Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23322 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laila Afifi
"Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang mulai bangkit dari kejatuhannya dan dapat menjadi sukses seperti sekarang. Walaupun begitu, di tengah-tengah kesuksesannya, temyata jumlah shonen hanzai masih ada dan jumlahnya tidak sedikit. Pada shonen hanzai yang terdapat setelah Perang Dunia II di Jepang, kebanyakan remaja pelakunya mempunyai latar belakang keluarga kelas menengah yang secara ekonomi berkecukupan dan bukan merupakan anak-anak yang bermasalah. Hal ini mengundang banyak pertanyaan dari masyarakatnya. Dari berbagai macam faktor-faktor yang diperkirakan sebagai penyebab terjadinya shonen hanzai, terdapat faktor keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dalam kehidupan sebagai pembentukan pribadi seseorang. Dan kehidupan di dalam keluarga mempunyai pengaruh terhadap individu, terutama remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri. Keadaan keluarga yang tidak bagus diperkirakan dapat memicu timbulnya shonen hanzai.;Shonen Hanzai (kejahatan remaja) di Jepang sudah terjadi sejak sebelum Perang Dunia II. Pada waktu itu shonen hanzai terjadi sebagai akibat dari kemiskinan den kelaparan yang terjadi di Jepang, sehingga kejahatan baik yang dilakukan oleh orang dewasanya ataupun oleh remaja terjadi di mana-mana. Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang m"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Widayati
"Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata favorit wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan Jepang. Skripsi ini membahas dua faktor yang membuat wisatawan Jepang datang ke Bali. Kedua faktor tersebut adalah adanya perasaan nostalgia yang ditimbulkan oleh objek wisata di Bali dan adanya informasi yang cukup lengkap dan menarik mengenai pariwisata Bali bagi wisatawan Jepang. Selain dua faktor yang membuat wisatawan Jepang datang ke Bali, skripsi ini juga membahas karakteristik berwisata dari wisatawan Jepang, baik karakteristik berwisata ke luar negeri secara umum maupun karakteristik saat berwisata ke Bali. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan dengan metode deskriptif analisis.

Bali is one of the favourite tourist destinations for foreign tourists, especially Japanese tourists. This thesis discusses two factors that make Japanese tourists coming to Bali. The factors are a sense of nostalgia for Japanese tourist which generated by the places of interest in Bali and the availability of information about Bali tourism. In addition to the two factors that make Japanese tourists coming to Bali, this paper also discusses the travelling characteristics of Japanese tourists, both characteristics of travelling abroad in general and the characteristics when traveling to Bali. This study is a review of the literature with descriptive-analysis methods."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42034
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Arthi Saputri
"Persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tak terhindarkan dalam dunia industri, yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat di bidang komunikasi, informasi, dan teknologi. Dalam era komunikasi, informasi, dan teknologi ini, baik kegiatan manufaktur maupun jasa sangat membutuhkan kemampuan baru agar perusahaan dapat berhasil secara kompetitif (Kaplan and Norton, 1996). Respons terhadap perubahan akan menentukan kemampuan perusahaan memenangkan persaingan global.
Perusahaan ditantang untuk meningkatkan kualitas, memperbaiki desain produk, dan mempersingkat waktu daur pengembangan produk mereka. Kemajuan-kemajuan penting telah dicapai di berbagai bidang tapi salah satu sasaran yang paling penting dalam pasar sekarang ini adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan secara total. Saat ini kegiatan pemasaran merupakan proses yang terintegrasi, yaitu berfokus pada pelanggan. Jadi kegiatan pemasaran yang dilakukan selalu berdasarkan kebutuhan pelanggan.
Dasar pemikiran pemasaran telah bergeser dari mencoba untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dari setiap transaksinya ke arah maksimalisasi keuntungan dari setiap hubungan dengan pelanggan.
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, konsep pemasaran sudah berkembang sangat cepat. Sejak mass marketing (pemasaran massal) muncul pada tahun 1950an dengan strategi produksi massal untuk menekan biaya produksi seminimal mungkin, kemudian target market (pasar sasaran) pada tahun I 980an, dan customize marketing (pemasaran yang dapat diubah-ubah/dipersonalisasi) pada tahun 1990an sampai era globalisasi tahun 2000an ini, konsep pemasaran telah berkembang menjadi one to one marketing (1:1 marketing yaitu strategi pemasaran yang berlandaskan hubungan dengan pelanggan dengan menekankan interaksi personalisasi dengan pelanggan) dengan salah satu strategi yang paling populer: customer relationship marketing (pemasaran berlandaskan hubungan dengan pelanggan).
