Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Praginanto
"Tembakau adalah nama tanaman dari Genus Nicotia_na Tab acum, yang pada saa.t ini menjadi bahan pokok pembuatan rokok. Tanamin tembakau ini pertama kali di temukan oleh orang orang Eropa di benua Amerika, pada tahun 1492.Orang Eropa yang menemukan tanaman tembakau tersebut bernama Christopher Columbus. Seorang pelaut bangsa Itali yang terkenal, karena keberhasilan_nya dalam menemukan benua Amerika dan sebagai _ perin_tis dari penemuan jalan laut untuk berkeliling dunia (Morison, 1955:56,156,157).Sesungguhnya pada salt ditemuk an oleh C. Columbus penggunaan tembakau bukanlah merupakan hal yang baru bagi penduduk asli benua Amerika dan kepulauan 'ceki_tarnya, yang sekarang kita kenal dengan istilah orang Indian. Mereka telah menggunakan tembakau secara tu_run temurun sebagai obat dan kelengkapa.n upacara. Ne_reka percaya bahwa dengan menghisap asap tembakau, me reka akan terhindar atau sembuh dari penyakit- penya-"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1971
S12891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
cover
Gutomo Bayu Aji
Bogor: Pustaka Latin, 2005
333.3 GUT t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ina Hagniningtyas Krisnamurthi
"Studi pustaka mengenai keberadaan Kengyaonooke dalam masyarakat tani di Jepang masa setelah Perang dunia ke-2, telah dilakukan sejak bulan Oktober 1991. Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang struktur masyarakat pertanian modern Jepang. Pengumpulan data, untuk mencapai tujuan penulisan, dilakukan melalui metode kepustakaan dengan jalan menelusuri referensi-referensi yang terkait dengan tema permasalahan. Sedangkan teori yang dipakai sebagai kerangka pemikiran adalah teori yang dikemukakan oleh Tadashi Fukutake. Hasil studi pustaka ini menunjukkan bahwa ciri utama dari masyarakat pertanian modern Jepang adalah kengyaonooka. Kengyaonooke adalah usaha tani yang dikerjakan secara paruh waktu, dimana satu orang atau lebih dari anggota keluarga petani mempunyai pekerjaan non-pertanian. Kengyconooka dalam perkembangannya mengalami pembagian kategori; kategori pertama, daiisshukengyoonooka, mempunyai pendapatan pokok dari sektor pertanian, dan kategori kedua, dainishukengyoonnoka, mempunyai pendapatan pokok dari sektor non-pertanian. Pesatnya perkembangan industri dan meningkat_nya permintaan akan tenaga kerja membuat jumlah dainishu-kengyoonooka melebihi jumlah daiisshukengyoonooka. Dainishukengyoonooka, yang merupakan bentuk usaha tani paruh waktu yang lebih menitik-beratkan pada pendapatan non-_pertanian, ternyata tetap mempertahankan lahan pertaniannya. Bahkan pertanian di Jepang tidak akan hilang selama orang Jepang masih menganggap pertanian sebagai bekal hidup di masa pensiun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Dewi Kartika
"Abstrak
Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya. Setiap wilayah di Indonesia mempunyai cerita rakyat masing-masing yang berasal dari masyarakat daerahnya. Cerita rakyat ini pada dasarnya diberikan melalui media lisan bukan tulisan serta dikenal sebagai folkore. Penulisan buku yang berdasarkan cerita rakyat dengan pencantuman nama pencipta tidaklah tepat karena hak cipta atas cerita rakyat termasuk sebagai salah satu ekspresi budaya tradisional serta dimiliki oleh negara, dalam hal ini dikelola dan diwakili oleh pemerintah. Masyarakat daerah asal cerita rakyat tersebut berada juga berhak atas pemanfaatan atas cerita rakyat tersebut, baik dari sisi hak moral dan hak ekonomi."
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2018
340 JHP 48:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sulistyo Budi Ambarini
"Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian hukum non doktrinal yang menggunakan pendekatan socio legal research. Peran pedagang perantara dalam bisnis perikanan sangat penting. Satu sisi sebagai perantara dan di sisi lain memberikan modal kepada nelayan dan/atau pengolah ikan. Hubungan tersebut menimbulkan ketidakseimbangan dilihat dari perspektif hukum perjanjian karena posisi pedagang perantara sebagai pemilik modal lebih kuat, sehingga asas keseimbangan diantara para pihak tidak terpenuhi. Dalam praktik dari sudut pandang hukum lokal hal tersebut bukan merupakan ketidakseimbangan karena kontribusi pedagang perantara tidak hanya dalam hubungan bisnis tetapi juga hubungan sosial. Walaupun demikian untuk mengembangkan asas keseimbangan hukum dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan diperlukan campur tangan negara untuk mengatur."
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2018
340 JHP 48:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widyaningrum Soeparlan
"ABSTRAK
Tesis ini relevan dengan kebutuhan energi nasional yang meningkat. Cadangan energi
panas bumi Indonesia mencapai 40 persen dari total cadangan dunia, tetapi
pemanfaatannya masih sangat kecil. Komersialisasi yang maksimal akan tercapai jika
didukung oleh faktor kepastian hukum, karena proyek panas bumi padat karya dan modal.
Tiga butir permasalahan tesis ini adalah (1) aspek-aspek hukum apa saja yang penting
dalam komersialisasi panas bumi sebagai sumber energi baru dan terbarukan, (2) apakah
Indonesia perlu memiliki undang-undang tersendiri yang mengatur komersialisasi panas
bumi, dan (3) apakah perlu suatu badan khusus untuk mengawasi dan mengkoordinasi
pelaksanaan komersialisasi panas bumi tersebut di Indonesia. Kerangka teori yang yang
digunakan adalah teori materi muatan suatu undang-undang, yang di Indonesia dipelopori
oleh Almarhum A. Hamid Attamimi. Metode penelitian yang digunakan adalah
interdisipliner, sehingga penelitian ini bersifat yuridis sekaligus sosiologis. Penelitian ini
diperkuat dengan pendekatan studi perbandingan dengan peraturan kepanasbumian asing.
Peraturan asing yang menjadi pembanding tersebut antara lain adalah Geothermal Steam
Act o f 1970 dan Geothermal Energy Research, Development, and Demonstration Act of
1974 Amerika Serikat. Asumsi yang digunakan adalah bahwa (1) pengembangan panas
bumi berkaitan dengan beberapa aspek hukum penting, (2) Indonesia perlu memiliki
undang-undang tersendiri yang mengatur komersialisasi panas bumi, dan (3) perlu adanya
suatu badan yang bertugas mengawasi dan mengkoordinasi pelaksanaan komersialisasi
panas bumi di Indonesia. Hasil penelitian dalam tesis ini memperkuat asumsi tersebut,
dimana komersialisasi panas bumi berkaitan dengan beberapa aspek hukum penting, yaitu
pengertian, perizinan, royalti dan perpajakan, pertanahan, wilayah kerja, lingkungan hidup,
hak dan kewajiban pemegang izin, akses dan pengawasan, serta pelanggaran dan sanksi.
Selain itu peraturan kepanasbumian yang sekarang berlaku ternyata seharusnya menjadi
materi muatan undang-undang, sehingga Indonesia perlu memiliki undang-undang
tersendiri tentang komersialisasi panas bumi. Akhirnya, demi efektifnya komersialisasi
panas bumi di tanah air, perlu suatu badan khusus yang mandiri, yang bertugas mengawasi
dan mengkoordinasi berbagai peraturan dan pelaksanaan komersialisasi panas bumi."
2001
T36503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>