Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77434 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Utje Dewi Utari Soekadrie
"Meirokusha adalah perkumpulan para cendekiawan beraliran Barat yang sangat banyak berperan dalam masyarakat Jepang pada jaman Pencerahan yang berlangsung sekitar tahun 1870-an. Perkumpulan tersebut berhasil membangkitkan semangat rakyat Jepang untuk memajukan negaranya. Segi yang paling penting dari Meirokusha adalah luasnya pemikiran dan pandangan para anggotanya. Perkumpulan ini mengadakan diskusi yang sangat luas mengenai filsafat, pendidikan, ilmu politik, pembaharuan bahasa, hukum dan ekonomi. Meiroku Zasshi merupakan majalah Jepang pertama yang memuat tulisan tulisan tentang topik ini. Pembaharuan-pembaharuan terjadi secara teratur dan mempengaruhi seluruh pemerintahan, diantaranya di bidang ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Jepang yang feodal berusaha mengangkat dirinya ke taraf yang sama seperti negara negara modern lainnya. Di bawah slogan Wakon Y?sai (semangat Jepang teknologi Barat) yang dikaitkan dengan slogan Fukoku Ky?hei (negara kaya militer kuat) Jepang memacu modernisasi dengan kecepatan yang luar biasa."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Ekayani R.M.L.
"Pergerakan wanita adalah proses perjuangan dari kaum wanita guna mencapai status dan peranannya yang wajar dalam masyarakat, atau lazim juga disebut dengan emansipasi wanita. Pergerakan ini telah timbul dan terjadi di banyak negara. Pergerakan wanita ini juga telah berlangsung sejak lama di Jepang yang kemudian menghasilkan kemajuan bagi wanita Jepang seperti dapat dilihat sekarang ini. Dalam konteks ini tentu tidak dapat dilupakan jasa dan peranan seorang tokoh pejuang emansipasi wanita Jepang yang bernama Fukuda Hideko yang sejak masa mudanya telah dengan aktif membaktikan tenaga dan pengetahuannya bahkan dirinya sendiri yang untuk itu ia harus mendekam dan menjalani kehidupan yang serba sulit dan keras di dalam penjara dalam waktu yang relatif panjang selama 1,5 tahun. Latar belakang kehidupan Fukuda Hideko ini pun menarik, sebab tokoh pejuang ini dilahirkan dan dibesarkan tidak dalam suasana keluarga yang serba cukup melainkan dalam suatu keluarga miskin yang serba kekurangan. Namun kesulitan-kesulitan yang dihadapinya tidak pernah membuat ia berhenti berjuang untuk bangsanya khususnya bagi kaum wanita yang saat itu masih sangat terbelenggu oleh berbagai macam keterbatasan dan keterikatan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S13624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tabah Helmi
"Ketika Jepang memasuki kancah Perang Dunia II, mi_literisme Jepang memberikan dampak negatif pada segala as_pek kehidupan bangsa Jepang. Rakyat terpaksa mengalami de_presi dan penderitaan untuk mempertahankan eksistensi da_lam suasana yang kian tidak menentu. Kehancuran moralitas melanda dan memasuki sendi-sendi kejiwaan bangsa Jepang. Tidak terkecuali pada bidang politik maupun ekonomi, deka-densi moral telah merusakkan hubungan sosial, baik dalam skala yang kecil maupun yang besar. Dalam sambutan cetakan kedua pada buku karya Daisetsu Suzuki' 'Nihonteki Reiseit ( spiritualisme Jepang ] 1943-, Ia mengemukakan adanya tiga unsur yang memprakar_sai munculnya militerisme Jepang. Antara lain adalah :1. K1ik-klik dalam organisasi militer. 2. Birokrat-birokrat pemerintahan. 