Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Margaret J.A. Malik
"Sesuai dengan judulnya, Perbedaan Pemakaian ala Lampau Simpel dan Aspek Perfektum Kini untuk Menunjukkan Waktu Lampau dalam Bahasa Inggris Inggris, dalam skripsi ini dibedakan antara bentuk Lampau Simpel (Simple Past) - yang merupakan sebuah kala - dan Perfektum Kini (Present Perfect) - yang merupakan sebuah aspek. Namun sebelum penulis menyinggung kedua bentuk ini terutama perbedaannya - di Bab I dimasukkan pula jenis-jenis verba sesuai dengan fungsinya, yaitu verba utama dan verba bantu. Setelah menyinggung verba, maka dibahas pula kombinasi verba utama dan verba bantu dalam membentuk frasa verba. Hal ini penting mengingat bentuk perfektum kini merupakan frasa verba yang bersifat kompleks, sedangkan bentuk lampau simpel, sesuai namanya, bersifat simpel. Selanjutnya, kita masuk ke salah satu dasar dari pokok bahasan utama, yaitu kala. Untuk ini penulis memilih pembagian dari Jespersen (1958) yang berjumlah tujuh buah, dengan tiga titik waktu utama (lampau, kini, mendatang) sebagai pusat dan empat lainnya sebagai sub-ordinat (sebelum-lampau,sesudah lampau, sebelum-mendatang, sesudah-mendatang). Kemudian barulah kala lampau itu sendiri dibahas. Jumlahnya ada lima, yaitu titik khusus di waktu lampau, sebuah kurun waktu di waktu lampau yang masih berlangsung hingga kini, sebuah kurun waktu di waktu lampau yang telah selesai, sebuah kurun waktu diwaktu lampau yang belum selesai, sebuah kurun waktu di waktu lampau dengan titik relevan di waktu lampau pula.Setelah membahas kala, barulah dibahas aspek. Dalam bahasa Inggris ada dua oposisi aspektual, yaitu antara Progresif dan Non-Progresif, serta Perfektum dan Non-perfektum. Selain itu, ada pula aspek khusus untuk menunjukkan kebiasaan di waktu Lampau. Untuk aspek Perfektum dan Non-perfektum hanya dibahas sekilas sebagai perkenalan karena maknanya yang lebih mendetil dibahas secara khusus di bab berikutnya.
Selanjutnya di Bab II, sebelum menyinggung perbedaan pemakaian kedua bentuk ini, terlebih dahulu dibahas kelas-kelas verba ditinjau dari maknanya. Kelas verba ini ada dua: verba peristiwa dan verba keadaan. Kemudian pemakaian kala lampau simpel diperinci menjadi empat kategori: untuk waktu yang takrif di waktu lampau lampau, untuk kurun waktu di waktu lampau yang tak ada hubungannya dengan waktu kini, untuk kebiasaan di waktu lampau, dan untuk mengacu ke waktu kini dan mendatang. Pemakaian aspek perfektum kini, di lain pihak, membicarakan hal-hal di waktu lampau yang masih berlangsung hingga kini, atau menunjukkan telah selesainya suatu kejadian namun akibatnya masih ada atau terasa. Selain itu, ia dipakai pula dengan bentuk-bentuk khusus dan untuk memulai sebuah percakapan atau wacana.
