Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93395 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiman Hakim
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah menggambarkan istilah Perancis dalam peristilahan pos Indonesia. Data dikumpulkan dari buku Kamus Pos dan Giro, buku Vocabu_laire Polyglotte du Service Postal International, benda-benda pos serta wawancara dengan beberapa tokoh perposan dan salah seorang penyusun buku Kamus Pos dan Giro. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan istilah pos Indonesia yang berasal dari bahasa Perancis dari sumber data yang ada. Istilah pos Indonesia tersebut lalu diteliti dan dikelompokkan berdasarkan pembentukannya.
Dari analisis data diketahui bahwa dari seluruh istilah pos Indonesia yang berasal dari bahasa Perancis, 60,2% merupakan hasil penerjemahan, 13% hasil penyerapan serta 26,8% hasil penerjemahan sekaligus penyerapan. Jumlah persentase yang besar dari istilah hasil penerjemahan menandakan bahwa Indonesia hanya mengambil konsep istilah bahasa Perancis, sedangkan bentuknya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Pembentukan istilah pos Indonesia dari bahasa Perancis jelas menambah kosa kata bahasa Indonesia, baik istilah hasil penerjemahan, penyerapan, maupun penerjemahan sekaligus penyerapan. Istilah pos Perancis dapat dikatakan memasuki peristilahan pos Indonesia karena pemaksaan, yaitu sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota organisasi Perhimpunan Pos Sedunia. Dari seluruh istilah pos Indonesia yang terdapat dalam buku Kamus Pos dan Giro, 32,11% berasal dari bahasa Perancis. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh bahasa Perancis pada peristilahan pos Indonesia cukup besar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16392
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silfia
"ABSTRAK
Penelitian yang membahas masalah pungutan ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan, yaitu dengan menggunakan kamus ekabahasa bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai proses pemungutan, bentuk istilah pungutan, dan untuk menggambarkan makna istilah pungutan yang memadai/kurang memadai dalam BI.
Pengumpulan data dilakukan dengan mencuplik istilah-_istilah yang bertanda Pr (berasal dari bahasa Perancis) dalam kamus hukum bahasa Indonesia. Data yang diperoleh berjumlah 107 buah istilah. Akan tetapi setelah data-data tersebut diteliti dalam kamus hukum Perancis, hanya dijumpai 42 istilah. Data yang 42 inilah yang diteliti.
Penelitian dilakukan beberapa tahap. Pertama penelitian mengenai proses pemungutan, kedua mengenai bentuk istilah pungutan, dan yang ketiga analisis sem.
Dalam melakukan analisis, penulis bertumpu pada beberapa teori, yaitu teori mengenai bentuk istilah dari Andre Martinet dan analisis sem dari Mariana Tutescu.
Hasil analisis proses pemungutan menunjukkan bahwa sebagian besar istilah dipungut melalui proses penerjemahan (57,14%), penyerapan istilah secara utuh (26,19%), dan penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal (16,67%). Besarnya persentase istilah yang dipungut melalui proses penerjemahan menunjukkan bahwa bahasa Indonesia lebih mengutamakan pemakaian istilah asing yang sudah diterjemahkan.
Bentuk-bentuk istilah pungutan dalam BI sebagian besar berbentuk monem dan sintagma (masing-masing 33,33%), selebihnya berbentuk sintem /derivasi/(23,81%), dan sintem/komposisi (9,52%).
Dari analisis sem yang dilakukan sebagian besar makna istilah pungutan dalam BI memiliki makna yang memadai (90,48%), dan makna yang kurang memadai (9,52%). Timbulnya makna yang kurang memadai, karena istilah pungutan tersebut mendapat padanan yang kurang tepat.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S16390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Cecilia Hegi
"ABSTRAK
Setiap bahasa bersifat universal dan sekaligus bersifat unik. Yang dimaksud dengan universal adalah bahwa setiap bahasa memiliki sifat-sifat umum yang ada pada bahasa lain. Sedangkan yang dimaksud dengan unik adalah bahwa setiap bahasa memiliki sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Itu sebabnya bahasa yang satu berbeda dengan bahasa yang lain. Tetapi, selain ada perbedaan di antara dua bahasa, terdapat persamaan. Misalnya, leksem bahasa Francis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas yang memiliki kemiripan dalam hal bentuk dan bunyinya. Secara umum, leksem-leksem yang memiliki kemiripan bentuk dan bunyi, seperti acceptabilite-akseptabilitas, faulte-fakultas, musicalite-musikalitas dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Ternyata, makna dari leksem acceptabilite berbeda dengan makna dari leksem akseptabilitas. Untuk melihat persamaan dan perbedaan makna dari leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas, digunakan anal isis komponen makna.
