Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Syaftari
"Dalam mempelajari bahasa Jepang, kita menemukan banyak sekali cara-cara ekpresi atau pemakaian bahasa yang menarik, dengan mengingat cara-cara ekspresi bandingannya, misalnya dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, sebagai bahasa asing lain yang kita kenal. Diantara pemakaian bahasa yang menarik, misalnya dalam bahasa Jepang kita kenal penggunaan partikel wa, ga, mo, no, yang mengikuti subyek. Kemudian adalagi pemakaian bahasa sopan atau kei-go, seperti misalnya untuk menyatakan 'membaca', yaitu yomu, dapat diucapkan dengan berbagai cara, apakah menggunakan kata yomeru, oyomini-naru, yomimasu atau oyominishimasu. Dalam hal ini, penulis merasa tertarik oleh cara ekspresi 'pengandaian' dalam bahasa Jepang, yang sebagai referensi perbandingan, kita kenal dalam bahasa Inggris dengan apa yang disebut Conditional Clause atau Clause of Condition dan dalam hubungan ini, dikenal juga istilah If-caluse dan When-clause. Dengan dipakainya konjugasi If, maka arti 'pengandaian' (condition) atau 'perumpamaan' (supposition) tampil dengan jelas. Sebaliknya, dalam pembahasan tatabahasa Jepang, dikenal istilah joken hy?gen (Suzuki, 1977; 209), juga katei no hy?gen (Teramura, 1980: 65). Artinya 'pernyataan pengandaian' atau 'ekspresi pengandaian'. Disamping itu, perlu diketahui bahwa dalam kerangka struktur katsu-y? ('konjugasi'), yang tampil dalam pelajaran tatabahasa Jepang di sekolah (gakk? bunp?) dikenal istilah katei-kei ('bentuk pengandaian'). Jadi, yang disebut katei-kei ialah bentuk pengandaian yang tampil dalam kerangka struktur katsuy?. Seperti telah disinggung di atas, dalam bahasa Inggris dikenal pemakaian konjugasi If dan When, kalau ingin membuat kalimat yang menyatakan 'pengandaian' atau 'perumpamaan'. Dalam bahasa Indonesia, kita mungkin menggunakan kata-kata 'kalau', 'apabila', untuk if dalam bahasa Inggris, dan kata-kata 'kapan', 'jika', 'bilamana' untuk when, dan 'manakala' untuk whenever. Sedangkan dalam bahasa Jepang, cara menyatakan maksud 'pengandaian', kita menggunakan bentuk-bentuk: 1. -to 2. -ba 3. -tara 4. -nara (-naraba)"
1987
S13565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Arya Wirayodha
"Kosakata dalam Bahasa Jepang terbagi menjadi dua macam, yaitu kosakata yang dapat berdiri sendiri dan kosakata yang tidak dapat berdiri sendiri. Kemudian kosakata yang dapat berdiri sendiri itu terbagi lagi menjadi kata kerja, kata sifat-i, kata sifat-na, kata benda, kata keterangan, kata sambung, dan lain-lain. Pada kosakata yang tidak dapat herdiri sendiri terbagi menjadi partikel, kata bantu kata kerja dan lain sebagainya. Pada kata bantu kata kerja terdapat berbagai macam bentuk, diantaranya adalah bentuk [huruf Jepang] dan lain sebagainya. Di antara kata bantu kata kerja tersebut, bentuk-bentuk [huruf Jepang] merupakan bentuk-bentuk yang rumit pemakaiannya, di mana semua bentuk-bentuk tersebut dapat digunakan untuk mengungkapkan kalimat pengandaian atau syarat yang apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia akan menjadi kata-kata seperti, `kalau', `seandainya', `apabila' yang tidak berbeda pemakaiannya di dalam Bahasa Indonesia. Sehingga pembelajar Bahasa Jepang khususnya yang berbahasa Indonesia akan mengalami kesulitan karena [huruf Jepang] tersebut memiliki makna yang sama dan sulit untuk dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam skripsi ini penulis mencoba memperoleh gambaran mengenai kesulitan yang dialami pembelajar Bahasa Jepang dan juga penutur Bahasa Jepang asli dalam memahami dan menggunakan bentuk-bentuk kondisional khususnya [huruf Jepang]. Kemudian mengkaji Mang kebenaran teori-teori yang dijelaskan oleh Maeda dalam buku Jyouken Hyougen. Selain itu, penulis juga akan meneliti mengenai fungsi-fungsi [huruf Jepang] selain sebagai fungsi pengandaian. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat digunakan untuk mencari cara yang lebih mudah untuk membedakan secara jelas bentuk manakah yang lebih tepat digunakan dalam kondisi tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristiadi Nata
"Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra ialah membuat skripsi. Untuk maksud itu, saya memilih salah satu tema Sebuah studi kanji bahasa Jepang yang kalau tidak salah merupakan tema yang belum atau sedikit sekali dijajagi oleh sejawat seangkatan atau yang lebih dahulu. Selain itu, karena sukarnya kanji telah menarik saya untuk mempelajarinya agak lebih mendalam terutama dengan maksud untuk le_bih mengetahui asal-usul kanji meskipun hanya serba sedikit. Masalah yang saya kemukakan dalam skripsi ini ialah masalah pemakaian kanji dalam bahasa Jepang dari jaman ke jaman. Tetapi sebelum itu, saya merasa perlu untuk menguraikan serba singkat mengenai huruf-huruf yang ada di dunia, pemakai_an dan penulisan kanji, masuknya kanji ke Jepang. Dengan tema Sebuah studi kanji bahasa Jepang, saya ingin mengajukan suatu penelaahan secara garis besar mengenai kanji. Saya berharap penelaahan yang serba singkat dan sedikit ini bisa membantu rekan-rekan yang ingin mempelajari dan menge_tahui huruf Cina ini secara lebih mendalam_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S13724
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2000
499.25 KLA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sheddy Nagara Tjandra
1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
415 TIP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nenny Alfiah
"ABSTRAK
