Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174855 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sari Kartikawati
"Seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan formal bagi wanita di Jepang hingga saat ini, maka jumlah wanita yang masuk lapangan kerja di Jepang, makin tahun makin meningkat, balk sebagai pekerja paruh waktu maupun sebagai pekerja puma waktu. Jika dibandingkan dengan jumlah pekerja paruh waktu, maka jumlah pekerja puma waktu lebih sedikit. Namun dari tahun ke tahun tingkat pertumbuhan pekerja puma waktu makin besar. Hal ini membuat semakin banyak wanitalibu Jepang yang terpisah dari anak-anaknya setiap hari karena harus bekerja di kantor. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak-anaknya. Fenomena inilah yang penulis angkal sebagai tema penulisan skripsi ini.
Skripsi dengan judul "Ibu Pekerja Purna Waktu dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak di Jepang" ini mengangkat pokok permasalahan sebagai berikut: Apa alasan mereka memilih jalur pekerjaan sebagai pekerja puma waktu? ; Apa segi positif dan segi negatifnya bagi keluarga? ; Apa hambatan yang dihadapinya? ; Bagaimana hubungan dengan keluarga terutama dengan perkembangan kepribadian anak-anaknya? ; Bagaimana perkembangan kepribadian anak-anaknya?.
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, penulis membahas dengan menggunakan metode kepustakaan dan menjelaskan perubahan jumlah ibu-ibu yang bekerja sebagai pekerja purna waktu dengan kecenderungan naik yang dapat dilihat dengan jelas melalui grafik dan tabel. Dernikian abstraksi yang dapat saya sampaikan semoga tulisan saya ini bisa rnendatangkan manfaat bagi pembaca sekalian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S13858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cri Puspa Dewi Motik Pramono
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pekerja wanita pada industri garmen dapat berperan aktif untuk pembangunan dalam rangka peningkatan ketahanan nasional.Populasi penelitian adalah pekerja pada industri garmen Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Sampel terdiri dari pekerja wanita yang berjumlah 89, yang bekerja di PT Arrish Rulan, PT Fauzi Motik dan Home Industri Dewi Motik. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket yang diberikan kepada responden. Data primer berasal dari jawaban responden, data sekunder diperoleh dari literatur, dokumen, para nara sumber di kalangan instansi pemerintah, data tahunan Biro Pusat Statistik (BPS).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif, dengan menganalisa data kuantitatif, dimana kecenderungan jawaban disusun dalam suatu tabel frekuensi.
Analysis hasil penelitian yang diperoleh dari tabulasi data tentang alasan wanita bekerja dinyatakan bahwa 70,7B% beralasan untuk memperbaiki ekonomi, tidak memiliki pengetahuan lain 1,357., 15,737. berasalan untuk memperbaiki masa depan, 2,257. untuk mencari pengalaman, 5,62% untuk mencoba hidup mandiri, 1,13% untuk menyalurkan ilmu, 4,49% untuk mengisi waktu luang.
Adapun hasil penelitian tentang alasan memilih pekerjaan 23,557 disebabkan mengisi waktu lowong, 39,33% karena sesuai dengan keahlian, 11,247 karena tidak mempunyai keahlian yang lain, 16,85% karena upah dapat mencukupi, 5,62% karena dekat dengan tempat tinggal, 3,37% karena alasan lain.
Dengan adanya peran aktif pekerja wanita pada industri garmen, maka ekspor hasil industri garmen meningkat yaitu 4,14% pada tahun 1988, 5,2% pada tahun 1989-1990, 6,5% pada tahun 1990-1991, pada tahun 1991-1992 dan 7,2% pada tahun 1992-1993 - 7,65%. Hal ini berarti bahwa peran pekerja wanita untuk pembangunan dalam rangka peningkatkan ketahanan nasional cukup bermakna.

