Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seda, Joanessa Maria Josefa Sipi
"Skripsi ini membahas mengenai peranserta Yuan Shikai dalam proses jatuhnya dinasti Qing, yang sekaligus menandai berakhirnya kekuasaan monarki di Cina dan berdirinya republik. Dengan kekuatan militer yang dimilikinya serta dengan adanya dukungan kuat dari pihak asing dan para pejabat pemerintahan, maka Yuan Shikai tampil sebagai satu-satunya tokoh penyelamat bagi pemerintah Manau, pada saat meletusnya Revolusi 1911. Yuan Shikai meman_aatkan kesempatan ini untuk mendapatkan kekuasaan di tangannya dan berkat adanya perpecahan diantara kaum revolusioner sendiri serta kurang gigihnya kaum revolusioner dalam mempertahankan perjuangan mereka, maka akhirnya Yuan Shikai dapat mewujudkan ambisinya. Ia berhasil meruntuhkan kekuasaan monarki di Cina dan mendapatkan kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan republik. Namun ternyata jabatan presiden Republik Cina bukanlah merupakan tujuan akhir cita-citanya. Dalam menjalankan pemerintahannya, terlihat bahwa Yuan Shikai berusaha menghidupkan kembali kekuasaan monarki dengan dirinya sendiri sebagai kaisar. Tindakan Yuan Shikai ini justru menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak yang mengakibatkan menurunnya kekuasaan Yuan Shikai dalam pemerintahan. Pemerintahan Republik Cina di bawah pimpinan Yuan Shikai berakhir dengan kematian tokoh tersebut pada tahun 1916. Berdasarkan data-data dari berbagai sumber pustaka yang berhasil dihimpun, dapat dikatakan bahwa perubahan sistim pemerintahan di Cina pada awal abad-20 bukan merupakan hasil perjuangan kaum revolusioner sepenuhnya, melainkan juga karena adanya peranserta seorang tokoh politik dan militer yaitu Yuan Shikai. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut yang mendalam guna membuktikan hal ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S13022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Savitra B.
"Keadaan dalam negeri pemerintahan Qing ditandai dengan bermacam-macam pergolakan. Pada masa ini pegawai pemerintahan dapat disuap dan tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat. Para bangsawan yang kaya menghindari berbagai macam pajak seperti pajak tanah. Akhirnya pajak_pajak tersebut dibebankan kepada para petani yang miskin. Situasi ini menyebabkan kegeli sahan dikalanganan masyarakat. Akibatnya muncul perampokan-perampokan baik di darat, maupun di laut, bahkan diberatkan lagi dengan adanya musim kering dan banjir. Keadaan pemerintahan Qing semakin lemah dan kacau, rakyat semakin tertindas, setelah masuknya bangsa asing yang terdiri dari bangsa-bangsa Rusia, Amerika, Perancis, Jerman Inggris dan sebagainya ke Cina yang telah dimulai pada abad 16. Sebenarnya kedatangan bangsa asing ini kurang mendapat simpati dari rakyat Cina yang kemudian menimbulkan pertentangan dan peperangan diantara kedua bangsa tersebut dan diakhiri dengan perjanjian-perjanjian yang tak seimbang serta merugikan pihak Cina. Rasa kurang senang rakyat Cina ini pun karena rakyat Cina masih memegang teguh pada ajaran Konfusius, serta masih belum dapat menerima pengaruh-pengaruh dariluar.Hal ini disebabkan Cina terlalu lama menutup dirinya untuk berhubungan dengan pihak luar. Rasa kecewa dan tidak puas terhadap pemerintahan ini dicetuskan melalui pembrontakan Taiping pada tahun 1830 dan pembrontakan Yi He Yuan (Boxer) pada tahun 1899 oleh rakyat, petani dan buruh kecil yang menentang bangsa asing dan pemerintahan Qing. Keadaan masyarakat dan pemerintahan negara Cina berubah setelah Cina kalah perang dengan Jepang pada tahun 1894-1895"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hsiao, Chi-ching
London: Harvard University Press, 1978