Nenny Alfiah. Ikhtisar Skripsi sbb. Kata seru dipergunakan oleh orang Jepang dalam percakapan sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, kata seru berkaitan dengan jenis kelamin pemakainya. Berdasarkan hal tersebut, penulis berminat untuk mengetahui, kata seru bahasa Jepang lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui fungsinya, dan untuk mengetahui kata seru mana yang hanya digunakan oleh laki-laki, mana yang hanya digunakan oleh perempuan, dan mana yang bisa digunakan oleh keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S13766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Sapto Raharjo
"ABSTRAK
Setelah Restorasi Meiji, perindustrian dan militer Jepang berkembang pesat, tetapi konsekuensinya adalah meningkatnya kebutuhan mereka atas bahan-bahan mentah. Salah satu kebutuhan yang paling krusial adalah minyak bumi. Jepang tidak dikaruniai sumber daya alam yang melimpah di dalam negeri, sehingga ekspansi menjadi salah satu cara yang mereka tempuh untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Daerah Selatan diprediksi dapat memenuhi kebutuhan minyak bumi mereka serta mampu menggantikan dominasi impor dari Amerika Serikat. Tujuan penulisan ini adalah menganalisis ekspansi ke Selatan yang dilakukan oleh Jepang dengan permasalahan minyak bumi yang mereka hadapi. Setelah melakukan tahap penelitian sejarah, penelitian ini menghasilkan fakta bahwa minyak bumi adalah salah satu agenda penting yang dibawa oleh Jepang dalam rangkaian ekspansinya ke Selatan sebelum pecahnya perang Pasifik.

ABSTRACT
Since Meiji Restoration, Japan’s need of raw resources, especially petroleum, has increased due to the rapid growth of industry and military. Japan is not blessed with abundant natural resources in the country so that the expansion is one of the ways that they have taken to fulfill the need. Southern Area is predicted to fulfill their needs of petroleum and can also replace the dominance of petroleum imports from United States. The purpose of this research is to analyze the relation between Japan expansion to the South policy and petroleum problems. After doing historical research, this study shows the fact that petroleum is one of the important agendas brought by Japan in their expansion to the South policy.
"
2015
S61492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Laksita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pemakaian ungkapan maaf sumimasen bahasa Jepang dalam beberapa situasi tutur. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya pemakaian ungkapan maaf sumimasen oleh orang Jepang yang berdomisili di Tokyo selain sebagai ungkapan maaf, yaitu sebagai ungkapan terima kasih, ungkapan pengantar saat meminta tolong, dan ungkapan saat memanggil atau menarik perhatian. Hasil penelitian menyarankan pentingnya pemahaman akan pemakaian sumimasen bagi orang asing pemelajar bahasa Jepang, khususnya bagi mahasiswa Program Studi Jepang Universitas Indonesia karena sumimasen memiliki beberapa makna berbeda dan tidak hanya dipakai sebagai ungkapan maaf, untuk menghindari terjadinya kesalahan komunikasi.

Abstract
The Focus of this study is the usage of apology expression of Japanese sumimasen in several speech situations. The research result shows the usage of sumimasen by the Japanese living in Tokyo in the situation other than as apology expression, such as gratitude expression, request, and to call or get other_s attention. This research is quantitative qualitative descriptive. The data were collected by means of questionnaire and interview. The researcher suggests that the Japanese-learning foreigner, as well as the students of Japanese Study Program of University of Indonesia should understand the usage of sumimasen very well to avoid miscommunication."
2010
S13708
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Meiwati
"Dalam setiap bahasa yang ada di dunia ini hampir seluruhnya memiliki aisatsu. Disadari atau tidak, aisatsu tersebut sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat penggunanya. Sedikit sekali orang yang menyadari bahwa aisatsu itu sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena merupakan salah satu cara untuk memperlancar hubungan manusia. Bahasa Jepang memiliki banyak perbendaharaan aisatsu, yang sering membingungkan dan menyulitkan, tidak saja bagi anak-anak muda Jepang sekarang ini, tetapi juga terutama bagi orang asing (non-Jepang) yang mempelajari bahasa Jepang. Sekalipun kita dapat berbahasa Jepang dengan amat baik, jika tidak memaharni aisatsu, maka akan sulit untuk memasuki kelompok masyarakat Jepang, karena komunikasi antara kita dengan mereka menjadi tidak lancar. Setelah membaca beberapa buku tentang percakapan bahasa Jepang untuk bisnis dan wisata, penulis menemukan beberapa ekspresi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang memahami dan dapat menggunakan aisatsu, paling tidak yang telah penulis ketahui dari beberapa buku seperti Japanese Language and Culture Business and Travel. Di samping itu juga penulis berkeinginan mengetahui lebih luas mengenai aisatsu tersebut. Untuk mengetahui jawaban dari persoalan tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan studi pustaka dan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan maka didapatkan data mengenai pemahaman aisatsu oleh orang Indonesia yang belajar bahasa Jepang. Pertama yang memiliki persentase terbesar adalah kategori cenderung paham dari masing-masing kelompok. Kemudian kedua, sangat kecil persentase pada kategori paham, dan yang terakhir tidak ada yang dikategorikan sangat paham. Dari data yang diperoleh melalui studi pustaka dan kuesioner maka penulis memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penggunaan masing-masing aisatsu."
1999
S13669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>