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the woman worker's aspiration, perception, expectation, existence and also the cause of problem among them. To know the role of woman worker and their perception about the influence of the rising garment industry to them, not only in social and economics sector, but also increase the national resilience. The research is done in DKI Jakarta. The population of this research is the most of the woman worker who work at the garment industry in DKI Jakarta. The questioners are taken 89 respondents by purposive sampling of homogen population from PT. Fauzi Motik and Dewi Motik Home Industry. The data collected in observation technique, references study, structured interviewed, questioner and also short inspection. While type of the research is descriptive analyses. To prove this postulate, the data collected are analyzed descriptively and data tabulation are arranged in frequency table.
The result of this research are as follows:
1. Reasoning of woman worker to job are shows: The highest reasoning to job is to improve the family income condition (70,78%). The lowest reasoning to job is to share knowledge (1,13%), (15,,737.) is to improve the future living, (2,25%) is to get the experience, (5.62%) went to try to fulfill living need by their se1ves (4,49%) to fill the leisure time.
2. Reasoning on job choices are shows: The highest reasoning on job choices is according to their ability (39,33%) (23,59%) to fill the formation, (16,8%) caused by the salary sufficient, (11,24%) are caused by having no other skill and knowledge, (5,62%) caused by close to their living places, (3,37%) etc. In 1988, export garment industry was increased 4,14%/year, 5,2%/year in 1989-1990, 6,5% year in 1990-1991. In 1991-1992 was 7,2% /year, and 7,85% /year in 1992-1993. The growth of industry, means that they are able to addapt and get profit from its industry. Export production of garment industry was increased by the role of woman worker activity and here for can increase the national resilience.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmiyati Hodijah Saleh
"Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang mengungkapkan masalah ketenagakerjaan pada umumnya tidak terlepas dari adanya pertambahan penduduk yang sangat pesat setiap tahunnya dengan berbagai akibat yang ditimbulkannya. Seperti di Indonesia salah satu masalah yang sedang dihadapi adalah melimpahnya tenaga kerja terutama yang belum memperoleh kesempatan kerja. Dan juga adanya kelebihan tenaga kerja disatu pihak adalah sebagai akibat langsung dari adanya pergeseran 'mar dari dekade sebelumnya, yang berarti merupakan potensi sumberdaya manusia untuk pembangunan, di lain pihak penciptaan kesempatan kerja masih lauan dibandingkan dengan pesatnya laju pertumbuhan angkatan kerja.
Keadaan yang tidak seimbang antara pertumbuhan angkatan kerja dan kemampuan untuk menciptakan kesempatan kerja akan menimbulkan akibat buruk terhadap pembangunan suatu bangsa, sebab prestasi pembangunan suatu bangsa bukan hanya diukur dengan pertumbuhan ekonomi semata, tetapi lebih daripada itu yakni, dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas, mensejahterakan masyarakatnya dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Hasih dalam konteks ketenagakerjaan di atas, permasalahan angkatan kerja di Indonesia yang sebagian besar memiliki kualitas yang rendah sebagai akibat pendidikan yang rendah. Selain itu juga, tingkat partisipasinya tidak sepenuhnya sesuai dengan penghasilan yang didapatnya. Terutama pekerja wanita. Adanya kualitas tenaga kerja yang rendah tersebut diduga sebagai akibat dari output atau produktivitas yang dihasilkan masih rendah, yang mengakibatkan penghasilan/upah yang diterimanya juga rendah, sehingga mereka terperangkap dalam lingkaran kemiskinan.
Karena output yang dihasilkan adalah cerminan produktivitas pekerja yang dinilai dengan tingkat upah yang diterimanya, maka tingkat produktivitas dari pekerja dapat berbeda-beda berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Hal yang demikian menarik perhatian penulis untuk melihat adanya perbedaan tersebut yang dituangkan dalam tujuan penelitian ini yakni, untuk melihat adanya perbedaan pola penawaran tenaga kerja wanita berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga di Sumatera Selatan sebagai daerah asal penulis.
