Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188654 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monica Yuktiani Hadipoero
"Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah adakah hubungan antara pendidikan dan jenis pekerjaan wanita di kalangan wanita pekerja di Perancis dan bagaimanakah sifat hubungan tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan dengan pembahasan secara deskripti f analitis atas data sekunder. Data yang berhasil dikumpulkan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa pendidikan wanita pada tahun 80-an sudah lebih baik daripada sekitar 40 tahun silam, di mana saat itu sebagian besar wanita hanya merupakan lulusan sekolah dasar, sedangkan pada tahun 80-an, sudah cukup banyak jumlah wanita yang menjalani masa pendidikan sampai ke perguruan tinggi. Sementara jika ditinjau dari segi pekerjaan, hingga tahun 80-an mayoritas wanita bekerja pada bidang jasa, misalnya: pekerja dalam rumah tangga, pegawai biasa, pemberi jasa pelayanan. Setelah melakukan penelitian lebih jauh, maka penulis berkesimpulan bahwa sekalipun tampaknya pendidikan wanita pada tahun 80-an sudah semakin meni,ngkat, namun ternyata wanita yang hanya merupakan lulusan sekolah dasar dan sekolah kejuruan jumlahnya jauh lebih besar daripada jumlah wanita yang belajar sampai ke tingkat yang lebih tinggi, seperti sekolah lanjutan atas, perguruan tinggi maupun Grandes Ecoles. Maka tidaklah mengherankan jika ternyata mayoritas wanita bekerja dalam bidang jasa, yang mengutamakan ketrampilan dan tidak menuntut latar belakang pendidikan yang tinggi. Jadi mernang ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan wanita di kalangan wanita pekerja di Perancis yang sifatnya paralel/sejajar saja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Skripsi ini adalah penelitian mengenai hubungan antara aktivitas dan tingkat kelahiran di kalangan wanita bekerja pada tahun 1970 sampai tahun 1985 di Perancis. Tujuannya ialah untuk memperlihatkan hubungan antara kedua hal tersebut selama tahun 1970 hingga tahun 1985, dengan dibatasi pada tingkat aktivitas wanita berdasarkan kategori sosioprofesional.
Dengan mengadakan Studi kepustakaan, data mengenai tingkat aktivitas wanita di semua kategori sosioprofesional, tingkat kelahiran dan data mengenai wanita bekerja dalam kaitannya dengan anak dan rumah tangga, dikumpulkan dan dianalisis.
Hasil pembahasan menunjukkan béhwa terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara aktivitas wanita bekerja dengan tingkat kelahiran di Perancis pada masa yang sama yaitu tahun 19T0-an hingga tahun 1980."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14281
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Erawati
"Fenomena bertambah pesatnya peningkatan jumlah wanita yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu daripada pekerja purna waktu di Jepang pada sekitar tahun 90-an, tidak dapat dilepaskan dan kesadaran ibu-ibu Jepang akan tanggung jawab utamanya terhadap keluarga. Pekerjaan paruh waktu nampaknya merupakan jalan keluar yang realis bagi kaum ibu bekerja supaya dapat memadukan pekerjaan rumah tangga dan pekerjaannya di luar rumah secara selaras.
Skripsi berjudul PEKERJA PARUH WAKTU WANITA DI JEPANG Antara Pekerjaan dan Rumah Tangga ini mengangkat pokok permasalahan tentang 1. Alasan ibu-ibu rumah tangga di Jepang banyak yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu daripada menjadi pekerja purna waktu. 2. Bagaimana pekerjaan paruh waktu bisa menjadi jalan bagi terlaksananya pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan yang rnenghasilkan uang secara selaras. 3. Keuntungan dan kerugian yang diperoleh ibu-ibu yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu.
