Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138724 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bachrun Suwatdi
"Setelah meninjau contoh-contoh kalimat dengan kata bantu wa dan ga dari berapa cukilan karya kesusasteraan Jepang serta terjemahannya dalam Bahasa lndonesia, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1 Kata bantu wa sebagai penanda tema.Gatra Benda yang akan di jadikan tema terletak di muka kata bantu wa. Gatra benda tersebut haruslah anaphoric atau generic. Sedangkan gatra benda yang non-anaphoric atau non-generic tidak dapat menggunakan kata bantu wa sebagai penanda tema. Ano hito wa shacho desu.orang itu adalah direktur. Kajira wa honyu dobutsu desu.lkan paus adalah binatang yang menyusui. Ame wa futte imasu.Hujan turun Pada kalimat , ano hito '. (orang itu) adalah anaphoric dan pada kalimat, ku jira; (ikan paus) ada_lah generic. Kedua gatra tersebut dapat dijadikan tema. Karena itu kata bangtu wa dapat digunakan sebagai penanda tema dalam kalimat dan. Sedangkan dalam kalimat, Ame (hujan) adalah non anaphonic dan juga non- generic sehingga kata bantu wa sebagai penanda tema tidak dapat dipergunakan. Kata bantu wa sebagai penanda pertentangan. Gatra benda yang terletak dimuka kata bantu wa sebagai penanda pertentangan tidak mempunyai syarat apa-apa. Si pembicara hanya menekankan kata bantu wa tersebut secara fonetik_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S13516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Adidarmawati
"Tujuan disusunnya skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemakaian kata sambung di kalangan anak muda Jepang dan untuk mengetahui penggunaan kata sambung yang tepat agar para pembelajar bahasa Jepang di Indonesia dapat menggunakan kata sambung tersebut secara tepat. Dalam skripsi ini dilakukan penelitian mengenai pemakaian kata sambung dalam konteks percakapan sehari-hari menurut pemikiran para peneliti linguistik Jepang yang tergabung dalam yang dibandingkan dengan hasil angket mengenai penggunaan kata sambung di atas terhadap mahasiswa Universitas Nanzan, Jepang pads periode spring semester (September-Desember) 1995 -fall semester (April-Juli) 1999. Angket yang dibagikan perbandingan kata sambung dengan kata sambung yang dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu perbandingan kata sambung tanpa membandingkan. Pengumpulan data melalui angket tersebut dibagikan langsung kepada responden dengan kriteria responden berstatus mahasiswa/i Universitas Nanzan, Jepang yang berusia 20 tahunan. Penulis tidak membedakan tingkat pendidikan yang diternpuh, bidang studi yang diambil, jenis kelamin, asal kelahiran, dan tempat responden dibesarkan. Berdasarkan pemikiran para peneliti, pemakaian kata sambung dapat dibagi menjadi empat kelompok detail berdasarkan kesamaan makna yang terkandung yang mengandung kesamaan makna pertentangan, pembuka pembicaraan dan memperhalus pembicaraan, sedangkan pada kata sambung mengandung kesamaan makna pertentangan. Jawaban angket dianalisa dengan memakai acuan pemikiran para peneliti Linguistik Jepang untuk mengetahui pemakaian kata sambung yang tepat. Hasil angket menunjukkan bahwa para responden tidak mempunyai pemahaman yang sama dengan para peneliti mengenai pemakaian kata sambung yang mengandung makna pembuka pembicaraan, khususnya pembuka pembicaraan di telepon."
2000
S13534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herniwati
"Penelitian analisis kesalahan mengenai bahasa Jepang masih sedikit, maka, bertitik tolak dari Iatar belakang tersebut di atas, saya akan melakukan analisis kesalahan penggunaan kata bantu kasus (kakujoshi/補助 ) bahasa Jepang dalam karangan mahasiswa Indonesia pemelajar tingkat dasar di perguruan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tipe dan penyebab kesalahan penggunaan kata bantu kasus (kakujoshi/補助) bahasa Jepang dalam karangan yang ditulis pemelajar tingkat dasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengamati fakta sinkronis sebagaimana adanya. Untuk dapat mendeskripsikan kesalahan digunakan dan ancangan yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini, saya memilih jenis studi kasus eksploratoris dengan menggunakan dua ancangan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T2958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisa Auliarachman
"Skripsi ini membahas tentang ciri-ciri, pengaturan dan penggunaan pasangan kata depan c /s/ dan u3 /iz/ dalam bahasa Rusia. Analisis skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu memaparkan data yang akan dianalisis kemudian menganalisisnya dengan teori morfologi untuk menggambarkan makna gramatika yang dimaksud dalam pemakaian kata depan tersebut. Dari analisis pada bab empat diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan makna gramatika penguasaan kasus genitive dari kata depan c /s/ dan u3 /iz/. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Buku Cerita Alkitab oleh Watch Tower Bible and Tract Society of Pennysylvania.
