Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulita Mansyur
"ABSTRAK
Penelitian mengenai Tarikat Khalwatiyyah Yusuf dan Tarikat Khalwatiyyah Samman telah dilakukan di Desa Kassi dan Desa Pattenne, Kabupaten Maros, serta Kotamadya Ujung Pandang pada bulan Agustus 1994, November dan Desember 1994. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai persamaan dan perbedaan pada dua tarikat, terutama tata tertib pengamalan ajaran dan keberadaan keduanya dalam kehidupan masyarakat di Sulawesi Selatan secara umum.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan disertai penelitian lapangan, berupa pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan wawancara.
Wawancara dilakukan terhadap Prof. Dr. Abu Harald, tokoh cendekia tarikat dan K. H. S. Djamaluddin As-Saggaf atau Puang Ramma, Syekh Mursyid Tarikat Khalwatiyyah Yusuf di Ujung Pandang, Drs. H. Andi Sajaruddin., Kihalifah Besar Tarikat Khalwatiyyah Samman di Desa Pattenne, Kabupaten Maros. Wawancara lainnya dilakukan pula terhadap Drs. Rizzi As-Saggaf di Kelurahan Daya, Ujung Pandang, Drs. Hasanuddin As-Saggaf, mursyid Desa Kassi, Kabupaten Maros. Ketiga nama terakhir ini adalah putera-putera Puang Lallo.
Wawancara juga dilakukan terhadap Abdullah dan Abdurrahman di Desa Kassi, Kabupaten Maros. Keduanya adalah mantan anggota jama'ah Tarikat Khalwatiyyah Samman.
Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum kedua tarikat memiliki persamaan, sedangkan perbedaannya secara teknis hanya terdapat dalam tata tertib pengamalan ajaran masing-masing

"
1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yon Machmudi
"
ABSTRAK
Tarikat Qadiriah wan Nagsyabandiah, disingkat TQN, didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas pada abad ke-19 M. Awal penyebaran tarikat ini berpusat di Makkah, tetapi sejak abad ke-20 M ketika terjadi penyerbuan tentara Abdul Aziz yang beraliran wahabi dan anti tarikat, pusat penyebaran tarikat ini tidak lagi di Mekkah. Pusat penyebaran tarikat kemudian bergeser ke Indonesia.
Dalam sebuah tarikat terdapat pemimpin tertinggi yang disebut mursyid. Mursyid ini memegang kekuasaan tertinggi dalam tarikat. Di Jombang, TQN yang dipimpin oleh Kyai Dhimyati ini mempunyai ciri-ciri kepemimpinan. Pertama, rekruitmen dan suksesi kepemimpinan tidak lagi bersifat tertutup dan menjadi otoritas mutlak mursyid, suksesi kepemimpinan telah bergeser pada pemilihan mursyid dengan Cara musyawarah, hanya saja faktor keturunan atau geneologi masih tetap mendominasi. Kedua, mempunyai efektifitas dan otoritas kepemimpinan yang masih sangat kuat dan tidak tergoyahkan. Ketiga, mempunyai pengaruh wilayah kepemimpinan yang terbatas tetapi memiliki wilayah penyebaran yang relatif luas dan tidak terbatas.
Itulah sebuah kepemimpinan yang berlaku pada masyarakat tarikat dengan mursyid sebagai pemimpin tertinggi. Kalau pemimpin informal Islam lainnya telah mengalami pergeseran dan pemudaran otoritas kepemimpinan maka untuk mursyid sebagai pemimpin informal masih tetap memiliki otoritas yang kuat, karena dia masih menempati posisi sentral dalam komunitasnya.
"
1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sodli
Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian/Keagamaan Departemen Agama RI, 1994
297.64 AHM s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yustiani S.
Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian/Keagamaan Departemen Agama RI, 1994
297.64 YUS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusriati
Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian/Keagamaan Departemen Agama RI , 1994
297.65 YUS l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kencana, 2005
297.87 MEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Di Indonesia dewasa ini secara faktual terdapat dua sayap mistisme Islam, yaitu tarekat dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sungguhpun demikian, kedua sayap mistisme Islam tersebut kurang saling menyapa. Dalam kesejarahannya, tarekat adalah perkembangan terbaru dari tasawuf yang lebih menitikberatkan pada amalan praktis, misalnya melakukan wirid, sedangkan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa lebih menitikberatkan pada ritual, misalnya meditasi. Tarekat menjadi subur karena didukung oleh lembaga pesantren yang berada di pedesaan dan masyarakat arus bawah. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa lebih merupakan campuran antara animisme, Hindu Buddha, dan Islam, dan kebanyakan dihayati di kalangan abangan. Dilihat dari substansi isi, sebenarnya terdapat faktor-faktor yang memungkinkan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat melakukan dialog, meski dibalik itu terdapat kendala-kendala yang tidak kecil. Demi masa depan, ada harapan untuk saling menyapa."