Dengan memperhatikan keadaan Propinsi Sumatera Selatan di mana dapat diketahui distribusi penduduk yang berumur 10 tahun ke atas yang termasuk dalam angkatan kerja cukup besar jumlahnya, maisalnya untuk angkatan kerja wanita diketahui adalah sebesar 3808 responder dan wanita yang telah bekerja sebanyak 1645 responden, sisanya diketahui belum bekerja. Dan juga dari yang bekerja tersebut diketahui sebanyak 157 responden adalah merupakan wanita bekerja dan menerimn upah, serta 1478 responden yang merupakan wanita bekerja tetapi tidak menerima upah. Sehingga adanya konstribusi seperti ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam mempelajari penawaran tenaga kerja tersebut.
Dari kondisi ketenagakerjaan seperti di atas, maka untuk mempelajarinya timbul pertanyaan-pertanyaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui masalah mendasar tentang keadaan ketenagakerjaan didaerah tersebut. Adapun pertanyaan itu antara lain; apakah wanita yang tidak bekerja di luar rumah tidak mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghasilan atau upah?, Kalau wanita itu tidak bekerja di luar rumah faktor apa penyebabnya?, mungkin disebabkan oleh upah yang tidak memadai, anak masih kecil (untuk wanita yang berperan sebagai ibu dalam rumah tangga), atau kurangnya ketrampilan yang dimiliki wanita untuk masuk pasar kerja, dan lain sebagainya. Sehingga adanya penetrapan teori Backer tentang alokasi waktu dapat dipelajari disini. Di mana teori tersebut menunjukkan bahwa pengaruh faktor sosial ekonomi dan demografi mempunyai peran besar dalam menentukan penawaran tenaga kerja. Selain itu faktor penentu lainnya yang sangat panting adalah tingkat upah (simanjuntak, 1985). Dikatakannya bahwa banyaknya waktu yang disediakan untuk bekerja sangat tergantung pada tingkat upah yang berlaku. Di mana dalam hal ini jumlah tenaga kerja dapat diartikan sebagai jumlah jam kerja.
Melalui gambaran latar belakang seperti di atas, maka pokok permasalahan yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini juga akan melihat apakah adanya variasi upah ataupun adanya perubahan upah akan menentukan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh para pensupplai tenaga kerja wanita tersebut. Disamping faktor upah apakah ada faktor lain yang juga mempengaruhi jumlah jam kerja yang ditawarkannya.
Dalam mempelajari fungsi penawaran tenaga kerja yang merupakan hubungan antara jumlah jam kerja dan upah, dan juga adanya faktor-faktor sosial ekonomi dan demografi lainnya yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut, pendekatan yang digunakan di sini adalah mengunakan model statistik berdasarkan data terputus, dengan menggunakan data sakernas tahun 1987 untuk daerah Sumatera Selatan. Selain itu juga analisa dilakukan secara statistik deskriptif dan statistik infrensial.
Model statistik yang dipakai untuk memperkirakan fungsi penawaran yang menggunakan data sakernas dimana variabel bebas yang diamati adalah variabel upah, serta variabel individu lainnya seperti umur, pendidikan, tempat tinggal, dll, yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh pekerja wanita tersebut, menimbulkan suatu analisa data terputus. Hal ini disebabkan karena variabel upah bersifat simultan, dimana variabel upah disatu sisi sebagai variabel bebas dan disisi lain sebagai variabel tak bebas. Sehingga untuk mendapatkan koefisien estimasinya diperlukan analisa regresi bertahap. yaitu regress, fungsi penghasilan sebagai tahap pertama dan regresi fungsi penawaran tenaga kerja sebagai tahapan selanjutnya. Tetapi dalam melakukan estimnsi fungsi penghasilan analisa terbatas pada pekerja yang memperoleh penghasilan saja, sehingga dalam hal ini kita harus memperhatikan sepasang model yang pada dasarnya digunakan untuk mendapatkan "Heckman Lamdha" atau yang sering di kenal denga Mills Rasio. Setelah mendapatkan Mills Rasio, maka didapat model dengan memasukkan Mills Rasio tersebut sesuai dengan model Heckman untuk mengatasi adanya bias selektif tersebut.
