Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102496 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Kusumaningrum
"
ABSTRAK
Sinema merupakan salah satu bidang seni yang meskipun baru tumbuh sekitar seratus taham, namun perkembangannya sangat pesat Sinema juga sangat menarik karena ia merupakan media audio sekaligus visual sehingga sangat mendekati realitas. Kedekatan dengan realitas itulah yang membuat sinema merapunyai pengarnh yang kuat terhadap masyarakat. Tidak jarang sinema lah yang memulai suatu trend seperti misalnya trend gaya rambut ataupim gaya berpakaian.
Dalam sejarahnya, perfilman Francis mengalami masa naik-turun. Berbagai aliran pun muncul silih berganti. Nouvelle Vague merupakan sebuah aliran yang muncul pada akhir 50-an dan berkembang pada tahun '60-an. Nouvelle Vague merupakan fenomena yang menarik karena ia sangat berkaitan erat dengan kondisi masyarakat pada masa itu. Nouvelle Vague berbicara tentang realitas masyarakat Francis yang sedang berada dalam proses transformasi, realitas khas periode '60-an. Selain itu, Nouvelle Vague bukan hanya bagian dari perubahan yang sedang terjadi tetapi juga aktor perubahan yang memunculkan alternatif-alternatif barn dalam perfilman Francis baik dari segi etik maupun estetik.
"
1997
S14386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LIPI, 1974
791.43 LEM m (1);791.43 LEM m (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Gita Hardianto
"Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang homogen. Homogenitas masyarakat Jepang menimbulkan xenofobia yang menyebabkan diskriminasi terhadap ras asing. Hafu sebagai salah satu ras asing di Jepang tidak terlepas dari perlakuan diskriminasi. Diskriminasi terhadap hafu khususnya tokoh anak dapat dilihat dalam sebuah film pendek karya Emmanuel Osei-Kuffour, Jr yang berjudul Umaretsuki. Masalah penelitian yang diangkat adalah bagaimana konsep uchi-soto bekerja dalam tindakan diskriminasi terhadap tokoh hafu di dalam film pendek Umaretsuki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana konsep uchi-soto bekerja dalam tindakan diskriminasi terhadap tokoh hafu dalam film pendek Umaretsuki. Penelitian ini menggunakan teori diskriminasi Theodorson & Theodorson dengan konsep uchi-soto untuk melihat pembatas antara pihak uchi dan soto. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pembatas antara pihak uchi dan soto dalam film pendek Umaretsuki diperlihatkan dari tiga aspek yaitu perbedaan penampilan fisik, perlakuan dari pihak uchi terhadap pihak soto, dan stigma masyarakat terhadap pihak soto.

Japanese society is a homogeneous society. The homogeneity of Japanese society creates xenophobia which causes racial discrimination against foreigners. Hafu as one of the foreign races in Japan can not be separated from discrimination. Discrimination against hafu, especially children’s character can be seen in a short film works from Emmanuel Osei-Kuffour, Jr titled Umaretsuki. The problem that will be discussed in this research is how the uchi-soto concept works in acts of discrimination against hafu in the short film Umaretsuki. The purpose of this research is to explain how the uchi-soto concept creates a barrier between uchi and soto, causing discrimination against hafu in the short film Umaretsuki. This research applies Theodorson & Theodorson’s discrimination as a theory and uchi-soto concept to see the barrier between uchi and soto. The result of this research is the barrier between uchi and soto in Umaretsuki shown from three aspects, differences in physical appearance, treatment from uchi to soto, and stigma towards soto."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wuri Imanda
"Entre les murs adalah film bergenre drama tahun 2008 yang disutradarai oleh Laurent Cantet, berdasarkan novel Entre les Murs tahun 2006 karya François Bégaudeau. Film ini menceritakan kondisi suatu kelas di sekolah Prancis yang terletak di daerah banlieue. Film ini memenangkan Palme d'Or dalam Festival Film Cannes 2008. Artikel ini bertujuan untuk memberikan sumbangan informasi mengenai interaksi sosial yang terlihat dalam film Entre Les Murs. Artikel ini juga dapat memperlihatkan gambaran multikultural di Prancis.

Entre les murs is a 2008 drama genre movie directed by Laurent Cantet, based on Entre les murs novel by François Bégaudeau 2006. This film tells the condition of a class at a French school located in the suburbs. The film won the Palme d'Or in Cannes Film Festival 2008. This article aims to provide information about the contribution of social interaction seen in the film Entre Les Murs.This film also shows multiculturalism in France.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Budi Wicaksono Wirawan
"Film merupakan salah satu bentuk karya sastra bersifat audiovisual yang diciptakan untuk menghibur, memberi pelajaran, serta menyampaikan pesan kepada penonton. Tokoh atau penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik yang berperan penting dalam menyampaikan cerita dari sebuah karya sastra. Oleh karena itu, sebuah film memerlukan tokoh yang menarik agar berkesan bagi penonton. Tokoh yang menarik dapat diwujudkan melalui penokohan. Penelitian ini menganalisis dan membandingkan tokoh utama dari film berjudul Hyung (2016) dan Bohoja (2022) menggunakan psikologi sastra. Teori yang digunakan dalam analisis adalah teori kepribadian Sigmund Freud. Melalui analisis penokohan Go Doo-shik dan Choi Soo-hyuk, penelitian ini memaparkan perubahan karakter yang dialami kedua tokoh menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penokohan pada kedua tokoh tersebut menunjukkan bahwa kisah pertobatan sering muncul dalam perfilman Korea Selatan dan kisah tersebut menunjukkan bahwa tokoh yang melakukan tindakan amoral dapat mengubah dirinya menjadi orang yang lebih bermoral.