Dari perbandingan makna dari leksem-leksem tersebut, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Tidak semua leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te memiliki makna yang sama dengan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya _tas walaupun memiliki kemiripan bentuk dan bunyinya. Leksem bahasa Prancis yang suku kata terakhirnya -te dan leksem bahasa Indonesia yang suku kata terakhirnya -tas bersifat monosemis atau polisemis. Pada umumnya, leksem bahasa Prancis memiliki makna yang lebih banyak (polisemis) dibandingkan dengan leksem bahasa Indonesia. Ada beberapa leksem yang maknanya berbeda sama sekaii.

"
1990
S14430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovanka Mildrid La`oh
"ABSTRAK
Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah apa padanan ungkapan pertentangan bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia, pergeseran apa saja yang terjadi pada penerjemahan ungkapan pertentangan bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia dan bagaimana probabilitas perpadanan ungkapan pertentangan bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia.
Konsep-konsep yang digunakan dalam analisis bertumpu pada wawasan terjemahan yang mencakup konsep perpadanan, pergeseran dan probabilitas perpadanan. Wawasan sintaksis mencakup ungkapan pertentangan bahasa Perancis dan bahasa Indonesia.
Korpus yang berhasil dikumpulkan sebanyak 356 buah yang terdiri atas 277 buah kalimat yang mengguna_kan ungkapan pertentangan yang berkelas kata konjungsi, 54 buah kalimat yang menggunakan ungkapan pertentangan yang berkelas kata adverbial dan 25 buah kalimat yang menggunakan ungkapan pertentangan yang berkelas kata preposisi.
Setelah melakukan analisis berdasarkan korpus yang terkumpul, penulis berkesimpulan bahwa perbedaan yang terdapat dalam sistem ungkapan pertentangan bahasa Perancis dan bahasa Indonesia adalah perbedaan kelas kata; ungkapan pertentangan bahasa Perancis terdiri dari 3 kelas kata yaitu, konjungsi, adverbia dan preposisi sedangkan ungkapan pertentangan bahasa Indonesia hanya terdiri dari kelas kata konjungsi maka dalam penerjemahan terjadi pergeseran kelas kata.
Mayoritas padanan ungkapan pertentangan bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia adalah ungkapan pertentangan tetapi. Ungkapan pertentangan bahasa Indo-nesia meskipun/walaupun merupakan padanan dari beberapa ungkapan pertentangan bahasa Perancis. Ungkapan pertentangan pourtant merupakan ungkapan pertentangan yang kaya akan makna karena dapat mempertentangkan bermacam-macam hal.

"
1990
S14400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Widhawati H.
"Penelitian mengenai ujaran perintah BP dan padanannya dalam BI bertujuan untuk menunjukkan bentuk padanan ujaran perintah BP dalam bahasa Indonesia. Sumber data terdiri dari lima karya bahasa Prancis serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode penelitian korpus. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori-teori dalam wawasan terjemahan, semantik, dan sintaksis.
Dari wawasan terjemahan terdiri dari teori perpadanan dalam terjemahan yang mencakup perpadanan tekstual dan kesejajaran bentuk serta tentang probabilitas perpadanan; dari wawasan semantik terdiri dari, teori tentang perintah dan klasifikasi ujaran perintah; dan dari wawasan sintaksis terdiri dari teori mengenai tipe kalimat.
Dari 134 data ujaran perintah yang terkumpul diklasifikasikan atas: suruhan, permintaan, larangan, ajakan/bujukan, nasihat, harapan, dan izin. Kemudian dari segi bentuk kalimat yang mengungkapkan ujaran perintah tersebut, data dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: ujaran perintah yang diungkapkan dengan kalimat imperatif dan ujaran perintah yang diungkapkan dengan kalimat non-imperatif.
Setelah menganalisis penerjemahan ujaran perintah BP dan melihat padanannya dalam BI, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Ujaran perintah BP semuanya mendapat padanan berupa ujaran perintah juga dalam BI. Berdasarkan klasifikasi ujaran perintah, semua jenis ujaran perintah BP mendapat padanan yang sama dalam BI. Dari segi bentuknya, ujaran perintah BP sebagian besar diungkapkan dengan kalimat imperatif dan padanannya dalam BI sebagian besar juga diungkapkan dengan kalimat imperatif BI.