951.025 HSI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This book documents the extraordinarily significant transfers and cultural diffusion between the Mongol Yuan Dynasty of China and Central and West Asia, which had a broad impact on Eurasian history in the 13th and 14th centuries. The Yuan era witnessed perhaps the greatest inter-civilisational contacts in world history and has thus begun to attract the attention of both scholars and the general public. This volume offers tangible evidence of the Western and Central Asian influences, via the Mongols, on Chinese, and to a certain extent Korean, medicine, astronomy, navigation, and even foreign. "
Singapore: Institute of South East Asia Studies, 2013
e20442237
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Anggraini Sadjito
"Dalam bagian dari sejarah Cina, terdapat sekelompok manusia yang mendapat sebutan sebagai warlord. Apa dan siapakah warlord itu ? Warlord adalah militer Cina yang mempunyai karakteristik khusus karena kekhususan mereka inilah, Warlord merupakan sesuatu kelompok yang menarik untuk dipelajari. Warlord adalah istilah yang diberikan oleh bangsa barat kepada militer Cina yang berkuasa di suatu daerah, mempunyai tentara pribadi, dan sering saling berperang. Istilah ini mulai diberikan kepada mereka pada tahun 1916, ketika pemimpin mereka yaito Yuan Shikai meninggal dunia. Dalam makalah ini penulis menggunakan istilah warlord dengan pertimbangan bahwa tidak ada istilah yang dapat menggantikan istilah ini baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Cina. Menurut Lucian Pye dalam bukunya yang ber judul Warlord Politic Conflict And coalition in the modernization of Republican China. Yang disebut Warlord yang disebut sebagai warlord dalam bahasa Cina adalah para Tujun atau gubenur militer propinsi. Tetapi James E. Sheridan dalam bukunya yang berjudul Chinese Warlord the Carrier of Feng Yuh-siang berpendapat bahwa Tujun memang merupakan pelaku utam adari warlord itu sendiri. Namun tidak semua warlord itu merupakan gubernur militer. Ada diantara mereka yang menjabat sebagai perdana menteri, presiden. Sedangkan istilah bahasa Indonesia yang tepat untuk warlord tidak ada. Dalam kamus Bahasa Inggris-Indonesia karya Hassan Shadily, istilah Warlord diterjemahkan sebagai panglima perang. Apabila penulis menggunakan istilah ini pun rasanya tidak tepat, karena seperti telah disebutkan diatas, tidak semua warlord adalah panglima. Karena alasan-alasan itulah maka penulis tetap menggunakan istilah warlord. Warlord mempunyai ciri khas, yaitu seorang warlord dapat berkuasa karena mempunyai tentara pribadi. Seorang warlord sebagai komandan, mempunyai kekuasaan yang besar, dan karena umumnya para tentara yang dimiliki oleh para warlord setia kepada atasannya, maka tentara yang dimiliki oleh para warlord sering disebut tentara pribadi. Seorang warlord harus mempunyai kepribadian yang kuat, keberanian, dan juga bakat untuk memimpin. Memang harus di akui timbulnya warlord saat itu banyak dipengaruhi situasi Negara Cina yang kacau sesudah revolusi 1911. Hal yang sangat dianggap penting oleh para warlordadalah bagaimana mempertahankan dan memperluas kekuasaan. Karena itu, seoranq warlord harus mempunyai tentara yang jumlahnya cukup besar, untuk mencapai hal ini, seorang warlord biasanya merekrut calon-calon dari daerah mereka tinggal karena situasi yang buruk pada saat itu, maka tidak sedikit penduduk yang memilih hidup sebagai tentara. Selain itu, seorang warlord juga sering memasukkan musuh-musuhnya yang kalah perang ke dalam bala tentaranya sendiri. Hal lainnya yang dianggap penting ialah hak berkuasa atas suatu daerah. Hal ini disebabkan karena untuk dapat mendirikan suatu basis mi l i ter, maka warlord tersebut harus berkuasa di daerah tersebut. Seorang