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut di atas, penulis membahas dengan menggunakan metode kepustakaan dan menjelaskan perubahan jumlah ibu-ibu yang bekerja sebagai pekerja paruh waktu dengan kecenderungan naik yang dapat dilihat dengan jelas melalui grafik dan tabel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S13884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Kusumawardhani
"Persaingan antar merek setiap produk semakin tajam dalam merebut konsumen. Produsen berlomba-lomba untuk membuat serta memasarkan produk mereka, khususnya produk-produk yang dikategorikan dengan 'consumer goods'(barang konsumsi). Kategori produk cologne di Indonesia sangat pesat perkembangannya, dan pengguna produk cologne ini cukup bervariasi, mulai dari anak-anak sampai dewasa. Produk Colonge ini dapat dikategorikan sebagai produk kecantikan/kosmetika.
Cologne termasuk dalam pilihan produk konsumsi remaja wanita karena cologne dipersepsikan sebagai salah satu produk yang mendukung penampilan mereka. Cologne memberikan keharuman dan membuat mereka menjadi lebih percaya diri. Bila dilihat dari sudut kuantitas saja, jumlah remaja di Indonesia jelas merupakan target pasar yang sangat potensial. Karena potensi ini pula maka para pemasar berlomba-lomba untuk merebutnya.
Produsen atau para pemasar berkewajiban untuk memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkan mereka, apa seleranya, dan bagaimana mereka mengambil keputusan. Apa yang tepat untuk target konsumen yang satu belum tepat untuk target konsumen lainnya. Salah satu strategi pemasaran adalah dengan menggunakan iklan.
Salah satu media bagi produsen untuk beriklan yang dianggap masih cukup efisien adalah Televisi. Tayangan iklan televisi saat ini sudah sangat banyak (cluttered). Tidak tertutup kemungkinan bagi pemirsa televisi memindahkan channel/saluran pada saat iklan berlangsung. Bagaimana iklan yang ditayangkan oleh produsen tersebut dapat mempengaruhi konsumennya, khususnya remaja. Bagaimana pemahaman dan sikap target market remaja ini terhadap iklan yang ditayangkan oleh produsen cologne merek Pucelle.
Subyek penelitian berjumlah 322 orang, terdiri atas remaja putri kelas 1 dan 2 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang dipilih dari 3 SLTP di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan secara kuesioner, dengan metode penelitian survey.
Secara umum hasil pnelitian menunjukkan bahwa pemahaman dan sikap remaja terhadap ikian produk kosmetika pada target konsumen remaja wanita dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan mereka sendiri. Sedangkan tingkat konsumsi media, persepsi kreatif tentang ikian, terpaan ikian, proses pembelajaran pesan ikut mempengaruhi brand awareness produk tersebut pada target konsumen remaja wanita tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Batam strategically located ot the international shipping route;therefore it attracts investor and labor market.About 52% of citizens of Batam is female....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Dariana
"Pabrik sepatu merupakan suatu industri pengolahan yang pekerjanya hampir seluruhnya wanita dimana pekerja di bagian stitching athletic bekerja dengan kepala menunduk menghadap mesin kerja. Pada saat kepala maju kedepan diperlukan kekuatan untuk keseimbangan kepala dan bila ini berlangsung lama akan timbul kelelahan otot yang berakibat nyeri. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui prevalensi serta faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk.
Disain penelitian adalah penelitian potong lintang dengan jumlah sample 251 yang diambil secara random sampling. Data penelitian didapat dari data medical check up, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan nyeri tekan pada daerah sub occipital, tes kompresi menurut Lhermittet, dan pengukuran-pengukuran antara lain pengukuran sudut fleksi leher menggunakan flexible curve, antopometri, tinggi meja dan penerangan.
Hasil penelitian:
Didapatkan prevalensi nyeri tengkuk sebesar 55.4%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri tengkuk adalah umur (p = 0.006) dan fleksi leher (p = 0.000). Faktor yang paling berperan adalah fleksi leher (p = 0.000. OR - 4.58).