Ujaran perintah BP yang diungkapkan dengan kalimat non-imperatif terdiri dari kalimat deklaratif dan kalimat interogatif. Ujaran perintah yang berbentuk kalimat deklaratif mendapat padanan dalam BI berupa ujaran perintah yang diungkapkan dengan kalimat deklaratif dan imperatif. Sedangkan yang berbentuk kalimat interogatif semuanya mendapat padanan dengan bentuk yang sama dalam BI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Lestari
"Setiap bahasa pada dasarnya mempunyai sistem sendiri dan cara untuk mengungkapkan gagasan sendiri. Itu sebabnya bahasa dikatakan bersifat unik. Namur, ternyata ada hal-hal yang sama terdapat pada dua bahasa yang berbeda. Misalnya, orang menemukan unsur-unsur leksikal seasal di dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, padahal kedua bahasa tersebut tidak berkerabat. Pada umumnya unsur-unsur leksikal seasal, misalnya demonstration - demonstrasi, devaluation - devaluasi, embarcation - embarkasi, dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Kenyataannya, makna dari embarcation berbeda dengan makna dari embarkasi. Untuk menggambarkan persamaan den perbedaan makna unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, skripsi yang berjudul Unsur-unsur Leksikal Seasal Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia ini menggunakan metode analisis kontrastif dan teori-teori polisemi dan monosemi.
Hasil dari pembandingan makna unsur-unsur leksikal seasal menunjukkan bahwa persamaan unsur-unsur leksikal tersebut adalah: (1) Unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia bersifat polisemis dan monosemis; (2) Makna pada umumnya 'perbuatan' atau 'hasil dari suatu tindakan'; (3) Ada beberapa unsur leksikal memiliki makna yang sama dan disebut sebagai seasal asli.
Perbedaan unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia ialah: (1) Pada umumnya, makna unsur leksikal bahasa Prancis lebih banyak (polisemis) daripada makna unsur leksikal bahasa Indonesia; (2) Sebagian besar pasangan leksikal seasal Prancis-Indonesia adalah seasal sebagian, maksudnya ada makna yang sama dan ada makna yang berbeda; (3) Sebagian kecil unsur-unsur leksikal seasal tersebut berbeda makna dan disebut seasal palsu. Karena sebagian besar pasangan leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia adalah seasal sebagian, secara umum dapat disimpulkan bahwa makna dari unsur-unsur leksikal tersebut berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Keumala
"ABSTRAK
Dewasa ini bahasa digunakan oleh masyarakat dunia dalam segala aspek kehidupan manusia, terutama dalam memperluas cakrawala budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Setiap bahasa di dunia memiliki kekhasan tersendiri, yang dapat membedakannya dengan bahasa_-bahasa lain. BP dan BI adalah dua bahasa yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh karena kedua bahasa itu berasal dari rumpun bahasa yang berbeda, dan juga oleh faktor geografis. Namun dengan kenyataan ini apakah masih ada kemungkinan persamaan di antara kedua bahasa tersebut? Penelitian fungsi keterangan cara BP dan BI ini akan mengungkapkan hal tersebut.
Dalam penelitian ini, penekanan analisis adalah pada bentuk dan posisi unsur pengisi fungsi keterangan cara BP dan BI, sehingga metode yang digunakan adalah analisis kontrastif teoritis. Untuk memerikan fungsi keterangan cara BP dan BI digunakan konsep-konsep seperti satuan sintaksis dan otonomi sintaksis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa fungsi keterangan cara BP dan BI memiliki perbedaan sekaligus persamaan dari segi bentuk dan dari segi posisi.Perbedaan posisi unsur-unsur pengisi fungsi keterangan cara BP yang mempunyai bentuk yang sama ataupun yang berada dalam kalimat yang memiliki verba yang sama, disebabkan oleh jenis verba (V.tr atau V.Intr) dan juga oleh bentuk verba (bentuk sederhana atau bentuk gabungan) pengisi predikat kalimat. Sementara itu dalam BI,
perbedaan posisi hanya disebabkan oleh jenis verba pengisi predikat kalimat, dan tidak oleh bentuk verbanya. Hal ini disebabkan dalam BI tidak dikenal sistem verba gabungan.