3. Konglomelasi perusahaan-perusahaan (Kapitalis Je pang/Gumbatsu - Zaib_atsu). Tiga unsur tersebut di atas dikatakan sebagai penyebab ke_bobrokan dalam tubuh pemerintahan Jepang.. Apa yang diba_ngun dengan hanya mengandalkan kekuatan fisik, tidak akan berlangsung lama, demikian dikemukakan oleh Suzuki. Seba_gai konsekuensi, kerusuhan dalam tubuh intern akan menjadi problema yang tidak dapat dihindari. Selanjutnya Suzuki juga menyalahkan peranan para ilmuwan yang berkecimpung mempelajari sejarah bangsa kuno. Dikatakan, bahwa mereka tidak menggunakan metode ilmiah dengan pendekatan filosofis maupun religius. Para ilmuwan tersebut berpandangan orthodok dan rigid, membendung seti_ap perlawanan baik berbentuk opini maupun kritik dengan kekuatan yang dimilikinya. Simbol kekuatan ini adalah mi_literisme, imperialisme dan fasisme. Menurut Suzuki, me_reka yang berpikiran dangkal, bodoh dan ekstrim, mengibar_kan bendera ideologi Shinto lalu meracuni dan mendoktrin rakyat, agar dapat diperbudaknya. Di bawah pengawasan yang ketat, hak-hak azasi rakyat dirampas begitu saja. Kokka Shinto (Shinto Negara) dan kesadaran yang primitif, dilestarikan sebagai pemersatu rakyat dalam membina status quo rejim penguasa. Pada pihak lain Shinto Negara ikutmenyembah nenek moyang yang telah berjasa dalam mene--ruskan sistem militerisme Jepang, ikut menyembah dewa-dewa yang tidak memiliki dasar pijakan agama tertentu, juga me_neruskan praktek-praktek pemujaan pada benda-benda berhala. Lama-kelamaan kekuatan politik atau negara memperalat dan menjadikan Shinto sebagai mediator untuk menekan rakyat Jepang. Anehnya, para penganut Buddha justru memejamkan ma_ta untuk tidak memperhatikan kenyataan itu. Mereka hanya berlindung di balik jubah para penguasa. Mereka berkom_promi dengan agama Negara yaitu Shinto. Hal ini terpaksa mereka lakukan agar dapat mempertahankan eksistensi agama Buddha di kepulauan Jepang. Seiring dengan naiknya pamor militerisme, mereka ikut merembuk memikirkan tentang fasisme, mitologi dewa matahari, Buddhisme di kalangan kekaisaran dan lain-lain. Dengan demikian mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengambil simpati para penguasa. Suzuki Daisetsu yakin bahwa kekacauan yang melandaJepang itu disebabkan oleh kurangnya pendalaman kesadaranreisei (spiritualitas) bangsa Jepang. Ia merasa didesakuntuk menjawab tantangan itu dengan cara memperkenalkanidentitas asli Jepang, identitas keagamaan Jepang pada dunia luar. Dengan demikian Suzuki mengharapkan akan muncul nya manusia-manusia Jepang yang membangunkan kesadaran Raisei yang ada pada dirinya, lalu menyebarkan benih-benih dan internasionalisme yang terkandung dalam Reisei Jepang.Dalam karyanya 'Nihonteki Reisei' (1943), Suzuki Daisetsu mencoba menuangkan tenaga dan pikiran, untuk mewujudkan gagasannya itu di tengah-tengah berlangsungnya perang Dunia II. Ia adalah seorang pecinta damai yang gigih menentang setiap usaha perang, melalui tulisan kritis dan analitis. Dalam buku tersebut, ia mencoba meramalkan ke_kalahan perang pada pihak Jepang, yang ternyata perkiraan ini menjadi kenyataan setelah dua tahun kemudian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sartono Kartodirdjo, 1921-2007
Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1975
959.8 SAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Notosusanto
"ABSTRACT
Writing the contemporary history of one's own country is hazardous in two respects, firstly, in the academic field there are still plenty of people who think that the events experienced by one's own generation do not properly belong to the realm of history. They cite the oft repeated dictum that historians should have sufficient distance from the occurrences they sought to describe and not infrequently accuse the contemporary historian of engaging himself in political pamphleteering or journalism rather than performing scholarly pursuits. Secondly, it is indeed, true that too many people who were involved in the events treated are still around, and it is unfortunately so that many of them would attack a piece of contemporary historical writing if they think that their role has been described less favorably or less expansively than they would have wished. Or again, they would criticize the historical treatise because personages, whom they like or adulate, are put in a less than bright spotlight. Or, because they are disappointed for the historian's failure to adhere to their point of view about various things, or because of what they perceive as the historian's scorn for their favorite cause.