Kesimpulan:
Dari penelitian ini secara statistik terbukti bahwa fleksi leher berhubungan dengan timbulnya nyeri tengkuk dimana pada fleksi ≥ 20° mempunyai risiko 4.58 kali lebih besar dari pada fleksi < 20°. Perlu adanya penyuluhan atau pelatihan bagi pekerja tentang cara kerja yang ergonomis dan gerakan-gerakan senam ringan untuk mengurangi keluhan nyeri tengkuk. Oleh karena itu untuk mencegah dan mengurangi prevalensi nyeri tengkuk perlu pemahaman dan kerjasama yang baik dari manajemen, pekerja, perawat dan dokter perusahaan serta instansi terkait.
Relation between Neck Flexion and Neck Pain in Woman Workers of Stitching Athletic Division, Shoe Factory in Tangerang
The shoe factory is a manufactory industry where most workers are women. The workers from stitching athletic division usually work with bowing forward. If the head is bent forward muscle strength is needed to maintain the position. In long period this condition leads to muscle fatigue including neck pain. Based on above situation, the research is carried out to assess the prevalence and factors influencing neck pain.
Design research is cross sectional study with amount of 251 samples and randomly selected. The research data are compiled from medical check-up, anamnesis, physical examination, pain pressure examination on sub occipital area , compression test according Lhermitte and other measurements, such as : angle measurement of neck flexion using flexible curve, anthropometry, high' of table and lighting.
Result:
Prevalence of neck pain 55.4%. The neck pain is associated with age (p = 0.006) and neck flexion (p=0.000). The neck flexion is a main factor to deal with the neck pain.
Conclusion:
The research shows that neck pain is statistically associated with neck flexion where neck flexion > 20° has 4.58 greater risks than neck flexion ≤ 20°. Training and counseling on ergonomics of work ethic and light relaxation are needed by the workers in order to reduce neck pain. Awareness and collaboration among management, workers, nurses, company doctors and integrated sector is essential aspect to prevent and minimize prevalence of neck pain of employees.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moniaga, Eveline E.
"Skripsi yang berjudul Pendidikan wanita di Minahasa : sebagai salah satu kegiatan PIKAT sejak awal berdirinya, sampai dengan tahun 1930 ini saya ajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana. Yang mendorong saya mantilla tentang wanita khususnya pendidikan wanita, yaitu sekolah kepandaian putri (huishoud school) yang dikelola oleh PIKAT, adalah pertama pada umumnya masih kurangnya buku-buku atau penultsan-penu1isan yang diungkapkan tentang pendidikan wanita di Indonesia pada permulaan abad keduapuluh khususnya penddidikan wanita di Minahasa. Kedua, penulisan tentang organisasi dan perserikatan pendidikan PIKAT ini, sejauh pengetahuan penulis belum pernah ditulis dan dibukukan. Dengan adanya sekolah kepandaian putri yang didirikan oleh PIKAT pada tahun 1918, maka bertambah pengetahuan kita tentang kegiatannya, yaitu mengelola lembaga pendidikan bagi Wanita.Sekolah ini hanya terdapat di Minahasa dan mempunyai dampak terhadap masyarakat Minahasa karena menggugah ke_inginan untuk maju dari wanita Minahasa yang didukung o_leh wataknya. Pada tanggal 2 Juli 1917 di suatu pertemuan terbuka, _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emeraldina Darmidjas
"Secara hukum, wanita dan pria memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia. Partisipasi wanita di Iapangan pekerjaan telah banyak dijumpai dalam berbagai bidang pekerjaan baik yang secara tradisional dianggap sesuai dengan ciri-ciri feminin wanita maupun di bidang non tradisional yang Iebih banyak didominasi pria. Alasan mengapa wanita memutuskan untuk bekerja dan melakoni tugas sebagai ibu rumah tangga pada saat yang bersamaan juga sudah berbeda-beda. Banyak wanita memilih untuk berkarya di luar rumah atas dasar keinginan sendiri dan bukan karena terpaksa dengan tujuan yang beragam pula (mencari pengaIaman, memanfaatkan ilmu, memanfaatkan waktu luang, menambah rasa percaya diri dan Iain-lain). Namun demikian, bagi wanita yang telah menikah, peran ganda yang dilakoni seringkali menimbulkan masalah seperti stress dan konflik dalam perkawinan akibat kelebihan beban tanggung jawab yang harus dipikul. Di satu pihak wanita dituntut untuk menjadi istri dan ibu rumah tangga sesuai dengan norma dan harapan masyarakat, dan pihak Iain ia juga dituntut untuk menampilkan unjuk kerja yang baik dan komit terhadap pekeriaan yang ditekuninya sesuai dengan tuntutan perusahaan dimana ia bekerja. Dapat dikatakan bahwa peran serta wanita dalam dunia kerja masih menimbulkan masalah dan diperdebatkan oleh berbagai pihak. Hal ini antara Iain disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat dan individu itu sendiri melepaskan diri dari sikap stereotip peran jenis kelamin tradisional yang menganggap wanita serba Iemah dan kurang bisa melibatkan diri dalam dunia yang penuh persaingan, membutuhkan rasa percaya diri atau kemampuan mengambil keputusan yang tepat seperti halnya daiam dunia kerja.