Di Bab III kedua bentuk ini dicari perbedaan pemakaiannya.Ternyata ada tiga, yaitu waktu yang takrif di waktu lampau untuk kala lampau simpel dan waktu yang tak takrif untuk perfektum kini, kelanjutan ke waktu kini untuk perfektum kini dan tak adanya kelanjutan itu untuk kala lampau, serta akibat di waktu kini untuk perfektum kini dan tidak adanya akibat itu untuk kala lampau simpel. Kedua bentuk ini, walau tidak ada persamaannya, namun ada pula pemakaiannya yang tumpang tindih. Berarti ada kemungkinan menggunakan salah satu untuk keduanya dalam beberapa hal khusus, misalnya dalam konstruksi non-finit.Sebagai penutup, disinggung pula pemakaian adverbia waktu untuk keduanya. Ternyata ada kelompok adverbia yang telah tetap pemisahan pemakaiannya, namun ada pula yang mungkin dipakai keduanya, asalkan jelas tolak ukurnya, dengan mengingat perbedaan utama keduanya yang sudah dibahas di bab-bab sebelumnya.Demikianlah abstrak skripsi yang bertema central gramatika ini. Kiranya akan ada manfaatnya bagi yang berminat akan hal ini atau dapat menjadi sebagian bahan acuan bagi yang membutuhkannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pondaag, Sylvie Josephine
"Aspek progresif mempunyai ciri khusus yaitu kesemen_taraan, mengacu pada keada-an yang sifatnya sementara. Selain itu ada makna lain menyatakan perbuatan yang sedang berlangsung dan ada implikasi proses.Aspek sebagai salah satu kategori gramatikal menggambarkan keadaan verba, yaitu lamanya dan jenis aktifitasnya. Ada dua kelas utama verba. Verba Peristiwa dinamis dan Verba keadaan statis.Dari penggunaan aspek progresif pada dua kelas utama verba tersebut dapat kita lihat ciri khusus aspek progresif dan makna lain yang ada."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I.R. Tjandrakesuma
"Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini sangat banyak jumlahnya dan bahasa-bahasa tersebut tergolong ke dalam berbagai macam rumpun bahasa. Menurut kamus Bahasa dan Linguistik yang disusun oleh R.R.K. Hartmann dan F.C. Stork, ada lebih dari 2000 bahasa di dunia ini dan semuanya digolongkan ke dalam lebih dari tiga belas rumpun bahasa, yaitu: Indo-Eropa, Dravidian, Sino-Tibetan, Ural-Altaic, Hemito-Semitic, African, Malaya-Polynesia, American-Indian dan kelompok lain-lain yang terdiri dari: Japanese, Mon-Khmer, Caucasian, Australian, Papua dan lain-lain (Hartmann & Stork, 1973:267).
Dalam masa modern ini, perhubungan antara suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi lebih erat. Mereka saling berhubungan baik karena alasan geografis, politis, ekonomis, kultural maupun keagamaan. Perhubungan yang erat ini dijalin dengan suatu alat komunikasi yang utama yaitu bahasa. Jika kedua bangsa yang saling berhubungan itu tidak saling mengetahui bahasa mereka masing-masing, maka bahasa pihak ketigalah yang dipergunakan sebagai alat perhubungan itu. Sebagai contoh, alat komunikasi yang dipakai antara bangsa Indonesia dan Jepang bukanlah bahasa Indonesia atau Jepang, melainkan bahasa Inggris (Cokrowinoto, 978: 1; Maulana, 1978:1)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Soesmoyo
"Bahasa Rusia modern adalah bahasa Rusia yang di_gunakan pada tahun tujuh puluhan - delapan puluhan abad KK. (Rozental, 1984:9). Dalam arti luas, yang disebut bahasa Rusia Modern pada mulanya adalah bahasa Rusia yang digunakan pada periode Pushkin sampai dengan periode Gorki. Kemudian pada masa Lenin, jangkauan periodesasinya diperluas menjadi dari periode Pushkin sampai saat sekarang. Dalam suatu negara yang secara sosial beraneka ragam, biasanya timbul masalah kebahasaan. Negara Uni Republik-republik Soviet Sosialis (selanjutnya disebut Uni Soviet) adalah negara yang penduduknya terdiri dari keanekaan etnis dan budaya. Karena itu, diperlukan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk berkomunikasi, baik untuk pergaulan dan kerja sama antar sesama warga, maupun untuk keperluan komunikasi resmi kenegaraan. Untuk keper_luan itu, pemerintah Uni Soviet telah menetapkan bahasa Rusia modern sebagai bahasa resmi kenegaraan. Dengan kata lain, secara politis bahasa Rusia modern adalah bahasa nasional dan bahasa resmi negara Uni Soviet_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Soesmoyo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Widiyanti