Sebagian orang mengidentifikasikan pemasaran secara keliru dengan penjualan dan promosi. Bagian yang paling penting dalam pemasaran bukanlah penjualan. Penjualan hanyalah salah satu bagian penting dari berbagai fungsi pemasaran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dewi Ambarastuti
"ABSTRAK
Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang amat mencintai alamnya, meskipun di Jepang sering terjadi bencana alam. Bukti kecintaannya ini dituangkan dalam tulisan. Salah satunya surat. Dalam penulisan surat bangsa Jepang mempunyai keistimewaan yaitu menuliskan salam pembuka yang mengandung kata-kata yang bernuansa alam dan fenomenanya. Dalam penelitian ini, kata-kata yang bemuansa alam tersebut dianalisis dengan konsep ikeru shizen yang dikemukakan oleh Watsuji Tetsuro dalam bukunya Fuudo. Analisis ini berkaitan dengan pemikiran-pemikiran Watsuji mengenai alam Jepang. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa dari data yang ada, terdapat kata-kata yang bemuansa alam, yang menggambarkan Iingkungan alam dan fenomenanya atau juga Iingkungan alam beserta isinya. Di balik kata-kata yang bermuatan alam tersebut, terdapat pemikiran-pemikiran orang Jepang terhadap alam dan fenomenanya yang terjadi. Dalam hal ini terlihat bahwa orang Jepang beradaptasi dengan bail( terhadap alam dan segala fenomenanya. Orang Jepang sama sekali tidak berniat menguasai Iingkungan alamnya, dan juga tidak berniat melawan bahkan mencegah sekali pun fenomena alam yang terjadi. Karena menurut konsep ikeru shizen ini, bahwa kedudukan antara manusia dengan alamnya adalah sama. Alam Jepang dan semua fenomenanya memberikan andil yang positif bagi keberlangsungan hidup orang Jepang."
2007
T 17916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kusuma
"Dalam sebuah persaingan bisnis intemasional diperlukan adanya strategi khusus dalam menghadapi para kompetitor. Terutama bila sebuah perusahaan masih berperan sebagai perusahaan pengikut yang harus terus mengejar pemlmpin pasar untuk peningkatan usaha. Salah satu ciri dari perusahaan pengikut adalah rendahnya finasial yang dlmiliki, serta kecilnya pangsa pasar mereka.
Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan Jepang yang pernah mengalami kehancuran tepatnya setelah Perang Dunla II melakukan strategi bersaing untuk merebut pangsa pasar, dan salah satunya adalah strategi yokonarabi.
Strategi ini adalah strategi meniru produk dan teknologi milik pemimpin pasar, yaitu perusahaan-perusahaan dari negara Barat, untuk kemudian produk dan teknologl tersebut terus dikembangkan secara bertahap menjadi produk yang lebih unggul dari produk yang ditiru.
Strategi ini sesuai dengan karakter perusahaan Jepang, ditinjau dari kebudayaan, sejarah, dan agama bangsa, serta sistem ekonomi dan industri Jepang dimulai sejak Restorasi Meiji. Pada akhirnya strategi ini merupakan salah satu strategi yang mampu meningkatkan pertumbuhan perindustrran dan perekonomian Jepang dengan sangat pesat, khususnya pada tahun 1970an.

In today global business competition, every company should has their best strategy to deal with competitors, especially when they perform as follower in the market share, that they must have strong competitive advantage compare to their market leader.
One characteristic of a follower is lack of finance and market share. Therefore when many Japanese companies suffered after the loss in World War II, they applied many competition strategies to achieve more market share in the international business, one of these strategies called yokonarabi strategy.
Yokonarabi strategy is an action to copy or imitate competitor's products and technologies, especially competitors from West countries. Then, the Japanese develop continuously their tmltation product into new high technology products, which much more advance than products that they copied.
This strategy is actually has an equal character with Japanese company's characteristic, related to the nation's culture, history, and religion, along with their modern economic and industrial system, which has began since Meiji Restoration. As the result, this strategy has helped Japan to increase their industrial and economic growth, especrany in 1970's.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T17707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angkouw, Greis
"Penelitian ini berfokus pada sumber daya manusia yang ada di Jepang serta manajemen sumber daya manusia pada perusahaan Jepang, khususnya mengenai manajemen pekerja non-reguler. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya jumlah pekerja non-reguler serta bagaimana manajemen pekerja non-reguler yang dilakukan oleh perusahaan di Jepang.
Data yang diperoleh merupakan data sekunder dari hasil penelitian kepustakaan serta pengumpulan data dari sumber-sumber publikasi lainnya seperti: artikel di internet maupun dari jurnal. Model analisis yang digunakan bersifat deskriptif eksploratif karena penelitian ini menggambarkan keadaan atau suatu fenomena.