Hidupnya pandangan seperti di atas pada masyarakat Indonesia, membuat wanita terhambat untuk bekerja di Iuar rumah dan mengembangkan karirnya. Dibandingkan dengan wanita, dalam meniti karir pria tidak menghadapi masalah yang timbul sebagai akibat dari tuntutan peran seperti yang dihadapi wanita. Tuntutan peran ganda inilah yang dengan sendirinya mempengaruhi wanita bekerja karena tidak jarang ia terpaksa meninggalkan dunia kerja atau karir yang sudah dirintisnya karena menikah atau melahirkan anak, atau bahkan karena suaminya tidak mengizinkan bekerja di Iuar rumah.
Penelitian ini dikukan berkaitan dengan Iatar belakang masalah seperti yang telah dijelaskan di atas untuk mengetahui apakah orientasi peran jenis kelamin dan penyesuaian perkawinan berhubungan secara signifikan dengan komitmen karir pada wanita menikah yang bekerja. Komitmen karir yang dimaksud di sini adalah keinginan individu untuk terus bekerja sepanjang hidupnya. Komitmen karir merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui motivasi berkarir pada seseorang. Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa ternyata komitmen karir yang tinggi memiliki ciri-ciri motivasi kerja tinggi, kepuasan kerja tinggi dan kecenderungan lebih rendah untuk menampilkan unjuk kerja yang tidak diharapkan. Dalam kaitannya dengan peran jenis kelamin, ditemukan bahwa karakteristik kepribadian maskulin mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap komitmen karir pada wanita bekerja. Suatu penelitian lain yang dilakukan di barat menemukan bahwa komitmen karir pada wanita sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di Iuar pekerjaan (extra-work variables) seperti kepuasan dan penyesuaian perkawinan. Mengacu pada temuan-temuan ini maka peneliti tertarik untuk melihat kecenderungan yang ada di Indonesia.
Jumlah subyek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 200 orang dengan kriteria sudah menikah, sudah bekerja minimal selama 2 tahun, dan berpendidikan minimal akademi atau yang sederajat. Teknik pengampilan sampel adalah teknik insidental sampling, dimana subyek diambil berdasarkan kemudahan pengambilannya dan kebutuhan penelitian saja. Sedangkan alat yang dipakai untuk mangukur setiap variabel penelitian adalah berupa skala yaitu skala penyesuaian perkawinan (Dyadic Adjustment Scale), skala peran jenis kelamin dari Bem (Bem Sex Role Inventory) dan Career Commitment Scale untuk mengukur komitmen karir.
