Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Filia
"Bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya di segala aktivitas kehidupan. Karena kelompok manusia beraneka ragam, maka bahasa itu sendiri mempunyai variasi-variasi. Seperti yang diungkapkan oleh Chaer dan Agustina, penutur bahasa, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen, maka wujud bahasa yang kongkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam. Bahasa itu pun menjadi beragam dan bervariasi. Dalam tulisan ini, penulis akan membicarakan salah satu variasi bahasa, yakni bahasa yang digunakan anak muda Jepang. Dilihat dari usia, golongan anak muda terbagi dalam tiga kategori, yaitu paruh pertama remaja, yaitu umur 13,14 sampai dengan 16,17 tahun, paruh kedua, umur 17,18 sampai dengan 22, 23 tahun, pra dewasa, yaitu umur 22, 23 sampai dengan kurang lebih usia 30 tahun. Dengan demikian yang tergolong anak muda adalah, orang yang berusia 13 tahun sampai dengan sekitar 30 tahun. Apa yang dimaksud dengan bahasa anak muda? Bahasa anak muda merupakan ragam cakapan tidak resmi yang banyak dipakai kaum muda sebagai komunikasi intern. Banyak orang yang berpendapat bahwa bahasa anak muda dapat merusak bahasa baku. Namun, hal ini tidak berarti bahwa bahasa tersebut harus diabaikan. Seperti yang dikatakan oleh Chamber-Loir, gejala bahasa ini tidak boleh dinafikan atau dianggap remeh, tetapi justru perlu diamati sebagai akibat dan cerminan dari suatu kenyataan sosial. Kemunculan bahasa anak muda tidak terlepas dari beberapa hal yang melatarbelakanginya. Menurut Yonekawa hal-hal yang melatarbelakangi kemunculan bahasa anak muda adalah pertumbuhan fisik, psikologi, latar belakang masyarakat dan latar belakang sejarah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filia
"ABSTRAK
Tuturan yang mengungkapkan tindakan merupakan salah satu fungsi bahasa sebagai instrumen tindakan. Austin (1962:12) mengatakan: "Say something is to do something; or in which by saying or in saying something we are doing something". Dengan demikian ketika seseorang melakukan tindakan dengan bahasa, secara bersamaan mengungkapkan tindak itu sendiri. Tindakan dalam bahasa disebut juga tindak tutur. Searle (1969) juga mengatakan bahwa tindak tutur itu sendiri merupakan tindakan.
Ada pelbagai tindak tutur, salah satu tindak tutur yang digunakan manusia dalam berinteraksi dengan sesama adalah tindak tutur meminta maaf. Tindakan meminta maaf dilakukan ketika ada prilaku yang melanggar norma sosial, antara lain apabila penutur berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan atau telah melukai perasaan petutur. Jika hal ini terjadi hubungan kedua belah pihak menjadi tidak seimbang. Salah satu cara untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu ialah dengan meminta maaf (Cohen dan Clshtain, 1983).
Jika hal itu dikaitkan dengan konsep muka yang dikemukakan Brown dan Levinson (1978;1987), meminta maaf merupakan salah satu upaya menghargai muka penutur (karena muka petutur terancam oleh tindakan penutur), akan tetapi di sisi lain muka penutur pun terancam. Untuk menyelamatkan muka kedua belah pihak, penutur dapat memilih cara atau strategi dalam mengungkapkan permintaan maaf.
Berkaitan dengan hal di atas, penulis memfokuskan penelitian tindak tutur meminta maaf dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Memang, Jepang memiliki latar budaya yang berbeda dengan Indonesia. Nakane (1973: 31) mengatakan, dunia orang Jepang terbagi dalam tiga kategori, sempai (senior), kohai (junior), doryo (pangkat yang sama). Dengan demikian, ada perbedaan kadar perhatian orang atas kaidah-kaidah penghormatan rnenurut pribadi tiap-tiap orang (Nakane, 1973:37).