Film is a form of audiovisual literary work created to entertain, teach, and convey messages to the audience. Characters or characterization are one of the intrinsic elements that play an important role in conveying the story of a literary work. Therefore, a film needs interesting characters to make an impression on the audience. Interesting characters can be created through characterization. This research analyzes and compares the main characters from Hyung (2016) and Bohoja (2022) using literary psychology. The theory used in the analysis is Sigmund Freud's theory of personality. Through the analysis of Go Doo-shik and Choi Soo-hyuk’ characterization, this research details the transformation experienced by the two characters using qualitative descriptive methods. The characterization of these two characters exhibit stories of redemption that often appear in South Korean films and these stories show how characters who have committed immoral acts can change themselves into a moral person."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Shuri Mariasih Gietty
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T19802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fitria Adhisresti
"ABSTRAK
Film merupakan sebuah bentuk semi tekstual yang dipengaruhi oleh dan mempengaruhi sastra maupun kritik sastra dan dipandang penting untuk penciptaan makna karena adanya hubungan yang erat dengan budaya, ideologi, dan penonton. Dengan memiliki hubungan erat dengan budaya, film pada umumnya juga mempersembahkan gambar dan cerita yang relevan dan mewakili penggambaran dunia nyata. Penelitian ini membahas bagaimana mobilitas sosial khususnya kaum perempuan Soviet terpotret dalam film Москва Слезам Не Верит (Moskow Tidak Mengenal Sedih) karya Vladimir Menshov. Budaya hidup komunal dan hidup dalam tekanan kelas pekerja mendorong ketiga tokoh perempuan dalam film tersebut untuk mencari kehidupan lebih baik dengan caranya masing-masing. Cara yang ditempuh secara individualis menghasilkan mobilitas sosial yang berbeda pada tiap tokohnya. Permasalahan yang dianalisis adalah bagaimana kaum perempuan Soviet, secara khusus, melakukan mobilitas sosial menuju kelas sosial yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori mobilitas sosial, dan teori feminisme Marxist dan sosialis dan sebuah diskursus tentang fotografi. Adapun untuk metode penelitiannya Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek sosial, politik dan budaya yang muncul di tengah masyarakat Soviet berdampak pada kebijakan pemerintah yang pada akhirnya mendorong pergeseran posisi sosial kaum perempuan Soviet

ABSTRACT
Films are semi textual art that commonly represent moving pictures and stories that are relevant and representative to social facts and issues of a community and people within a specific timeframe. This research analyzes how social mobility is portrayed in the film Москва Слезам Не Верит (Moscow Does Not Believe in Tears) by Vladimir Menshov. The pressure living a life that fits into the worker class pushed each of the three women characters in the film to search for a better life in their own respective ways. Each characters own approach to happiness results in different social mobility patterns and creates a different story distinct to each of the character. This research discusses how Soviet women exert their ways to climb the social ladder as portrayed in the film. This research uses the thoery of social mobility and Marxist and socialist feminism and one discourse on photography. This research utilizes qualitative method to describe the stories happen in the film and associate them to certain aspects in the Soviet period. The result of this research shows that social mobility occured in the film is indirectly influenced by the aspects of social, politics and culture that prevailed amongst Soviet people.
"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jum`a Khatib Nur Ali
"Disertasi ini membahas representasi imigran oleh Uni Eropa di booklet Festival Film Europe on Screen Indonesia. Data diambil dari lima booklet festival dari tahun 2008 hingga 2011. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana imigran dalam masyarakat multikultur UE direpresentasikan kepada Indonesia dan apakah latar belakang ideologinya. Penelitian kualitatif ini menggunakan teori sirkuit budaya sebagai kerangka teori dan representasi konstruksionis dengan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola dan ideologi orientalis kepada Indonesia pada data penelitian.

This dissertation discusses immigrant representation by the European Union in Indonesian Europe on screen Film Festival booklets. Data are obtained from five booklets from 2008 until 2011. The goal is to see how immigrants in European Union multicultural society are represented to Indonesia and to discover the ideological background of the representation. This research adopts circuit of culture the grand theory, with constructive representation approach, using semiotic method. Research results arising from data analysis suggest a pattern of orientalist ideology towards Indonesia found on the research data verified.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
D1969
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafianti
"Tulisan ini membahas mengenai representasi identitas gay dalam film berjudul yaganbihaeng. Film yaganbihaeng berhasil menampilkan dinamika kehidupan seorang remaja gay di tengah lingkungan sekolah. Berbeda dari film remaja lainnya yang biasanya membahas sisi percintaan atau pendidikan, film ini membahas isu identitas seksual yang masih sangat minim keberadaanya. Hal ini lah yang menjadikan film ini objek dari penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan representasi identitas gay dan representasi gay di lingkungan remaja dan sekolah dalam film yaganbihaeng. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode analisis deskriptif dan teori representasi Stuart Hall. Representasi yang digambarkan oleh film ini kebanyakan berupa sebuah kritik sosial terhadap masyarakat. Kritik mengenai pandangan dan perilaku masyarakat luas terhadap seorang homoseksual di dunia nyata yang cenderung buruk dan diskriminatif.
This paper discusses the representation of gay identity in the movie titled yaganbihaeng. Yaganbihaeng film managed to show the dynamics of the life of a gay teenager in the middle of a school environment. This is what makes this film the object of this research. Different from other teen films which usually discuss the side of love or education, this film discusses the issue of sexual identity which is currently a rare issue to be discussed. The purpose of this study was to find how the representation of homosexual identity and homosexual representation in the teens and schools in the film yaganbihaeng represented. The method used in this study is descriptive analysis method and representation theory of Stuart Hall. The representation described by this film is mostly in the form of a social criticism of society. Criticism of the views and behavior of the wider community which tends to be bad and discriminatory against a homosexual in the real world."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>