Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Dahlia
"Dengan sering adanya berita mengenai bunuh diri di kalangan rernaja dan lanjut usia di Jepang serta menurunnya pertumbuhan penduduk, menyebabkan penulis mencari tahu sumber permasalahannya. Keluarga adalah satuan terkecil dari masyarakat dan keanehan suatu masyarakat dapat digambarkan dengan menjelaskan hubungan kekeluargaan yang berlangsung di dalamnya. Keluarga ialah fungsi pengantar pada masyarakat besar. Kehidupan berkeluarga di Jepang mengalami perubahan sebelum dan sesudah perang dunia kedua. Bentuk keluarga di Jepang sebelum perang dunia kedua adalah le. Dimana sekelompok manusia yang tinggal bersama-sama dan hubungan antara anggotanya terjalin erat baik secara ekonomi dan sosial. Semua anggota harus patuh kepada Kachoo, dan segala sesuatunya dilakukan untuk kepentingan le. Setelah perang dunia kedua dengan masuknya pengaruh demokrasi, generasi muda tidak lagi merasa berkewajiban untuk melanjutkan le. Pala hidup berkeluarga berubah dari le menjadi kalau kazoku (keluarga inti). Hal ini juga dipengaruhi perkembangan industri yang pesat sehingga masyarakat menjadi konsumtif dan biaya hidup menjadi mahal. Segala sesuatunya harus diperhitungkan secara ekonomi. Kehidupan modem membuat setiap anggotanya harus berkompetisi. Para orang tua memberi perhatian yang berlebihan demi ambisi mereka untuk masa depan anak-anak yang lebih baik. Hal ini menyebabkan banyak generasi muda merasa tertekan, sementara para lansia merasa kesepian karena mereka merasa tidak berguna sehingga mereka harus tinggal di panti-panti jompo. Demikianlah perubahan kehidupan berkeluarga di Jepang menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial di Jepang saat ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berty Soelistyowati
"Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki andil dalam mengatur rumah tangga mereka. Anak laki-laki dan perempuan juga memiliki hak yang sama dalam keluarga. Peran perempuan tidak hanya dalam rumah tangga, mereka mulai mendapat pendidikan yang tinggi dan kesempatan kerja yang luas, sehingga mereka lebih mandiri. Perubahan bentuk keluarga ini dapat menimbulkan perceraian karena laki-laki masih berpegang pada peran-peran tradisionalnya sedangkan perempuan telah menggunakan peran mereka dalam kehidupan sehari--sehari ;Berty Soelistyowati. Pengaruh perubahan keluarga terhadap perceraian di Jepang Skripsi ini membahas keluarga Japang sebelum Perang Dunia II adalah keluarga yang terdiri dari dua atau tiga generasi dan tinggal bersama dalam satu atap. Bentuk keluarganya mengambil bentuk Cokkei Kazoku yaitu , keluarga yang menekankan pada garis keturunan laki-laki. Denga demikian laki-laki memiliki peran yang dominan dan anggota keluarga lainnya harus mentaati peraturan yang dibuat kepala keluarga (kacho). Seiring dengan industrialisasi bentuk keluarga Jepang berubah menjadi keluarga yang demokratis yaitu bentuk Kakukazoku. Kakukazoku adalah keluarga yang menekankan persamaan hubungan antara suami dan istri. Sehingga istri memiliki and"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Amae memiliki berbagai pengaruh dalam kehidupan keluarga di Jepang, terutama dalam hubungan suami-istri. Hal ini dapat dilihat dalam manga, sebagai salah satu perwujudan kebudayaan Jepang. Serial manga Mimi dan Shuusei karya Sakai Miwa turut menunjukkan pengaruh-pengaruh amae dalam hubungan suami-istri ini dengan cukup jelas. Konsep amae, yang menurut Doi menunjukkan ketergantungan orang Jepang terhadap kelompok atau lingkungannya seperti ketergantungan seorang bayi pada ibunya, melandasi tindakan serta sikap orang Jepang dalam hubungannya dengan orang lain, termasuk dalam hubungan suami dan istri. Amae memiliki berbagai pengaruh pada hubungan ini, baik pengaruh negatif maupun pengaruh positif Pengaruh negatif amae disebabkan oleh adanya gangguan pada hubungan amae antar suami-istri itu sendiri, yang mengakibatkan suami-istri turut bertindak negative, sedangkan pengaruh positif amae berakibat mengeratnya dan makin harmonisnya hubungan suami-istri tersebut. Setelah dilakukan analisa pada manga ini, ditemukan hasil berupa: pengaruh-_pengaruh negatif amae adalah sikap merajuk (suneru), yang dapat mengakibatkan munculnya sikap mendengki (futekusareru) dan putus asa serta lepas kontrol (yakekuso ni naru), sikap tidak puas dan tidak percaya (higamu), sikap mengekang diri secara terus_ menerus (kigane), kemarahan di dalam hati (wadakamari), sikap berpura-pura puas pada hal yang tidak memuaskan (amanzuru), perasaan menyesal (kuyamu atau kuyashii), sikap mengganggu karena perhatian teralih pada hal-hal kecil (kodawaru), dan kegelisahan serta kegugupan (toraware). Semua pengaruh ini mengakibatkan munculnya gangguan pada hubungan suami-istri, dari yang ringan sampai yang berat. Sedangkan pengaruh positif amae muncul karena lancarnya hubungan amae yang terjadi antara suami-istri. Hubungan amae ini muncul sejak adanya omoiyari (empati) diantara calon suami dan calon istri saat mereka masih menjalani proses pemilihan jodoh. Amae makin berkembang setelah pernikahan, dan dapat berupa hubungan ketergantungan, baik yang searah maupun yang dua arah, serta berupa kasih sayang yang diungkapkan dalam gurau dan canda diantara suami-istri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Ekayani R.M.L.