Selaniutnya, kesamabangunan hanya dipenuhi oleh sebagian kecil unsur-unsur yang dibandingkan, yaitu beberapa unsur tertentu berupa sintem, berupa sintagma, dan berupa klausa.
Akhirnya, skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam linguistik umum khususnya sintaksis, dan dalam linguistik terapan seperti penerjemahan dan pengajaran bahasa.

"
1990
S14390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Setiawati Noegroho
"Dalam setiap proses penerjemahan selalu kita temui adanya hambatan. Salah satu penyebab adanya hambatan ini adalah sistem bahasa yang satu dengan yang lain tidak selalu sama. Hambatan dalam penerjemhaan ini dapat menyebabkan munculnya varasi padanan. Demikian pula pada proses penerjemahan preposisi di, dari BI ke BP ditemui juga variasi padanan. Variasi padanan inilah yang menyebabkan penerjemahan preposisi di ke dalam BP menarik untuk diteliti. Dalam skripsi ini diteliti padanan preposisi di yang muncul dalam BP, bagaimana probabilitasnya dan pergeseran apa saja yang terjadi. Untuk melakukan penelitian ini, data diambil dari lima buah cerita pendek BI yang telah diterjemahkan ke dalam BP. Dan sebagai dasar dari penelitian ini digunakan teori-teori dari wawasan terjemahan, yang terdiri dari teori perpadanan, pergeseran serta probabilitas; dan teori dari wawasan sintaksis, yang terdiri dari tataran sintaksis, teori mengenai preposisi dalam BI, khususnya preposisi di dan teori mengenai preposisi dalam BP. Data yang terkumpul dari lima buah cerita pendek tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu yang padanannya muncul dan yang padanannya tidak muncul. Pada kelompok preposisi yang padanannya muncul preposisi di dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi yang dihantarkannya: fungsi keterangan tempat dan fungsi keterangan waktu. Baik pada kelompok preposisi di yang padanannya mucul maupun yang padanannya tidak muncul, data dikelompokkan lagi berdasarkan bentuknya: preposisi dasar dan preposisi turunan di. Kemudian dianalisis pula pergeseran apa saja yang terjadi. Sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa munculnya variasi padanan pada preposisi dasar di disebabkan oleh konteks yang ada sebelum atau sesudah preposisi di. Pada preposisi turunan di variasi padanannya selain disebabkan oleh konteks, disebabkan pula oleh adanya sinonim dari padanan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14495
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Miranti Suri
"ABSTRAK
Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah penerjemahan judul buku cerita bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia dilihat dari bentuk dan pesannya serta fungsi bahasa yang menonjol dalan kedua bahasa tersebut.
Konsep-konsep yang digunakan dalam analisis bertumpu pada wawasan terjemahan, tataran gramatikal dan fungsi bahasa dalam komunikasi.
Data yang berhasil dikumpulkan terdiri dari 20 (dua puluh) cerita bergambar, 32 (tiga puluh dua) komik, dan 8 (delapan) buku saku.
Setelah melakukan analisis berdasarkan data, penulis berkesimpulan bahwa penerjemah tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam menerjemahkan judul buku cerita bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemah berhasil mengalihkan pesan judul bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia dan tetap mempertahankan bentuknya.
Sebagian besar judul bahasa Prancis dan judul bahasa Indonesia sama-sama menonjolken fungsi konatif dan fungsi referensial. Fungsi lain yang menonjol adalah fungsi ekspresif, fungsi puitik dan fungsi fatik.

"
1990
S13827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradnadwinka Rono
"Hubungan bilateral antara Indonesia dan Perancis yang meliputi berbagai bidang menyebabkan bahasa Perancis (selanjutnya disingkat sebagai BP) yang mulanya dikenal seba-gai bahasa sastra dan seni sekarang menduduki tempat yang penting sebagai bahasa sumber ilmu pengetahuan dan tekno-logi {Hoed, B H , dan Rahayu Hidayat,1977). Kontak kebuda_yaan dan bahasa antara Indonesia dan Perancis, mengakibatkan bidang penerjemahan memegang peranan dalam menunjang komunikasi antara bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat sebagai BI) dan BP. Pada kenyataannya penerjemah sering menemui hambatan-_hambatan pada saat menerjemahkan. Kesulitan ini terutama disebabkan karena tidak ada dua kebudayaan yang sama sehingga tidak pula dijumpai dua bahasa yang seragam benar. Bahasa berbeda karena sistemnya berbeda, artinya bentuk atau pola bahasa yang satu belum tentu terdapat pada bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14452
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>