Although aware of the difficulties involved in the writing of contemporary history of Indonesia, I do belief that the study and writing of contemporary history, including Indonesian contemporary history, is not only justified but also necessary. In Indonesia, as in most new nations, the story of the processes leading towards independence is foremost in the minds of those generations who have witnessed the transition from colonial domination towards national self-determination. In Indonesia, these are the periods covering the National A wakening it the period of the Nationalist Movement from 1908 (which was the year of the founding of the Budi Utomo as the first modern Indonesian association) down till the Japanese occupation of 1942-1945, as well as the period of the Revolution or War of Independence of 1945-1949.
For the latest generations, even the periods following the end of the War of Independence are important to satisfy their thirst for an answer on the why of the present situation. To present-day Indonesians the questions asked about the latest periods in their nation's history are looming very large indeed, larger than the questions asked about long bygone periods like that of the 18 or 19 centuries and further back. Social change during those mere decades has been both sweeping and swift leaving in its wake bewilderment and confusion. The urge towards achieving understanding about the happenings speeding past is not generated solely by curiosity but also by the necessity of charting a course in the turbulent waters of the ocean of the future.
Under these circumstances the study of history has a strongly pragmatic character. There is a powerful urge to conceive what I propose to call by lack of a better term, the "visionary" use of history. With this I wish to denote the quality to give its students the meaning of the series of events it presents, giving them a vision, or outlook, or point of view, about the process, starting somewhere in the past, extending through the present and on towards the future. Without this quality, in the context of a new nation like Indonesia, history would be, I think, "meaningless" with the connotation of being "useless".
History has also, what might be called, a "technical" use. It provides for the empirical data as the product of its research to be employed both in other branches of learning -- particularly the social sciences -- and in more practical endeavors such as the instruction in tactics or arms development at military institutions. And finally, history has an "inspirational" use, needed particularly in the socialization process of succeeding generations to provide them with an image of their society, which, after all, will be theirs to develop further. ;The Peta Army During The Japanese Occupation Of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
D250
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Kathrin Octiana
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini, yang dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sastra pada tahun 1996, ialah memaparkan serta mengkaji pemikiran dari seorang politikus pada zaman Meiji, yaitu Mori Arinori dalam memodernisasikan Jepang. Kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian seorang tokoh Mori Arinori adalah bagaimana dia dapat mencetuskan pemikirannya untuk memodernisasikan Jepang, dengan gaya dan pikirannya yang berani dan gigih. la memiliki tekad yang tinggi untuk memajukan Jepang dengan hasil pemikirannya yang modern. Latar belakang keluarga dan pendidikan yang dipelajarinya menjadikan Mori Arinori memiliki pemikiran bergaya Eropa. Negara Jepang yang pada saat itu menurut Mori sangat ketinggalan zaman, sehingga tidak akan mengalami kemajuan jika tidak melakukan tindakan modernisasi seperti penghapusan kebiasaan menyandang pedang pada kaum samurai, pemakaian bahasa Inggris, dan mengajarkan pendidikan bergaya militer. Karena dinilai pemikirannya terlalu berani dan...

"
1996
S13993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansar Anwar
Bogor: Maharini Press, 1999
370.952 A 303 p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lim, Hua Sing
Jakarta: Gramedia Putaka Utama, 2001
338.952 LIM jt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Horkheimer, Max
Yogyakarta : IRCiSoD, 2002
193 HOR dt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Okamura, Masu
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1983
305.4 OKA w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>