengulangan tindak pidana.
Penelitian "Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya Residivisme" berupaya mencari fakror sosio demografis yang mendorong residivis untuk melakukan pengulanggan tindak pidana Penelitian ini memakai metode survey yakni menyebarkan kuessioner kepada narapidana residivis di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, juga dilakukan wawancara. Data kemudian dianalisa dengan mentabulaslkan data dan dideskripsikan dalam uraian untuk melihat apakah terdapat faktor sosio demografis yang mendorong terjadinya pengulangan kejahatan (tindak pidana) residivis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendorong terjadinya residivisme di dalam empat lingkungan yang dilaluinya. Dilingkungan tempat tinggal responden diketahui memberi pengaruh kepada tindakan kejahatan. Kemudian di lingkungan peradilan pidana terdapat proses krimininalisasi berupa kekerasan polisi saat melakukan penangkapan, penahanan dan persidangan terhadap tersangka pelaku kejahatan. Di lembaga pemasyarakatan juga terdapat budaya kriminal yang bisa menjadikan orang yang masuk kedalamnya menjadi lebih jaliat, karena bergaul dengan penjahat tangguh. Kemudian kembali ke dalam lingkungan masyarakatnya, terdapat pemberian cap sebagai pelaku kejahatan kepada mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
S6265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia
"Sebagai negara yang kaya akan kulinernya, Gastronomi Prancis berhasil mendapatkan gelar sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 2010. Hidangan yang disajikan dalam gastronomi Prancis kaya akan produk dagingnya. Konsumsi daging yang tinggi tidak menutup mata masyarakat Prancis akan kesejahteraan hewan. Gerakan vegan berjalan bersamaan dengan kelompok kesejahteraan hewan dalam mempromosikan gaya hidup vegan demi mengurangi angka pembunuhan hewan untuk dijadikan makanan bagi manusia. Maka dari itu, muncul pertanyaan bagaimana gerakan dari kedua kelompok ini mempengaruhi konsumsi daging masyarakat Prancis. Penelitian ini mengkaji dampak yang dihasilkan oleh gerakan kelompok kesejahteraan hewan dan veganisme dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosial dari Sartono Kartodirdjo dengan menganalisis fenomena yang muncul di masyarakat. Setelah dilakukan analisis, ditemukan bahwa gerakan veganisme dan kelompok kesejahteraan hewan berhasil menurunkan angka konsumsi daging pada 2016 dan 2019. Gerakan kedua kelompok juga berhasil membuat pemerintah Prancis mengeluarkan kebijakan pangan yang turut andil dalam penurunan angka konsumsi daging.

As a country who has rich culinary traditions, French gastronomy was named as one of the Intangible Cultural Heritage by UNESCO in 2010. Dishes served in the French gastronomy are rich in meat products. The high consumption of meat has not turned a blind eye to French society for animal welfare. The vegan community works hand in hand with animal welfare groups to promote the vegan lifestyle to reduce the number of animals killed and used as food for humans. Therefore, the question arises on how the movements of these two groups affect French society’s meat consumption. This study examines the impact generated by the animal welfare movement and veganism using historical research methods. With a social approach by Sartono Kartodirdjo, this study analyzes the phenomena that appear in society. This study found that the animal welfare and vegan groups succeeded in reducing meat consumption in 2016 and 2019. The movements of the two groups also succeeded in getting the French government to issue food policies that contributed to reducing meat consumption."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Mulyadi
"Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk miskin dan menurunnya berbagai indikator kesehatan, diantaranya meningkatnya insidens Kurang Energi Protein (KEP) terutama pada bayi dan anak. Situasi tersebut berakibat pada menurunnya status gizi masyarakat terutama pada kelompok usia 6 - 23 bulan dan meningkatnya prevalensi gizi buruk. Peningkatan angka kejadian balita gizi buruk akibat krisis ekonomi memicu peningkatan angka kesakitan penyakit-penyakit infeksi pada kelompok usia tersebut karena daya tahan tubuh yang rendah mengakibatkan balita menjadi kelompok rentan penyakit. Salah satu penyakit yang panting untuk diwaspadai pada kelompok balita gizi buruk adalah penyakit TBC paru karena angka kesakitan penyakit tersebut pada usia dewasa produktif masih cukup tinggi terutama dari kelompok masyarakat ekonomi lemah sebagai sumber penularan pada kelompok balita gizi buruk yang banyak terdapat pada kelompok masyarakat tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian TBC Paru pada balita berstatus gizi buruk di Kota Bogor tahun 2003. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 200 balita yang terdiri dari 50 balita gizi buruk penderita TBC sebagai kasus dan 150 balita gizi buruk non penderita TBC sebagai kontrol. Data penelitian terdiri dari data sekunder yang diperoleh dengan cara observasi dokumen dan data primer yang diperoleh dengan cara wawancara dan pengukuran. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan uji Chi Square dan analisis regresi logistik untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan kejadian TBC Paru pada balita gizi buruk.