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, tiap-tiap suku memiliki budayanya sendiri. Jika dalam masyarakat Jepang secara tegas dikatakan terdiri dari tiga kategori seperti yang telah dikemukakan di atas, tidak demikian halnya dengan masyarakat Indonesia"
2006
T16840
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Jayanti Kristiantiwi
"Penelitian mengenai ungkapan penolakan ini dilakukan dengan metode kualitatif di dalam penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden orang Jepang yang belajar di BIPA UI yang berjumlah 19 orang sebagai sumber data. Data yang dianalisis adalah data penolakan terhadap ajakan dan permohonan. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menerapkan teori Chiemi Fujiwara mengenai klasifikasi strategi penolakan. Chiemi Fujiwara mengelompokkan 21 strategi penolakan berdasarkan jawaban penolakan yang diperoleh dalam penelitiannya, yaitu: pernyataan penolakan dengan tegas, ungkapan ketidaksanggupan, penjelasan dan alasan: secara lugas dan secara ambigu, perasaan menyesal, permintaan maaf keinginan, pertemuan nanti, ungkapan terima kasih, ungkapan kebaikan, pengisi, pengulangan, ungkapan persyaratan, panggilan hormat terhadap lawan bicara, ungkapan kekaguman, saran, perasaan empati, berusaha meyakinkan lawan bicara: kritik, persuasi, penundaan, sugesti, dan meringankan beban di pundak. Permasalahan dalam skripsi ini adalah penggunaan ungkapan penolakan orang Jepang yang belajar di BIPA UI khususnya terhadap situasi ajakan dan permohonan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penggunaan ungkapan penolakan pada orang Jepang yang belajar di BIPA UI semester genap tahun ajaran 2005-2006.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ungkapan penolakan orang Jepang di BIPA UI pertama-tama diklasifikasi dengan metode morfologi, yaitu berdasarkan morfem yang membentuknya. Dari situasi ajakan paling banyak digunakan kata sumimasen atau gomennasai dan kata zannen. Sedangkan dari situasi permohonan paling banyak digunakan kata gomen, muri, dame, dan muzukashii. Apabila dianalisis dengan metode sintaksis/ semantik, paling banyak digunakan srtategi shazai -iiwake riyuu baik terhadap ajakan maupun permohonan. Setelah itu dianalisis berdasarkan strategi terbanyak yang dipakai, yaitu iiwake riyuu (dalih dan alasan). Pada situasi ajakan diperoleh paling banyak dalih dan alasan yang digunakan yaitu karena sudah mempunyai acara lain dan tidak menyebutkan kegiatan acara tersebut secara spesifik yang menunjukkan ketertutupan terhadap lawan bicara. Sedangkan pada situasi permohonan diperoleh data dalih dan alasan paling banyak adalah responden hanya membawa satu batang pulpen atau tidak membawa pulpen cadangan lain yang menunjukkan responden berkeberatan, dan responden sudah mempunyai acara lain tanpa menyebutkan kegiatan acara tersebut secara spesifik yang menunjukkan ketertutupan terhadap lawan bicara. Pada jawaban angket terdapat ungkapan penolakan yang tidak terrnasuk dalam strategi penolakan yang dikelompokkan oleh Fujiwara, yaitu hairyo untuk ungkapan penolakan sekkaku sasotte itadaita noni dan negirai no kimochi untuk ungkapan penolakan otsukaresama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ranuki kotoba (RK) dinyatakan oleh para ahli bahasa Jepang sebagai fenomena kerancuan berbahasa, karena bentuk RK dan rareru dengan pengertian potensial digunakan bersamaan dalam masyarakat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana RK dipakai dalam bahasa sehari-hari masyarakat Jepang. Penelitian mengenai RK sebagai bahasa percakapan anak muda kali ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemakaian RK di kalangan anak muda Jepang yang sebenarnya melalui percakapan yang terdapat dalam komik-komik Jepang.Sumber data adalah 8 (delapan) buah komik Jepang dalam berbagai jenis, dengan klasifikasi komik untuk pembaca usia anak muda, yaitu usia 12-15 tahun hingga usia 30 tahunan.Hasilnya menunjukkan bahwa RK dipakai oleh anak muda Jepang pada percakapan yang bersifat informal kepada orang-orang yang hubungannya dekat atau akrab dengan si pembicara. Faktor usia lawan bicara tidak mempengaruhi pemakaian RK. Meskipun usia lawan bicara jauh lebih tua, sepanjang hubungan di antara kedua belah pihak terjalin akrab , RK tetap digunakan.Selain itu, ditemukan pula bahwa RK hanya dipakai pada kata kerja deru, miru, dan kuru. Penggabungan kata dengan kata juga turut mempengaruhi frekuensi pemakaian bentuk RK pada kata kerja deru dengan kuru yang menjadi satu kesatuan bentuk detekuru. Detekuru yang sudah menjadi satu kesatuan bentuk akan mengalami RK menjadi detekareru."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Astar