warlord yang berkuasa dapat menarik pajak di daerah yang di kuasainya. Hal ini di lakukannya selain untuk kekayaan pribadi, untuk dana membiayai tentara-tentaranya, dan juga untuk biaya amunisi. Jadi dapat disebut kekuasaan seoranq warlord bergantung dari dua hal yaitu tentara dan daerah. Atau dengan kata lain seorang warlord membutuhkan tentara untuk mempertahankan kekuasaannya sehingga ia dapat membiayai tentaranya. Seorang warlord umumnya berambisi, namun tidak semua warlord mementingkan ambisi pribadi, ada juga warlord yang memperhatikan kepentingan nasional. Tetapi ada juga warlord yang bertingkah seperti bandit, mereka merampok penduduk. Pernah pula disebutkan, seorang warlord adalah seorang kepala bandit yang telah memahami pengetahuan kemiliteran dan dapat berkuasa di suatu daerah. Penulis tertarik untuk membahas para warlord karena mereka merupakan kelompok yang mempunyai ciri-ciri khas yang menunjang kekuasaan mereka. Misalnya, dari kelompok militer Beiyang telah lahir beberapa pemimpin negara Republik Cina. Kelompok ini sering dianggap sebagai kelompok perusak persatuan negara dan sewenang-wenang terhadap rakyat. Namun apapun alasannya, kelompok ini mempunyai peran yang tidak sedikit pada awal berdirinya Republik Cina. Chi Hsi-seng dalam bukunya yang berjudul Warlord Politics in China 1916-1928 berpendapat: seorang militer terhormat, biasanya tidak juga di sebut warlord, karena istilah ini umumnya mengacu pada militeris yang bersifat buruk. Namun, dalam makalah ini penulis akan tetap memperlihatkan istilah warlord sesuai dengan periode yang di bahas, tanpa menunjuk apakah ia militer yang bersifat baik atau buruk. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran proses kebangkitan dan pembentukkan kelompok warlord Cina, bagaimana mereka membangun militerisme di Cina, sampai mereka dapat berkuasa. Hal ini merupakan hal penting karena periode warlord merupakan periode transisi dari jatuhnya monarkhi dinasti Qing sampai timbulnya golongan komunis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Rachmat
"Perjuangan kaum Nasionalis telah berhasil menggulingkan Dinasti Qing. Namun demikian mereka belum berhasil mendirikan pemerintahan yang demokratis sesuai dengan Tiga Prinsip Rakyat. Karena sejak kematian Yuan Shikai kekuasaan di Cina jatuh ke tangan para warlord. Para warlord dapat berkuasa karena mereka mendapat dukungan dari negara-negara barat. Masa berkuasaanya para warlord di Cina dikenal dengan sebutan Masa Pemerintahan Warlord. Pada.masa tersebut pemerintahan di Cina yang mendapat pengakuan dari negara lain adalah pemerintahan yang berkedudukan di Beijing. Kaum nasionalis kemudian bekerjasama dengan beberapa warlord di Cina. Selatan membentuk Pemerintahan Militer di Guangzhou, dan meneruskan perjuangannya untuk menggulingkan kaum warlord. Akan tetapi kerjasama tersebut tidak berlangsung lama, karena pemerintahan militerpun jatuh ke tangan warlord. Selain itu usaha kaum nasionalis untuk memperoleh bantuan dari negara-negara barat juga gagal. Sementara itu PKC telah berdiri dengan bantuan dari Rusia, khususnya Komintern PKC segera menyerukan pada PNC untuk membentuk front persatuan dalam menciptakan pemerintahan yang demokratis di Cina. Dilain pihak Rusia bersedia membantu perjuang kaum nasionalis jika PNC mau membentuk kerjasama dengan PKC. Pada tanggal 20 Januari 1924, dengan diadakannya Kongres Pertama PNC, Front Persatuan Revolusioner PNC-PKC terbentuk. Dengan terbentuknya front persatuan PNC berharap dapat memperoleh bantuan dari Rusia untuk menggulingkan kekuasaan para warlord. Sedangkan pihak PKC berharap dapat menyebarluaskan pengaruh mereka di Cina. Setelah terbentuknya front persatuan segera didirikan Akademi Militer Whampoa dan Ekspedisi ke Utara untuk