This final paper discusses about the characteristics, regulation and usage of the prepositions c /s/ u3 /iz/ in Russian language. Analysis of this paper uses descriptive analytical method., which is describing the data to be analyzed and then analyzed with a morphology theory to describe the meaning of grammatical is referred use of the preposition. From analysis of the results obtained in chapter fout that there are differences in the grammatical meaning of the genitive case from preposition c/s/ u3 /iz/. Sources of data used in the writing of this paper is the book by the Watch Tower Bible Stories Bible and Tract Society of Pennysylvania."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S37
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bertujuan untuk mendiskripsikan pemakaian istilah dan kata. Dengan mendeskripsikan istilah dan kata melalui contoh-contoh yang diambil dari media massa cetak berupa bahan ajar atau majalah dapat diketahui perbedaan dan persamaan antara istilah dan kata. Istilah merupakan bentuk kosakata yang khusus, yang digunakan dalam bidang ilmu tertentu, sedangkan kata lebih bersifat umum dan dapat digunakan secara umum, tidak berkaitan dengan bidang ilmu tertentu. Persamaannya baik kata maupun istilah merupakan kosakata yang diperlukan seseorang dalam berkomunikasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan."
MBUNTAR 14:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Joice Irawati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemakaian kata bantu kata kerja no da telah dilakukan untuk skripsi mencapai gelar sarjana sastra. Tujuannya adalah untuk mengetahui pemakaian kata bantu kata kerja dalam dialog dan narasi baliasa Jepang modern. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dan analisa yang bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan-kesimpulan yang berusaha memberi gambaran bagaimana pemakaian kata bantu kata kerja no da, Kesimpulan-kesimpulan itu adalah sebagai berikut :
1. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da merupakan penjelasan mengenai hal yang tidak dapat diketahui oleh orang lain (hal yang bersifat pribadi).
2. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da merupakan penjabaran dari klausa sebelumnya atau penjabaran dengan kata-kata lain, atau dapat juga penjabaran dari suatu fakta yang tersembunyi (tidak muncul dalam bentuk kata-kata).
3. Pemakaian dalam keadaan dimana no da bergabung dengan unsur kategori gramatikal dugaan (darou, deshou) dalam situasi pembicara meminta pendapat lawan bicara atas hal yang tidak diyakininya.
4. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da menjelaskan suatu alasan atau dasar dari klausa sebelumnya.
5. Pemakaian dalam keadaan klausa di depan no da menjelaskan kesimpulan dari klausa sebelumnya yang tersembunyi (tidak muncul dalam bentuk kata-kata).
6. Pemakaian dalam keadaan no da bergabung dengan unsur kategori gramatikal dugaan (darou, deshou) yang klausanya diawali dengan kata tanya (doushite), dalam situasi dimana klausa (?) ini ingin meminta jawaban dari klausa sebelumnya (?).
7. Pemakaian dalam keadaaan klausa di depan no da menjelaskan fakta suatu hal, yang situasi selanjutnya memiliki hubungan dengan fakta tersebut.