Hasil yang didapat antara Iain adalah bahwa ternyata sebagian besar subyek wanita menikah yang bekerja memiliki tingkat penyesuaian perkawinan dan komitmen karir yang tergolong tinggi, serta memiliki aspek maskulinitas dan femininitas yang sama-sama tinggi (memiliki orientasi peran jenis kelamin androgin). Tidak ada kontribusi yang signifikan dan penyesuaian perkawinan terhadap komitmen karir, namun terdapat adanya signifikansi dan orientasi peran jenis kelamin feminin terhadap komitmen karir. Selain itu, ditemukan juga bahwa ternyata ada total masa kerja subyek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap komitmen karirnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieke Hediyanti Moertono
"
ABSTRAK
Wanita berperan ganda memiliki peran dalam dua lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan pekerjaan dan lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga, wanita dituntut mampu memenuhi harapan akan perannya sebagai istri, ibu dan pengurus rumah tangga. Sedangkan dalam lingkungan pekerjaan, sebagai seorang pegawai / karyawati suatu perusahaan, wanita dituntut mampu melakukan tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban kerjanya dengan baik. Adanya tuntutan dari masing-masing peran tersebut menimbulkan suatu masalah dan konflik dalam dirl wanita, yang disebut sebagai konflik pekerjaan-keluarga. Konflik pekerjaan-keluarga merupakan suatu bentuk konflik antar peran yang dialami wanita berperan ganda dalam usahanya menyelmbangkan tuntutan dari kedua peran yang dimilikinya. Adanya konflik pekerjaan-keluarga menyebabkan wanita mengalami tekanan dan beban yang berlebihan sehingga menimbulkan akibat-akibat yang negatif. Dalam hal ini konflik pekerjaan-keluarga dikatakan sebagai sumber stres bagi wanita berperan ganda.
Dalam konflik pekerjaan-keluarga, yang seringkali terjadi adalah peran individu dalam pekerjaan kemudian akan mengganggu perannya dalam keluarga. Oleh karena itu adanya dukungan sosial dari lingkungan tempat kerja akan sangat bermanfaat bagi wanita dalam meredakan ataupun mengatasi konflik pekerjaan keluarga. Dukungan sosial berfungsi dalam melindungi individu terhadap akibat akibat negatif yang ditimbulkan oleh stres. Daiam hal ini diasumsikan bahwa wanita yang menerima dukungan sosial yang tinggi dari tempat kerjanya akan mengalami konfiik pekerjaa tv keluarga yang rendah. Sebaliknya wanita yang menerima dukungan sosial yang rendah darl tempat kerjanya akan mengalami konflik pekerjaan-keiuarga yang tinggi. Dengan demlkian yang menjadi permasalahan dalam penetitian adalah apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dari tempat kerja dengan konfiik pekerjaan-keiuarga pada wanita berperan ganda ?
Penelitian dilakukan terhadap 88 wanita berperan ganda yang bekerja sebagai karyawati pada Kanlor Pusat PT. Bank "X" di Jakarta. Subyek penelitian yang dipilih adalah karyawati dengan pendidikan minimal SLTA, memiiiki suami yang juga bekerja dan masih memiiiki anak yang berusla 0 sampai 18 tahun. Pengukuran terhadap variabel-variabel yang hendak diteliti dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yaitu kuesioner yang mengukur dukungan sosial dari empat kerja dengan kuesioner yang mengukur konflik pekerjaan-keiuarga. Hasil yang diperoleh dalam penelitian adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dari tempat kerja dengan konfiik pekerjaan-keiuarga pada wanita berperan ganda. Hasil lain yang diperoleh daiam penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial darl atasan dengan konfiik pekerjaan-keiuarga pada wanita berperan ganda serta ada hubungan yang signifikan antara dukungan jaringan sosial dari tempat kerja dengan konflik pekerjaan-keluarga pada wanita berperan ganda.
"
1997
S2561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Priadarsini
"Latar belakang: Pada ban berjalan terdapat gerakan tangan berulang dorso-antelaterofleksi. Gerakan berulang akan menimbulkan gejala tenosinovitis pergelangan tangan. Oleh karena, itu perlu diidentifikasi dari faktor-faktor risiko terhadap tenosinovitis.