"Kata kerja dalam bahasa Jepang biasanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu jid?shi dan tad?shi. Kata kerja jid?shi tad?shi ada yang mandiri, hanya berupa jidoshi atau tadoshi saja, ada yang berpasangan, dan ada juga yang mandiri, tetapi digunakan sekaligus sebagai jid?shi dan tad?shi. Jid?shi dan tadoshi yang berpasangan jumlahnya cukup banyak. Selain itu, bentuk serta pembagian penggunaannya tidak sederhana. Hal ini menyebabkan sering ditemukan kesalahan dalam penggunaannya. Skripsi ini mencoba menganalisa penggunaan jid?shi tad?shi yang berpasangan oleh pembelajar bahasa Jepang di Universitas Indonesia. Penulis berusaha menemukan kesalahan dalam penggunaan jid?shi tad?shi yang berpasangan, penyebab dari kesalahan tersebut, beserta keadaan yang terjadi di antara pembelajar. Dari penelitian yang dilakukan, penulis menemukan kesalahan_kesalahan dalam penggunaan jid?shi tad?shi yang berpasangan. Penyebab utama dari kesalahan-kesalahan tersebut adalah masih kurangnya pemahaman pembelajar mengenai pembagian bentuk pasangan jid?shi tad?shi maupun pembagian penggunaanya di dalam kalimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sonnya Heliantina Dewi
"Penelitian ini adalah berkenaan dengan identitas dan penggunaan bahasa. Subjek penelitian adalah sebuah keluarga Indonesia yang tinggal di Jawa Barat. Keluarga ini terdiri atas ayah, ibu, dan seorang anak usia 3 tahun 7 bulan. Di dalam keluarga ini, ayah berbicara dalam bahasa Jepang secara konsisten kepada anak, sedangkan ibu menggunakan bahasa Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan input yang dapat mempengaruhi proses identitas anak berdasarkan penggunaan bahasa dalam interaksi mereka.Data dari penelitian ini berasal dari rekaman percakapan anak dan orang tuanya pada saat makan malam bersama. Perekaman dilakukan selama tujuh hari secara acak. Selain data rekaman, penelitian ini juga didukung oleh wawancara kepada kedua orang tua dan pengamatan peneliti terhadap keluarga ini selama berada di tempat mereka.Berdasarkan pengamatan, anak menerima input mengenai budaya Jepang berupa bahasa dan tindak-tanduk. Input diperoleh melalui interaksi sehari-hari dan tayangan berbahasa Jepang dari televisi.Dari analisis penggunaan bahasa, ditemukan bahwa bahasa yang dominan digunakan adalah bahasa Indonesia. Anak secara konsisten menggunakan bahasa Indonesia di dalam percakapan, tetapi tindak-tanduknya dipengaruhi oleh budaya Jepang yang dipelajarinya melalui kehidupan sehari-hari dan televisi. Ditemukan pula sejumlah bentuk akomodasi dan campur-kode dari bahasa Indonesia, Jepang, dan Inggris, yang muncul dalam kondisi tertentu.

The research is regarding the identity formation and language use. The research subject is an Indonesian family who live in West Java. This family consists of father, mother, and a child, whose age is 3 years and 7 months old. The father spoke Japanese consistently to the child, while the mother spoke Indonesian. The purpose is to explain the inputs that can affect the child 39 s identity based on the language use in their interactions.The data is derived from recordings of conversations of the child and their parents at dinner time. Recording was conducted about seven day, which randomly recorded. In addition to recording data, this research is also supported by interviews with both parents and observation of this family while I went to their place.Based on the observations, the child received input about Japanese culture such as language and behavior. Input obtained through daily interactions and acquired from the Japanese television programs.From the analysis of the language use, I found that the dominant language is Indonesian. The child consistently using Indonesian in conversations, but her behavior is influenced by Japanese culture which learned through daily life and television. Further, I found some form of language accommodation and code mixing of the Indonesian, Japanese, and English, which appears under certain conditions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhelia Anjani
"Salah satu permasalahan yang tengah dihadapi negara ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dikalangan anak muda. Hal ini ditandai dengan kurang menghayatinya anak muda terhadap simbol-simbol kebangsaan seperti lagu kebangsaan, upacara nasional, dan menganggap budaya luar negeri lebih menarik. Berdasarkan studi-studi sebelumnya bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah arus globalisasi, paham liberal, dan maraknya produk luar negeri. Sedangkan faktor internalnya adalah desentralisasi sistem pemerintahan, keluarga yang tidak mengajarkan nasionalisme, dan sentiment primordial atau etnis. Peneliti berargumen bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh adanya pergeseran makna nasionalisme pada pemuda sekarang dimana mereka tidak lagi mengandalkan sloganistik/simbolistik tetapi lebih ke tindakan substantif. Melalui wawancara mendalam serta studi dokumen dan visual, peneliti menyimpulkan bahwa memudarnya rasa nasionalisme dikarenakan pergeseran makna dari makna nasionalisme sebelumnya. Melalui konstruksi sosial yang diberikan oleh institusi pendidikan, media masaa, dan pemikiran mahasiswa itu sendiri munculah interpretasi makna sehingga menghasilkan tindakan rasional. Tindakan rasional ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Tindakan Rasional Nilai dan Tindakan Rasional Instrumental pada arena kegiatan organisasi, volunteer, dan komunitas sebagai pemahamannya terhadap makna nasionalisme di era sekarang. Sehingga membentuk identitas nasional baru melalui nilai-nilai yang anut berdasarkan historis sejarah, pemikiran anak muda yang kritis, dan kegiatan mahasiswa yang bersifat nasionalis, sukarelawan, atau base on profit.