Beberapa penemuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
I). Keadaan angkatan kerja di Sumatera Selatan diketahui bahwa % tase angkatan kerja wanita adalah 50,61% yang di ketahui bahwa % tase tersebut adalah lebih besar dari % tase angkatan kerja prianya yaitu sebesar 40,39% .
2). % tase Pekerja wanita menurut kelompok-kelompok yang diperhatikan berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga di ketahui bahwa % tase yang bekerja di desa lebih besar dari pada % tase yang bekerja di kota, yakni 88,27% pekerja yang tinggal di desa, dan 11,73% yang tinggal di kota, hal ini sesuai dengan dinamika penduduk yang mendapakan bahwa penduduk yang tinggal di desa lebih besar bila dibanding dengan penduduk yang tinggal di kota. Disamping itu juga untuk memasuki kerja di desa lebih mudah daripada di kota yang banyak di tuntut persyaratan tertentu.
Sedangkan berdasarkan status upah juga diketahui rata-rata upah yang di terimanya di kota lebih besar dari pada rata-rata upah yang di terima di desa. Untuk tingkat pendidikan yang di tamatkan di ketahui bahwa % tase pekerja wanita tidak gnat SD yang paling besar jumlahnya yaitu sebesar 52,10% , untuk yang tamat SD sebesar 39,98%, untuk yang tamat SLTP sebesar 3,35% dan untuk yang tamat SLTA sebesar 4,57% . Gambaran seperti itu menunjukkan bahwa rendahnya produktivitas yang dihasilkan sebagai akibat rendahnya kualitas pekerja tersebut yang % tasenya masih banyak terdapat pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak tamat SD. Sedangkan menurut kelompok umur diketahui bahwa % tase pekerja wanita yang menawarkan kerja paling banyak terdapat parka kelompok umur tua, 45 tahun ke atas, yaitu sebesar 23,67% , dan yang paling sedikit menawarkan kerja yaitu terdapat pada kelompok umur muda, 10-19 tahun yaitu sebesar 9,01 % .
3). Untuk masing-masing kelompok wanita berdasarkan status atau peranya dalam rumah tangga diketahui bahwa rata-rata jam kerja yang ditawarkannya hampir sama yaitu berkisar 30-40 jam per minggu. Dan menurut kelompok umur diketahui juga bahwa rata-rata jumlah jam kerja yang di tawarkan % tasenya terlihat mempunyai bentuk seperti huruf u terbalik, dimana pada kelompok umur muda jumlah jam kerja yang di tawarkan sedikit, kemudian pada kelompok umur selajutnya jumlah jam kerja yang di tawarkan meningkat, tetapi setelah mencapai kelompok umur tertentu yakni 30-34 tahun maka jumlah jam kerja yang di tawarkan akan berkurang_ Hal ini dapat dipandang bahwa makin lanjut usia produktivitasnya akan makin berkurang. Sedangkan rata-rata upah yang di terima menurut kelompok umur ini diketahui bahwa upah yang tertinggi diterima oleh kelompok umur 35-39 tahun yaitu sebesar Rp26.255,- per minggunya.