Metode: Desain penelitian adalah studi kasus-kontrol. Kasus adalah subyek dengan gejala tenosinovitis antara lain nyeri pergelangan dan tes Finkelstein positif, dan kontrol adalah subyek tanpa gejala tenosinovitis. Suyek adalah semua karyawan bagian produksi PT M di Cikarang. Penelitian dilakukan bulan Februari- Maret 2003.
Hasil: Subyek penelitian terdiri dari 329 orang pekerja dan ditemukan 89 orang menderita tenosinovitis. Faktor risiko yang mempengaruhi tenosinovitis adalah gerakan berulang, lama kerja dan riwayat pekerjaan. Bila dibandingkan dengan yang tidak melakukan gerakan berulang maka gerakan berulang meningkatkan risiko tenosinovitis 3 kali lipat ( Odds ratio (OR) suaian-3,15; 95% Confiden interval (CI)-1,60-6,17). Bila dibandingkan dengan masa kerja kurang dart 3 tahun, masa kerja lebih dart 3 tahun meningkatkan risiko tenosinovitis 2,3 kali lipat (OR suaian=2,31; 95% CI=1,29-4,l2). Bila dibandingkan dengan pekerja yang belum pernah bekerja, yang pernah bekerja di bagian asembling meningkatkan risiko tenosinovitis 2 kali lipat (OR suaian=2,04; 95% CIM1,13-3,69). Sedangkan indeks masa tubuh, jabatan, jenis pekerjaan, posisi tangan, jenis gerakan Langan tidak terbukti mempengaruhi tenosinovitis.
Kesimpulan: Gerakan berulang, masa kerja dan riwayat pekerjaan meningkatkan risiko tenosinovitis. Untuk menurunkan risiko tenosinovitis perlu melakukan rotasi kerja sebelum masa kerja melebihi 3 tahun dan tidak menempatkan pekerja di bagian gerakan berulang bagi yang penah bekerja di bagian asembling.
Repetitive Dorso-Ante-Lateroflexal Hand Movement, Period Of Work, And History Of Work Toward Risk Of The Wrist Tenosynovitis Among Women Employees In Video Cassette Factory At PT M in Cikarang Background: Repetitive dorso-ante-lateroflexal wrist movement usually occurred at assembly line jobs. It may cause symptoms of wrist tenosynovitis Therefore; it is needed to identify the risk factors related to wrist tenosynovitis.
Method: The research design was a case-control study. The case those who had symptoms of tenosynovitis (pain of wrist and Finkelstein 's test positive), and control was subject without tenosynovitis symptom. Case and control were identified through a survey toward all of PT M in Cikarang employees during February to March 2003.
Result: There were 329 employees and 89 of them suffered from wrist tenosynovitis. The risk factors that related to the occurrence of tenosynovitis were repetitive movement, period of work more than 2 years, and history of in assembly line. Compared with those who did not have repetitive movement, those with repetitive movement had an increased risk of tenosynovitis for 3 times (adjusted odds ratio (OR) =3.15; 95% Confident Interval (Cl) =1.60-6.17). Compared with those who had working period less than 3 years, they were who worked, for more than 3 years had higher risk of tenosynovitis for 2.3 times (adjusted OR=2.31; 95% CI=1.29-4.12). Compared with those who had never worked before, those with ever-worked in assembly line had an increased risk of tenosynovitis for 2 limes (adjusted OR=2.04; 95% C1=1.13-3.69). The other factors such as body mass index, types of work, profession, position of hand, types of movement, and rested of hand were not proven to be correlated with tenosynovitis.
Conclusion: Repetitive movement, period of work, history of working at assembly line an increased the risk of tenosynovitis. Therefore, it is recommended to arrange jobs among workers by rotating them after 3 years working and not to replace workers with history assembly jobs for jobs with repetitive hand movement.
"
Jakarta: Universitas Indonesia, 2003
T11286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>