One of the problems facing this country is the waning spirit of nationalism among young people. This is marked by the lack of respect for young people against national symbols such as national anthems, national ceremonies, and consider foreign culture more interesting. Based on previous studies that the waning sense of nationalism of young people is caused by external factors and internal factors. The external factors in question are the current of globalization, liberalism, and the rise of foreign products. Whereas internal factors are decentralized government systems, families that dont teach nationalism, and primordial or ethnic sentiments. Researchers argue that the waning sense of nationalism of young people is caused by a shift in the meaning of nationalism in today's youth where they no longer rely on sloganistic / symbolistic but rather on substantive actions. Through in-depth interviews and document and visual studies, the researcher concluded that the fading sense of nationalism was due to a shift in meaning from the meaning of previous nationalism. Through social construction given by educational institutions, mass media, and students thinking it self, interpretations of meaning emerge to produce rational actions. These rational actions are divided into two types namely Rational Value Actions and Instrumental Rational Actions in the arena of organizational, volunteer and community activities as their understanding of the meaning of nationalism in the current era. Thus forming a new national identity through profound values based on historical history, critical thinking of young people, and student activities that are nationalist, volunteering, or base on profit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Japanese language is a language that has different sentence structure with bahasa Indonesia. In addition, particles are also characteristic in Japanese. There are so many of them, using the basic Japanese language learners confused. Therefore, as a new study program, studies based on goyou or dai ni gengou shuutoku are conducted as a mean to look at the problems occurred in Japanese language learning at UNHAS. This study used qualitative research method. Population was taken from Japanese Literature, Faculy of Literature, Universitas Hasanuddin. Tweny two from second year students were the sample and randomly selected. Based on the results, the research concludes that the explanation of the use of particle 'de' and 'ni' in Minna No Nihongo I was not all covered, especially on particle 'ni'. The explanation of the use of particle 'ni', especially verb 住んでいます入ります乗りま, is very prone to errors. This is due to the verb is unfamiliar or infrequently used by respondents in the sentence. Therefore, teachers can fill insufficient explanation in the book, so that the error can be minimized. Whereas, errors/goyou occurred on particle 'de' are more on the functions of the particle for the scope, places of activities, and abstract tools."
LINCUL 7:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yena Badruddin
"This research analyse individual motivation in anime-manga (Japanese animation and comic books) fans communities to consume the non-dominant media and how it constructs their social identity. Through a multi-level analysis comparative and narative methods integrating micro, messo and macro factors this research finds that individual choose anime-manga as the base of their identity."
[Place of publication not identified]: Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi, 2006
TJPI-V-3-SeptDes2006-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Idris Maulana
"Skripsi ini menganalisis kesalahan penggunaan deklinasi dan konjugasi bahasa Rusia lisan oleh empat pemandu wisata di Bali pada saat pemanduan wisata berlangsung. Penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebuah korelasi yang jelas bahwa latar belakang atau proses pembelajaran bahasa Rusia sebagai bahasa kedua mereka (pemandu wisata), berdampak pada banyak sedikitnya kesalahan gramatika yang dihasilkan.

This study is to analyze the errors of usage of declination and conjugation in Russian language by four tour guides, while guiding tourists. This research is analytical description using a qualitative methode. Based on the research, there is clear correlation which background or learning process of Russian language as their second language (tourist guides), causes a bit or more grammatical errors in using proper language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S14845
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>