Selain itu bila kita perhatikan menurut kelompok pendidikan yang di tamatkan di ketahui bahwa rata-rata jumlah jam kerja yang ditawarkan juga hampir sama untuk masing-masing kelompok yang di perhatikan yaitu berkisar 30-35 jam per minggu. Dan untuk pekerja wanita di Sumatera Selatan terlihat tingkat pendidikan tamat SLTA+ diketahui % tase jumlah jam kerja yang di tawarkannya paling besar yakni 34 jam perminggu dibandingkan dengan mereka yang tamat pendidikan lain dibawahnya. Disini dapat katakan bahwa wanita di daerah ini bukan wanita pekerja, karena mereka baru akan menawarkan kerja dengan pendidikan SLTA+. Dapat dimungkinkan karena merasa sayang dengan pendidikan tersebut bila tidak bekerja. Dan untuk rata-rata upah yang diterima menurut kelompok pendidikan yang di tamatkan diketahui makin tinggi tingkat pendidikan maka upah yang diterimapun makin besar yakni; untuk pekerja wanita yang tidak tamat SD rata-rata upah yang diterimanya sebesar Rp7.840,- per minggunya, untuk pekerja wanita yang tamat SD rata-rata upah yang di terimanya sebesar Rp9.797,- per minggunya, untuk pekerja wanita yang berpendidikan tamat SLTP rata-rata upah yang di terimanya adalah sebesar Rp 12.222,- per minggunya, dan yang terakhir untuk mereka yang berpendidikan tamat SLTA+ rata-rata upah yang di terimanya adalah sebesar Rp18.445,- per minggunya.
4). Berdasarkan model yang diperhatikan dari hasil temuan empiri menunjukkan bahwa, upah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh pekerja wanita di Sumatera Selatan. Hubungan antara jam kerja dan upah serta variabel individu lainnya seperti; umur, pendidikan, tempat tinggal, dan rasio dependensi yang diasumsikan berbentuk parabola pada akhirnya diketahui bahwa mempunyai pola yang berbeda untuk masing-masing kelompok yang diperhatikan yakni, kelompok wanita berdasarkan status atau perannya dalam rumah tangga. Di mana pola tersebut ada yang berbentuk parabola yang menutup kebawah dan ada juga yang berbentuk parabola yang membuka keatas.
Untuk bentuk parabola yang menutup kebawah berarti grafik fungsi penawaran tenaga kerja wanita didaerah ini mempunyai titik maksimum, di mana apabila upah naik maka, jumlah jam kerja yang ditawarkanpun bertambah, tetapi setelah upah mencapai tingkat upah yaitu yang merupakan titik maksimum tersebut maka, jam kerja yang ditawarkan akan mulai berkurang walaupun upah naik. Sebaliknya, untuk pola penawaran tenaga kerja yang berbentuk parabola yang membuka keatas, seperti untuk kelompok wanita yang berperan sebagai anak atau menantu dalam penelitian ini, diketahui bahwa pola seperti itu berarti grafik fungsi penawarannya mempunyai titik minimum, di mana pada tingkat upah yang rendah jumlah jam kerja yang ditawarkannya cukup tinggi, tetapi dengan adanya perubah upah, upah naik jumlah jam kerja yang ditawarkannya akan makin berkurang. Dan mereka akan menawarkan kerja lagi apabila tingkat upah sudah mencapai pada tingkat upah minimum tersebut. Jadi pada pola penawaran tenaga kerja seperti ini dapat diartikan bahwa kelompok ini tidak akan bekerja atau menawarkan kerja apabila tingkat upahnya tidak atau balm sesuai dengan tingkat upah yang diharapkan mereka yakni setelah mencapai tingkat upah maksimum tersebut.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Perempuan beraktivitas di sektor publik bukan hal baru . Bahkan kecenderungan perempuan menjadi tulang punggung keluarga juga menjadi fenomena yang sudah umum...."