JTW 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kemunculan kapitalisme merupakan konsekuensi tidak langsung dari etika protestan, khususnya calvinisme. Kaum calvinis percaya bahwa seseorang telah ditakdirkan apakah termasuk kelompok yang diselamatkan atau tidak. Agar termasuk kelompok yang diselamatkan seseorang mesti sukses di bidang ekonomi. Untuk itu setiap individu harus bekerja keras. Dalam kegiatan ekonomi mereka tidak hanya mengejar kepuasan material, karena tugas itu merupakan tugas suci yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata guna menghindari kemurkaan Tuhan. Kegagalan di bidang ekonomi tidak lain akibat dari kemalasan dan ketidakberpihakan Tuhan.
Meskipun tidak seperti calvinisme yang sampai melahirkan kapitalisme dan “aturan main” dalam pengelolaan harta kekayaan, namun salah satu dari lima ajaran pokok tarekat Shadziliyah, yakni taqwa juga menekankan untuk-bukannya mendiskreditkan-mensyukuri dan menikmati kehidupan dunia. Taqwa yang benar pasti membuahkan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat. Sebab itu, mursyid dalam aliran tarekat ini menuntut salik supaya aktif dan sukses di bidang ekonomi. Materi bukanlah tujuan akhir tetapi sarana untuk beribadah. Meskipun bergelimang harta, salik harus tetap zuhud dan dermawan."
JTW 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adib Misbachul Islam
"Nazam Tarekat merupakan sastra pesantren Jawa abad ke-19 karya Kiai Ahmad ar-Rifai Kalisalak. Ada empat naskah salinan yang mengandung teks nazam Tarekat: naskah KBG 616-h koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, naskah LOr.11.004 koleksi Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda, satu naskah milik warga Rifaiyyah Wonosobo, dan satu naskah milik warga Rifaiyyah Pekalongan. Masalah penelitian ini adalah penyajian teks nazam Tarekat agar dapat dimanfaatkan oleh kalangan yang lebih luas, dasar-dasar penulisan nazam Jawa, adaptasi puitika Arab dalam nazam Tarekat, gagasan dan fungsi sosial nazam Tarekat. Dalam upaya memecahkan masalah-masalah tersebut, nazam Tarekat dikaji secara filologis, sastra bandingan, dan sosiologis. Penelitian ini menghasilkan edisi kritis teks nazam Tarekat yang termuat dalam naskah KBG 616-h disertai dengan terjemahan bahasa Indonesia. Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa penulisan nazam Jawa oleh Kiai Ahmad ar-Rifai didasarkan atas rahmat Ilahi. Berkaitan dengan adaptasi puitika Arab ke dalam nazam Tarekat, penelitian ini berhasil memperlihatkan bahwa pada aspek metrum Kiai Ahmad ar-Rifai tidak menerapkan metrum nazam Arab ke dalam nazam Jawanya, sementara pada aspek rima Kiai Ahmad ar-Rifai menggunakan strategi penambahan kata, permainan bunyi, dan penafsiran untuk menjaga konsistensi rima akhir. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nazam Tarekat mengandung gagasan tarekat sebagai jalan hidup yang bermoral, sementara fungsi sosialnya adalah untuk mendobrak tatanan sosial yang diciptakan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Nazam Tarekat is the literature of the Javanese Pesantren in the 19th Century written by Kiai Ahmad ar-Rifai Kalisalak, Batang, Central Java. There are four manuscripts containing the text of nazam Tarekat: KBG 616-h manuscript collection of the National Library of the Republic of Indonesia, LOr.11.004 manuscript collection of the Library of the University of Leiden, the Netherlands, a manuscript owned by a member of the Rifaiyyah community in Wonosobo, and a manuscript owned by a member of the Rifaiyyah community in Pekalongan. The problems of this research are the presentation of the text of nazam Tarekat in order to be used by a wider circle, the basic writing of the Javanese nazam, an adaptation of Arabic poetics in nazam Tarekat, the ideas and social functions of the nazam Tarekat. To solve these problems, the nazam Tarekat text has been researched philologically, through comparative literature and sociologically. This research resulted in the critical edition of the nazam Tarekat text contained in the KBG 616-h manuscript and its translation in Indonesian language. This research reveals that the writing of Javanese nazam written by Kyai Ahmad ar-Rifai was based on the grace of god. Regarding the adaptation of Arabic poetics to nazam Tarekat, this research reveals that in the aspect of meter, Kiai Ahmad ar-Rifai did not apply Arabic nazam meter into its Javanese nazam. While in the aspect of rhyme, Kiai Ahmad ar-Rifai applied the strategies of addition of words, play of sounds, and interpretation to maintain the consistency of the last rhyme. This research also reveals that nazam Tarekat contains ideas of tarekat as moral-based way of life, while its social function was to break down the social order established by the Dutch colonial ruler.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1862
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>