Hasil Uji Kai Square menunjukkan bahwa terdapat 5 (lima) variabel yang berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian TBC Paru balita gizi buruk yaitu Penderita TBC serumah, kelembaban kamar, kelembaban ruang keluarga, pencahayaan kamar dan pencahayan ruang keluarga sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi logistik diketahui bahwa variabel perilaku merupakan variabel yang dominan berhubungan dengan kejadian TBC paru pada balita gizi buruk di Kota Bogor tahun 2003 (OR = 10,99). Dari hasil pemodelan variabel penelitian diketahui pula bahwa balita gizi buruk dengan faktor risiko tinggal di rumah yang kelembabannya tidak memenuhi syarat dan tinggal dengan penderita TBC Paru berperilaku tidak sehat mempunyai probabilitas terkena penyakit TBC Paru sebesar 85% dibandingkan dengan balita gizi buruk yang tidak memiliki faktor risiko tersebut.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah peningkatan kegiatan pengobatan penderita TBC Paru serta pencegahan penderita putus berobat dengan menggunakan strategi DOTS dan pembentukan PMO, Pemberian reward bagi penderita TBC Paru yang tuntas berobat, Pemberian stimulan dan pembentukan kelompok arisan rumah sehat dalam perbaikan perumahan penduduk agar memenuhi syarat kesehatan lingkungan serta peningkatan upaya penyuluhan kepada masyarakat terutama bagi penderita TBC paru agar tidak berperilaku yang dapat menularkan penyakit tersebut seperti meludah disembarang tempat, serta bersin atau batuk dengan tidak menutup mulut.

Economics crises in longer time have increased poor population group that followed with decreasing of healthy indicators in case increasing of malnutrition incidence especially babies and children. The situation may have decreased of public nutrition status especially in the group of children 6 - 23 months age and increased malnutrition prevalence. Increasing children malnutrition prevalence has triggered increasing of infectious disease morbidity in the group caused lowness of immunity in the group as a high risk group was attacked infectious disease. One of infectious disease with have alerted in the malnutrition children group is pulmonary TBC, because morbidity case of the disease in adult productive group still more, especially in poor population community, as infecting agent to the malnutrition children group.
The research objective is about risk factors that related with pulmonary TBC incidence in malnutrition children group in Bogor 2003. Research design is case control study with 200 children as sample, 50 children with TBC Pulmonary as case group and 150 children without TBC Pulmonary as control group. Research data consist of secondary data by document observation and primary data by questionnaire and measurement. The data analyses with chi-square and logistic regression analyses to know how the risk factor and pulmonary TBC incidence in the case group related
As a summary of chi square test shows that five variable have statistically significant with pulmonary TBC incidence in case group ; in case a victim of pulmonary TBC at home, humidity of bed room, humidity of living room, illumination of bed room and illumination of living room. The logistic regression analyses shows that attitude variable is dominantly variable related with pulmonary TBC Incidence in Bogor 2003 (OR = 10,99). Research variable modeling shows that malnutrition children with risk factors : unconditional humidity home and live with an unhealthy attitude pulmonary TBC victim have probability to suffer TBC disease about 85% compared with malnutrition children without risk factors.
As a proposition we suggestion increasing Therapeutic activity for pulmonary TBC victims and preventing with drawal therapy with DOTS strategy and PMO formation ; rewarding for pulmonary TBC victims who have completed therapy ; giving stimulant and "arisan rumah sehat" . increasing health promotion especially for TBC pulmonary victims so they have healthy attitude to prevent spreading TBC disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>