PATRA 9(3-4) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Keisha Karinna Avioza
"Penelitian ini menggunakan data dari Sakernas Agustus 2021 untuk menganalisis pengaruh pelatihan dan partisipasi kerja perempuan dengan disabilitas di Indonesia. Dengan menggunakan regresi logistik biner, dapat diketahui terdapat pengaruh pelatihan terhadap partisipasi kerja perempuan dengan disabilitas. Probabilitas perempuan dengan disabilitas untuk memasuki pasar tenaga kerja pun akan semakin besar ketika mengikuti pelatihan yang bersertifikat. Namun, partisipasi kerja akan bervariasi berdasarkan jenis dan tingkat keparahan disabilitas yang dialami. Perempuan dengan disabilitas penglihatan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk bekerja. Sedangkan, perempuan dengan disabilitas fisik (mobilitas dan jari/tangan) dan mental mengalami kemungkinan yang paling kecil untuk bekerja. Kemudian, probabilitas perempuan dengan disabilitas untuk bekerja pada jenis pekerjaan apapun akan berkurang dengan meningkatnya tingkat keparahan yang dialami. Terlepas dari status disabilitasnya, perempuan dengan disabilitas yang berada dalam kelompok usia produktif (35 – 45 tahun), berpendidikan >=SMA/sederajat, bertempat tinggal di pedesaan, berstatus pernah menikah memiliki probabilitas bekerja yang lebih tinggi.

This study utilizes data from Sakernas Augustus 2021 to analyze the effect between training and work participation of women with disabilities in Indonesia. Using binary logistic regression, this study discovered that training has an impact on how many women with disabilities participate in the workforce. When they enroll in certified training, the likelihood of disabled women entering the workforce will increase even more. However, work participation will vary based on the type and degree of disabilities, where women with vision disabilities face the highest likelihood of working participation. Meanwhile, women with mental and physical disabilities (mobility and finger/hand) face the lowest likelihood of working participation. In addition, as the degree of disability increases, it becomes less likely that she will work in any sector of economic activity. Regardless of their disability status, those in the productive age group (35 – 45), have completed at least a high school education, live in rural areas, and have been married are more likely to work."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sikwan
"Penelitian ini berusaha untuk memahami "Peranan Istri Petani" dalam keglatan ya ng langsung ataupun tidak langsung menghasilkan nafkah tetapi memberi peluang bagi orang lain untuk berperan lebih besar dalam kegiatan nafkah. Sehubungan dengan hal itu ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan, yakni (1) konsepsi pembagian kerja pria dan wanita yang dianalisis melalui pola curahan tenaga kerja setiap anggota rumah tangga dalam berbagai keglatan, (2) konsepsi alokasi kekuasaan dianalisis menurut pola pengambilan keputusan antara suami dan istri dalam rumah tangga.
Obyek penelitian ini adalah (1) pola kerja istri petani dalam beragam kegiatan; (2) pola pendapatan rumah tangga dan (3) pola pengambilan keputusan antara suami istri dalam rumah tangga. Untuk memperoleh informasi tentang ketiga hal tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menekankan studi pendalaman melalui pengamatan langsung dan wawancara mendalam dengan menggunakan metode recall dalam masa referensi waktu 24 jam dan 30 hari.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa, meskipun secara normatif masyarakat desa Kuala Dua menganggap kegiatan mencari nafkah adalah pekerjaan pria (suami) dan urusan rumah tangga adalah pekerjaan wanita (istri), peranan istri petani dalam kegiatan pencaharian nafkah tidak dapat diabaikan: istri petani mencurahkan waktu lebih besar daripada suami; sedangkan dalam kegiatan rumah tangga, curahan waktu istri petani juga lebih besar daripada suami. Besarnya peranan istri petani di luar dan di dalam rumah tangga telah meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Dampak lain dari keterlibatan istri dalam pencarian nafkah adalah terjadi perubahan pola pengambilan keputusan: suami dan istri mempunyai kesempatan yang sama untuk mengambil keputusan. Mengingat hal itu, perlu ditingkatkan peranan istri petani dalam kegiatan pencarian nafkah, yaitu dengan mengembangkan sektor yang memungkinkan istri petani bekerja tanpa mengorbankan urusan rumah tangga. Mungkin sektor industri rumah tangga dan kerajinan merupakan alternatif yang patut dipertimbangkan bagi para pengambil kebijakan untuk meningkatkan peranan istri petani di pedesaan, tetapi hal ini memerlukan pengkajian yang lebih jauh. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Ardiansyah
"Tujuh puluh persen dari seluruh penduduk Indonesia adalah pekerja. Produktivitas kerja serta kelangsungan hidup para pekerja sangat dipengaruhi oleh derajat kesehatan yang dimiliki oleh pekerja. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan salah satu dari bagian integral dari pelayanan kesehatan kerja dan merupakan unsur penting dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja. Dari hasil laporan menunjukkan bahwa dengan adanya promosi kesehatan di tempat kerja berdampak pada kesehatan pekerja, pekerja yang sehat hanya sedikit sekali kehilangan hari kerja karena mengalami sakit.