menggulingkan kekuasaan warlord juga dipersiapkan. Dengan dibantu oleh tentara Feng Yuxiang, tentara Yan Xishan Ekspedisi ke Utara dapat dilaksanakan dengan baik oleh Tentara Revolusi Nasional. Pada bulan Desember 1928 para warlord dapat dikalahkan, Cina dapat dipersatukan dan Pemerintah Nasional Cina mendapat pengakuan interna-sional. Front Persatuan Revolusioner PNC-PKC telah berhasil menggulingkan kekuasaan warlord di Cina, namun demikian kerjasama PNC-PKC tidak dapat dipertahankan. Sejak awal berdirinya front persatuan telah timbul pertentangan terhadap kerjasama tersebut, terutama dalam tubuh PNC. PNC kanan sejak awal berdirinya front persatuan telah menentang kerjasama tersebut, karena mereka menuduh bahwa kaum komunis (PKC) hanya ingin menggunakan PNC untuk tujuan dan kepentingan mereka sendiri. Pertentangan terhadap kerjasama PNC-PKC dapat dihindarkan selama masa kepemimpinan Sun Yatsen. Tetapi setelah kematian Sun Yatsen pertentangan tidak dapat dihindarkan lagi. Sementara itu sejak dilaksanakannya Ekspedisi ke Utara peranan pihak militer dalam Pemerintah Militer Guangzhou telah meningkat. Pada akhirnya pihak militer menjadi pihak yang menentukan dalam pertentangan tersebut. Dengan berakhirnya Front Persatuan Revolusioner PNC-PKC, kaum komunis telah gagal mencapai tujuan mereka. Demikian juga dengan Rusia (Komintern). Sedangkan pihak nasionalis dapat mencapai keberhasilan mereka dengan mendirikan dan menguasai Pemerintah Cina"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roring, Albert P.J.
"Partai Komunis Gina berdiri pada bulan Juli tahun 1921, yaitu pada waktu Kongres I diadakan. Pembentukan Partai Komunis Cina bukan semata-mata karena usaha dari kaum inteiektual Gina saja yang pada waktu itu dipimpin oleh Li Dazhao dan Chen Duxiu, tetapi juga karena bantuan dari agen-agen Komintern. Mereka datang ke Cina dengan satu misi, yaitu mendi-rikan sebuah partai. Komunis di Cina sebagai bagian dari strategi Komintern untuk mengkomuniskan dunia. Karena tanpa sebuah partai komunis, maka tidak akan ada revolusi. Setelah berhasil membentuk Partai Komunis Cina, Ko_mintern juga menciptakan kerja sama dua partai, Guomindang dan Gongchandang (Partai, Komunis Cina). Dalam kerja sama ini di harapkan kaum komunis danat masuk ke dalam Guomin_dang untuk kemudian mempengaruhi massa, mengingat jumlah anggotanya yang masih sedikit. Skripsi ini memperlihatkan peranan Komintern dalam pembentukan Partai Komunis Cina dan juga dalam terbentuk_nya kerja sama Partai Komunis Cina Guomindang yang lebih terkenal dengan nama Front Persatuan I."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Azmirawati
"Skripsi ini menyimpulkan bahwa sistim pemilikan tanah yang tidak merata di Cina menimbulkan berbagai macam akibat, seperti pemberontakan melawan tuan tanah, pemerintah maupun kekuatan-ke_kuatan lainnya. Pemimpin PKC menjalankan pembaruan sistim pemilikan tanah tidak saja untuk merubah kehidupan para petani tetapi juga untuk menarik massa petani agar mendukung Partai. Kekuatan massa peta_ni ini digunakan sebagai kekuatan utama dalam menjalankan perjuangan revolusioner. Tahap ini dianggap sebagai langkah awal dari program komunis dalam menjalankan pembaruannya di segala bidang. Akhirnya dapat disimpulkan dari penulisan skripsi ini, bahwa gerakan perubahan sistim pemilikan tanah (1950-1953) ternyata hanya mampu untuk merubah sebagian kecil saja dari kehidupan petani-petani Cina. Hal ini disebabkan karena Partai terlalu tergesa-gesa untuk melanjutkannya dengan sistim Kolektivisasi yang menasionalisasikan seluruh tanah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steinhardt, Nancy Shatzman
Honolulu: University of Hawaii Press, 1997
726.784 3 STE l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>