"Bentuk kala lampau dalam Bahasa Belanda terdiri dari tiga, yaitu bentuk kala kini selesai, bentuk kala lampau, bentuk kala lampau selesai. Tidak sedikit kesalahan_-kesalahan dibuat dalam penggunaannya oleh mereka yang bela_jar Bahasa Belanda sebagai bahasa asing, jadi bukan mereka yang belajar di Negeri Belanda. Ini disebabkan karena pera_turan yang jelas mengenai pemakaian bentuk kala lampau ini belum pernah ada. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menguraikan peraturan tersebut di dalam skripsi ini. Bentuk kala lampau_ternyata merupakan bentuk kala yang paling sering digunakan, karena selain dapat digunakan se_cara temporal, bentuk ini digunakan juga secara aspektual dan modal. Lain halnya dengan bentuk kala akan datang zul_len yang secara murni menunjukkan aspek temporal. Untuk dapat lebih mengetahui perbedaan pemakaian ben_tuk kala lampau, penulis melakukan analisis korpus antara dua buku yang mempunyai nilai sastra dan yang tidak, yaitu Max Havelaar dan Nederland Leren Kennen. Dari segi aspektu_al, fungsi bentuk kala lampau berlainan dalam kedua buku tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sudarti
"Dalam Bahasa Rusia, pengungkapan pikiran seseorang dapat diwujudkan dalam kalimat personal, yaitu kalimat yang mempunyai subyek gramatikal maupun kalimat impersonal, yaitu kalimat yang tidak mempunyai subyek gramatikal. Keduanya bisa saling menggantikan, bisa juga tidak.Tergantung pada pesan apa yang ingin disampaikan.
Skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran.tentang kalimat impersonal kala lampau dalam ruang lingkup predikator. Pemilihan ini didasarkan atas banyaknya variasi penafsiran yang dapat muncul dalam bentuk kalimat tersebut.
Kalimat impersonal Bahasa Rusia adalah kalimat yang mempunyai satu anggota utama saja, yaitu predikat. Predikat ini menunjukkan kegiatan atau tindakan yang berdiri sendiri, berbentuk persona ketiga tunggal pada kala kini dan kala mendatang, dan berjenis netral pada kala lampau. Pelaku dalam kalimat ini tidak dinyatakan secara formal dalam kasus Nominatif, melainkan dalam bentuk infleksinya, disebut subyek logis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S15064
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyantika Afiatna Maharani
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas kesalahan bentuk verba kala lampau yang sering dilakukan oleh mahasiswa pemelajar bahasa Inggris beserta faktor penyebabnya. Dalam penelitian ini, jenis verba yang diteliti difokuskan pada penggunaan verba tidak beraturan (VTB), verba beraturan (VB), verba be, verba modal, dan verba did. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif paling dominan digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan bentuk verba kala lampau. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat frekuensi kemunculan kesalahan bentuk verba kala lampau. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil tulisan mahasiswa pemelajar bahasa Inggris dari semester 2, semester 4, dan semester 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 341 kesalahan bentuk verba kala lampau yang dilakukan oleh informan dari semester 2 sampai semester 6. Kesalahan bentuk verba kala lampau yang paling banyak ditemukan adalah VTB, yaitu sebanyak 147 atau 43%. Sementara itu, kesalahan bentuk verba kala lampau yang paling sedikit ditemukan adalah verba do, yaitu sebanyak 25 atau 7%. Kesalahan-kesalahan tersebut paling banyak ditemukan pada tulisan mahasiswa dari semester 6, yaitu sebanyak 129 atau 38%. Sementara itu, kesalahan yang ditemukan pada tulisan mahasiswa dari semester 2 dan 4 memiliki jumlah yang sama, yaitu masing-masing sebanyak 106 atau 31%. Faktor terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut didominasi oleh adanya faktor intrabahasa, kemudian faktor antarbahasa. Artinya, kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada hasil tulisan mahasiswa pemelajar bahasa Inggris semester 2, 4, dan 6 disebabkan oleh kesulitan mereka dalam mempelajari kaidah gramatika bahasa Inggris.