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1) sumber daya manusia di Jepang mengalami diversifikasi, yaitu dengan semakin banyaknya bentuk-bentuk pekerja non-reguler yang berkembang di Jepang akhir-akhir ini; 2) meningkatnya jumlah tenaga kerja non-reguler di Jepang disebabkan oleh dua faktor yaitu perusahaan dan tenaga kerja itu sendiri; 3) meningkatnya jumlah tenaga kerja non-reguler juga dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor jasa; 4) pada kenyataannya masih terdapat kekurangan dalam manajemen untuk para tenaga kerja non-reguler; 5) pekerja non-reguler akan tetap bekerja dengan baik jika mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan atau untuk dipromosikan sebagai tenaga kerja reguler.

The focus of this research is the human resources in Japan and also the human resource management in Japanese companies especially concerning management for non-regular workers. The matter concerned studied in this research is the factors that influence the increasing number of non-regular worker and how the management for nonregular worker.
The collected data was secondary data from the result of library work and also data collecting from other publication sources such as: articles on the internet or journals. The analysis model that used was descriptive explorative research because this research depicted a situation or a phenomenon.
Based on research and analysis that have been done, found that: 1) human resources in Japan has diversified, this can be seen with so many forms of nonregular worker that recently growth in Japan; 2) the increasing numbers of nonregular workers in Japan was caused by two factors, by the company and by the worker itself; 3) the increasing number of non-regular workers was also influenced by growth of service sector; 4) in fact there is a lack in the management for non-regular workers; 5) non-regular workers will working better if getting the opportunity to self-development or to be promote as regular workers."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24964
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai adanya hubungan antara budaya malu dengan keberhasilan penerapan sistem kooban pada kepolisian Jepang, telah dilakukan sejak bulan Maret 2004. Tujuannya adalah untuk menganalisa, bagaimana budaya malu yang kuat dalam masyarakat Jepang menahan mereka dari bertindak melanggar hukum, dan membantu pihak kepolisian menciptakan suatu keadaan yang aman dan harmonis. Pengumpulan data-data yang mendukung untuk mencapai tujuan penulisan dilakukan melalui metode kepustakaan, dengan jalan menelusuri referensi-referensi yang terkait dengan tema permasalahan. Teori yang dipakai adalah teori Ruth Benedict tentang budaya malu, juga teori-teori dari para peneliti kepolisian Jepang, seperti Katsuei Hirasawa, Walter.L.Ames, dan David Bayley. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara budaya malu dan keberhasilan sistem kooban dalam menciptakan keadaan yang aman di Jepang. Dengan adanya budaya malu ini, masing-masing pihak, yaitu polisi dan masyarakat akan merasa malu jika bertindak menyimpang. Budaya malu menjadikan seseorang peka terhadap mata masyarakat, dan sebisa mungkin menghindari dari mendapat sanksi sosial dari masyarakatnya tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13499
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanasale, Adry M
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik komik-komik terjemahan asal Elex Media Komputindo dan kesesuaian dari karakteristik tersebut dengan usia anak yang membacanya; dan untuk mengetahui kriteria pemilihan judul-judul komik yang akan diterjemahkan dan diterbitkan oleh pihak Elex Media Komputindo.
Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah: (1) melakukan wawancara dengan penerbit Elex Media Komputindo untuk mengetahui judul-judul komik yang sudah diterbitkan, kebijakan mereka dalam menyeleksi dan menetapkan judul-judul komik yang akan diterjemahkan dan diterbitkan, dan kepada pembaca usia berapa sajakah komik tersebut ditujukan; dan (2) memeriksa dan menganalisa judul-judul komik terjemahan yang telah diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Setiap komik yang diperiksa kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tema: persahabatan dan cinta remaja, horor dan misteri, kehidupan anak (humor), petualangan, kehidupan keluarga, fantasi, sejarah, kehidupan binatang, dan pendidikan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata tidak semua komik dari kelompok-kelompok tema yang ada tersebut sesuai bagi usia pembaca anak yang telah ditetapkan oleh Elex Media Komputindo (6 - 15 tahun). Hanya komik-komik dari kelompok tema kehidupan anak (humor), kehidupan keluarga, sejarah, kehidupan binatang, dan pendidikan sajalah yang dapat dinilai 'bersih' dari unsur-unsur yang ditakutkan beberapa pengamat-sebagai dapat merusak mentalitas anak Indonesia. Banyaknya ketidaksesuaian ini juga menunjukkan bahwa pihak Elex Media Komputindo kurang ketat dan konsisten dalam melaksanakan proses penyeleksian judul-judul komik yang akan mereka terjemahkan dan terbitkan, sesuai dengan kriteria yang telah mereka tetapkan.

"
1995
S14889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S9893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>