Tujuan penelitian ini adalah diketahui gambaran faktor yang mempengaruhi absensi sakit dan prilaku Pekerja hidup pekerja terhadap kejadian absensi sakit di PT.X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisa bivariat yaitu variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian absensi karena sakit pada pekerja di PT. X selama periode waktu Maret 2009-Maret 2010 adalah usia (p = 0,030), jenis pekerjaan (p = 0,017), kebiasaan merokok (p = 0,014), pola tidur.

Seventy percent of the entire population in Indonesia is worker. Work productivity and the survival of the workers is strongly influenced by the degree of health which is owned by workers. Health promotion in the workplace is one of the integral part of occupational health services and is an important element in the maintenance and improvement of health status of workers. From the results of the report shows that with the existence of health promotion in the workplace affects the health of workers, health workers has very little loss of working days due to an illness.
The purpose of this study is to be seen the illustration Factors Related to sick absenteeism of worker at PT X during time period of March 2009-March 2010. This research is quantitative research with cross sectional design. Results obtained based on bivariate analysis are variables associated with the incidence of absenteeism due to illness of workers at the PT. X during the time period March 2009-March 2010 were age (p = 0.030), occupation (p = 0.017), smoking (p = 0.014), sleep pattern (p = 0.003). Researchers suggest to do health promotion in the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T41347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amaliah Hasanah
"Tema dari skripsi ini adalah ketiadaan sosok ayah di dalam keluarga Jepang atau chichiaya fuzai yaitu sebuah fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Jepang, yang umum ditemui di daerah perkotaan. Memasuki zaman modern ketika industrialisasi berkembang pesat di Jepang dan menyebabkan kemakmuran di bidang ekonomi, Jepang dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan seputar kenakalan remaja. Berbagai kasus kenakalan remaja seperti konai baryoku, kateinai boryoku, dan en jakosai semakin meningkat. Adapun penyebab terjadinya kasus kenakalan remaja tersebut salah satunya adalah berkaitan dengan keadaan keluarga. Terjadi ketimpangan peran orang tua di dalam keluarga Jepang dewasa ini, yaitu tanggung jawab yang dimiliki orang tua dalam pengasuhan, pengawasan, dan pendidikan anak, Seorang ibu dalam keluarga Jepang lebih dominan dalam hal yang berkaitan dengan pengasuhan, pengawasan, dan pendidikan anak sedangkan seorang ayah sebagai orang yang bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk keluarga hampir tidak pernah mengurusi hal-hal tersebut, hal ini menyebabkan otoritas ibu lebih kuat di dalam keluarga terutama yang berkaitan dengan anak dibandingkan dengan ayah.Berdasarkan penelaahan dari data-data yang didapat maka kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa keberadaan fenomena chichioya fuzai dalam keluarga Jepang dewasa ini dipengaruhi oleh empat factor-faktor yaitu:Pertama, hancurnya sistem keluarga tradisional. Kedua, era kemakmuran rakyat.Ketiga, masuknya pemikiran demokrasi, dan Keempat, mobilitas sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaela
"Menurut beberapa ahli bahwa ohaka adalah cerminan kebudayaan masyarakat tertentu, dari hal inilah dapat dikatakan bahwa ohaka Jepang merupakan salah satu cerminan kebudayaan Jepang. Kebudayaan Jepang yang dirnaksud dalam skripsi ini adalah kebudayaan yang paling khas dalam masyarakat Jepang, yang dapat terlihat dari keluarga Jepang yang bersifal patrilinealMelihat kaitan ohaka dengan sistem kekerabatan Jepang adalah keduanya memiliki kemiripan. Contohnya, pada sistem kekerabatan Jepang yang berdasarkan garis keturunan laki-laki, semua hak pewarisan akan jatuh kepada ahli waris anak laki-laki pertama (chonan), dan setelah chonan menjadi kepala keluarga (kacho) semua hak pengaturan rumah tangga berada ditangannya.Berkaitan dengan pengertian simbol oleh salah seorang antropolog. Victor Turner, yang memusatkan penelitian mengenai simbol pada suku Ndembu di benua Afrika, bahwa simbol adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu persetujuan umum atau perwakilan atau kenangan alas sesuatu yang memiliki kualitas, penulis menjelaskan bagaimana ohaka dapat dikatakan sebagai simbol keluarga Jepang.Dalam hal ini pcnulis berpegang pada pengertian simbol oleh Turner di atas, bahwa sesungguhnya sistem ohaka memiliki kemiripan dengan sistem kekerabatan masyarakat Jepang. Selanjutnya untuk landasan berikutnya, Turner menyatakan bahwa sebelum dapat menafsirkan sebuah simbol, peneliti harus dapat mengumpulkan data yang diperoleh dari; Pertama, bentuk eksternal dan karakteristik-_karakteristik yang nampak. Kedua, tafsiran-tafsiran yang diberikan oleh para ahlimaupun awam dan terakhir, konteks-konteks yang penting yang sebagian besar dilakukan oleh ahli antropologi. Landasan terakhir adalah sifat simbol yang dikaitkan dengan ohaka.Ohaka memenuhi semua kriteria yang telah diuraikan diatas. Maka dapat dikatakan bahwa ohaka memang dapat dikatakan sebagai simbol keluarga Jepang sekaligus membuktikan bahwa sistem ie yang dinyatakan telah digantikan oleh sistem keluarga yang baru yaitu kakukazoku masih tetap ada secara sadar atau tidak sadar dalam pencerminan ohaka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tunastiya Retna Wandansari
"Skripsi ini membahas tentang proses pelaksanaan rekrutmen dan seleksi tenaga kerja di Rumah Sakit Annisa Tangerang tahun 2015, untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Rumah Sakit Annisa Tangerang ini mengalami kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Pada Januari ? Mei 2015 ini terdapat 318 pelamar, akan tetapi yang diterima hanya 40 kandidat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan desain deskriptif yang diperoleh dengan cara wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi.
Hasil penelitian ini menyarankan tim rekrutmen dan seleksi untuk melakukan pertemuan antara bagian SDM, dan unit terkait untuk menentukan jadwal seleksi yang akan dilakukan, perlu adanya tes praktek untuk kandidat yang memiliki keahlian tertentu, melakukan job fair, menambah tes buta warna dan tes pendengaran untuk kandidat.

This Paper is discussing about recruiting and selecting process for
employee at An-Nisa Hospital Tangerang in 2015 to obtain qualified employees fit to the hospital needs. In January to May 2015, 318 applicants enrolled the proposals but only 40 of the applicants met the qualification. This Paper is using qualitative research, by descriptive design through intensive interview, document comprehension and observation.
This research recommend the recruitment and selection team to have a meeting between the Human Resources Department and
the related unit to decide the schedule for the selection, provide practice test for the candidates who have particular ability, do the job fair, and add color blind and hearing test for the candidates.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>