This study aims at discussing the most frequent errors of tenses application made by college students learning English along with its factors. In this study, the focuse is on the use of irregular verbs (VTB), regular verbs (VB), be, modals, and did. Both qualitative and quantitative methods are employed in this study. However, the most dominant method used is the qualitative method to describe the errors in past tense verb form. On the other hand, quantitative method was utilized to help the researcher to discover the frequency of the appearance of errors in using past tense verbs. The data were collected from the texts written by college students who are learning English from semester 2, 4, and 6. The result of this study indicates that there were 341 past tense verb errors made by informants from semester 2 until semester 6. The most dominant error is VTB which is 147 errors or equals to 43%. On the other hand, the least dominant error is do, appearing only 25 errors or 7%. Those errors are mostly found in the writings of semester 6 students, 129 occurence or 38%. Mean while, errors found in the writings of semester 2 and 4 students are 106 occurance or 31% respectively. Factors underlying those errors are mostly dominated by intralingual, and then interlingual factors. It means that those errors found in the semester 2, 4, and 6 students writings are caused by the difficulty faced by them in learning English grammatical rules."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T54723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Chintya Ranita
"ABSTRAK
Film merupakan salah satu karya sastra yang digemari banyak orang. Akan tetapi, film yang diproduksi setiap negara berbeda sehingga dibutuhkan penerjemahan untuk dapat memahami bahasa yang digunakan di setiap negara. Dalam film, penerjemahan yang ditampilkan dapat berupa dubbing atau subtitle. Artikel ini membahas masalah penerjemahan yang disajikan dalam subtitile film Ballerina produksi Gaumont berbahasa Prancis ke bahasa Indonesia. Namun, penelitian ini dibatasi pada penerjemahan kalimat lampau karena perbedaan penyampaian kala lampau dalam bahasa Prancis BP dan bahasa Indonesia BI cukup signifikan. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik studi kepustakaan, penelitian ini memaparkan bagaimana masalah penerjemahan dapat diselesaikan dengan mempertimbangkan dampak pada penonton walaupun kedua bahasa berbeda. Melalui analisis teknik penerjemahan oleh Hoed 2006 , kesepadanan penerjemahan oleh Williams 2013 , pergeseran dalam penerjemahan oleh Catford 1965 , dan ketentuan penulisan subtitle oleh Karamitrouglou 2007 , ditemukan bahwa belum ada pola tetap dalam penerjemahan kala lampau BP tetapi hasil penerjemahan berterima karena sesuai dan tidak mengganggu alur cerita. Pergeseran tataran dan intrasistem ditemukan dalam kajian ini.

ABSTRACT
Film is one of the most popular literary works. However, films produced by each country use different languages so that translation is required to understand the language used in each country. In movies, the translation can be in the form of either dubbing or subtitle. This article disscusses about translation problem presented in the subtitle of the French-language from Gaumont 39;s film titled Ballerina that translated into Indonesian. However, this study is limited to translations of past sentences because of the difference in past tense in French BP and Indonesian BI are significant. Using qualitative methods and literature study techniques, this study explains how translation problems can be solved due to the differences between the two languages by considering the impact on the audience. Through the analysis of translation techniques, equivalent and shifting in translation, and the provision of subtitle writing, it is found that there has no fixed pattern in past BP translation but it is acceptable because it does not interfere with the story line. Level and intrasystem shifts was found in this study."
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>