8. Pemakaian dalam bahasa narasi dimana kalimat di depan no da merupakan latar belakang dari kalimat sebelumnya.

"
1996
S13586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christine Subijanto
"Pokok pembicaraan skripsi ini ingin menentukan kata kerja iku dan kata kerja kuru sebagai pokok pembicaraan dengan kelima alasan ialah : Dari hasil pengamatan saya selama ini, kata kerja iku dan kata kerja kuru tidak hanya memilki satu arti saja, terlebih bila dilihat dari peranan yang dibawakanya, sebagai morfem leksikal dan sekaligus sebagai morfem gramatikal. Tingkat pemakaian yang cukup tinggi dari kata kerja iku dan kata kerja kuru dalam bahasa Jepang sehari-hari, baik secara lisan maupun tulisan. Seringnya terjadi kekacauan dalam penggunaan dan pemahaman kedua kata kerja tersebut.Masalah yang dibahas dalam skripsi ini ialah bagaimana seseorang dapat menentukan arti dari kata kerja iku dan kata kerja kuru dalam suatu konteks tertentu secara tepat, dan juga bagaimana seseorang dapat mempergunakakan kedua kata kerja tersebut dengan benar dan tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S13511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Dewani
"Skripsi tentang penggunaan kata-kata honorifiks pada bahasa Jepang dan bahasa Jawa; bertujuan untuk memperoleh analisis kontrastif yang jelas diantara kedua bahasa.Sebagai patokan dalam menemukan komparatif yang jelas antara kedua bahasa, penulis disini melakukan pengkajian terhadap masing-masing kata honorifiks yang muncul dalam wacana sumber baik dari segi struktural maupun kontekstual. Pengumpulan data dilakukan selama penyusunan skripsi ini. Setelah itu keseluruhan wacana sumber diterjemahkan kedalam bahasa Jawa, kemudian masing-masing kata honori_fiks yang terdapat pada wacana sumber dan wacana sumber yang telah diterjemahkan diuraikan mengenai latar belakang penggunaan serta dilakukan penganalisisan kontrastif yang dilihat dari sudut struktural dan kontekstual. Selanjutnya hasil perbandingan yang telah ditemukan akan ditunjukkan dengan tabel untuk mempermudah pengertian para pembaca. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam menerjemahkan wacana sumber kedalam bahasa Jawa dijumpai masalah pemadanan kata dan juga dalam penggunaannya. Sehingga tidak semua kata-kata honorifiks yang muncul dalam wacana sumber akan persis sama dalam wacana bahasa Jawanya (yang merupakan terjemahan dari wacana sumbernya). Hal ini disebabkan pada wacana sumber dapat dilihat hanya beberapa kata honorifiks saja yang muncul, sedangkan dalam bahasa Jawanya keseluru_han kata mengalami perubahan yaitu hampir semua kata berubah menjadi bentuk hormat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumpaet, Riris Kusumawati
"Dengan mengumpulkan data-data terutama morfem dalam bahasa Batak-Toba, maka kami sampai pada pendaftaran imbuhan-gabungan seperti terdapat pada bab bentul-bentuk imbuhan. Djuga telah dianalisa imbuhan-gabungan tersebut berdasarkan distribusinja. Untuk perumusan fungsi dan arti imbuhan-gabungan tersebut, kami membatasi pada fungsi dan arti leksikal sadja. Chusus tentang fungsi, dapat kami simpulkan, bahwa imbuhan-gabungan dalam kedua bahasa tersebut mempunjai dua-fungsi, jaitu sebagai pembentuk kata kerdja dan sebagai pembentuk kata benda..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1972
S11273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati R. Suhardi
"Kira kira lima belas tahun terakhir ini para ahli Ilmu sosial memberikan perhatian pada bahasa. Dari hasil penyelidikan mereka dapat diperoleh suatu kesimpulan yang menarik. Dalam linguistik tradisionil (termasuk tata bahasa transformasi-generatif) variasi-variasi bahasa tidak diperhatikan. Linguistik membatasi diri pada penyelidikan tata bahasa dimana bahasa-bahasa dipelajari sebagai sistem yang 'otonom'. Masyarakat bahasa dilihat sebagai kelompok bahasa yang homogen dimana semua anggotanya menggunakan sistem bahasa yang persis sama. Variasi bahasa, yang membuat masyarakat bahasa menjadi heterogen, dilihat sebagai masalah 'penggunaan bahasa' dan dengan demikian oleh para ahli tata bahasa ditempatkan di luar sistim bahasa (Walraven, 1977:192). Interpretasi sosiolinguistis tentang bahasa dan ma_syarakat bahasa berbeda dari penglihatan para ahli bahasa tradisionil. Bagi sosiolinguis bahasa bukanlah suatu sistem yang seragam dan suatu masyarakat bahasa bukanlah suatu kelompok menusia dengan kemampuan bahasa yang identik (Walraven, 1977:198)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S15942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>