Depok: ILUNI KWJ, 2006
303.495 6 TOB k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
S7359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
306.27 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mimin Arifin
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Jambi, 1989
306.27 MIM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susy A. Nataliwati
"Tesis ini membahas tentang privasi keluarga Jepang yang tinggal di apartemen kota besar Jepang pada era moderen ini. Pengkajian tentang privasi, keluarga dan rumah tinggalnya dibahas mulai dari lingkup makro kemudian dibatasi pada lingkup mikronya. Kebudayaan suatu bangsa dapat dikaji dari segi sifat dan karakter individual serta masyarakatnya. Salah satu elemen yang paling mendasar dari sifat dan karakter manusia adalah privasi, yakni suatu konsep tentang jati diri individual. Jati diri terbentuk dari interaksi-interaksi manusia dengan lingkungannya. Lingkungan itu sendiri meliputi lingkungan alam fisik, lingkungan supranatural dan manusia-manusia lainnya. Salah satu usaha manusia agar secara nyaman dapat berinteraksi dengan lingkungan dalam rangka memenuhi kebutuhannya adalah dengan menciptakan lingkungan buatan. Lingkungan buatan ini yang disebut juga sebagai lingkungan arsitektural berfungsi sebagai perantara dan pelindung antara manusia dengan lingkungan. Interaksi yang terjadi disebut juga interaksi arsitektural dan privasi yang terbentukpun dapat disebut sebagai privasi arsitektural. Rumah tinggal merupakan suatu bentuk produk arsitektural yang paling kompleks karena merupakan pencerminan dari berbagai nilai (sosial, budaya, teknologi, ekonomi dsb.nya) yang dianut penghuni rumah yakni keluarga serta masyarakatnya. Ruang lingkup makro pembahasan tesis ini adalah pada interaksi arsitektural antar individu atau kelompok individu manusia (keluarga).
Konsep privasi orang Jepang yang didasari nilai-nilai arnae, membentuk lapisan lingkaran-lingkaran `dalam' dan 'luar' yang berintikan individu dengan nilai-nilai kelompok terdekatnya sebagai nilai jati diri individu tersebut. Konsep tersebut memberikan ciri pula pada lingkungan arsitektural Jepang, khususnya pada disain rumah tinggalnya. Lebih lanjut, perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat seperti adanya pengaruh urbanisasi serta modernisasi akan berpengaruh pada konsep dan bentuk rumah tinggal serta struktur dan bentuk keluarga. Pada akhirnya juga akan mempengaruhi konsep privasi masyarakat tersebut. Rumah tinggal tradisional yang dibangun sesuai dengan ketersediaan alam dan secara historis telah membentuk pola privasi keluarga dari generasi ke generasi, berkembang menjadi rumah tinggal moderen yang merupakan produk dari suatu sistim industri yakni industri perumahan. Bangunan rumah tinggal multi unit - multi lantai (apartemen) merupakan suatu jawaban dari permasalahan kebutuhan perumahan di perkotaan yang terbebani faktor-faktor keterbatasan lahan serta tingginya harga tanah. Fenomena ini juga dialami oleh bangsa Jepang pada era moderen ini. Kehidupan privasi keluarga Jepang di apartemen (manshon) tentunya mengalami perubahan pula selain diperlukannya disain bangunan apartemen yang dapat menjadi wadah bagi privasi keluarga Jepang. Demikian, ruang lingkup mikro dari tesis ini adalah privasi keluarga Jepang yang tinggal di apartemen kota besar Jepang (Tokyo dan sekitarnya). Pengkajian dilakukan dengan model arsitektural berdasarkan pola perilaku dari Clovis Heimsath.
Pada kesimpulan tesis ini diuraikan bahwa ada dua faktor yang mendasar sebagai suatu usaha orang Jepang agar kehidupan privasi keluarga dapat terjaga walaupun harus tinggal di unit-unit rumah yang merupakan produk industri massal, yakni dengan mempertahankan nilai-nilai tradisional tertentu pada disain apartemen dan membatasi penggunaan elemen tradisional lainnya agar efisiensi struktural dan ekonomis bangunan dapat tetap tercapai."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Elsy
"Penulisan mengenai Tabu Dalam Kehidupan Orang Jepang. Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami cara berpikir orang Jepang sehubungan dengan tabu-tabu yang terdapat di sekitar lingkaran hidup orang Jepang.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode penulisan kepustakaan, yaitu dengan merujuk pada dua data pustaka buku Iryo no Iitsutae 1000 Dai dan Nihonjin no Issho. Dari dua buku tersebut tabu-tabu yang terdapat dalam lingkaran hidup orang Jepang dibagi dalam 4 kelompok dan dianalisa secara ilmiah.
Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun Jepang dikenal sebagai bangsa yang modern, yang telah menguasai ilmu penge_tahuan dan teknologi yang canggih, dalam kehidupan sehari_hari orang Jepang masih terikat oleh aturan-aturan dan nilai_nilai tradisional yang tercermin dalam berbagai tabu. Tabu sebagai salah satu bentuk kepercayaan rakyat (minkan shinko) membawa misi dalam kehidupan. Tabu-tabu tersebut berfungsi sebagai pengajaran atau pendidikan orang tua kepada anak sebagai sarana kontrol diri maupun kontrol sosial."
1995
S13799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yesy Tri Cahyani
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30525
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>