Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103759 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcia E. E. Limbong Nelwan
"Pada akhir abad 19 dan permulaan abad 20 di negara negara industri, terutama Amerika Serikat dan Eropa Ba_rat, muncul gerakan Women's Lib yang mealperjuangkan a tau menuntut persamaan hak dan derajat. Mereka juga mengajukan tuduhan bahwa setelah memperoleh kesempatan untuk bersekolah, kaum wanita tidak atau kurang diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuannya itu secara produktif dan berarti; atau dengan perkataan lain tidak diberi kesempatan penuh untuk ikut serta dalam sitim ekonomi masyarakat luas.Pada umumnya, di dunia dikenal pembagian peranan dan pekerjaan dalam masyarakat yang berdasarkan atas je nis kelamin, yang sangat tajam dan yang membudaya. Di satu pihak, laki-laki berperan sebagai suami, bapak,pen cari nafkah, pelindung keluarga, dan merupakan orang yang nengurus semua hal yang bertalian dengan kegiatan di luar rumah. Di pihak lain, wanita adalah istri, ibu, pengelola rumah tangga dan orang yang mengatur semua pe_kerjaan di dalam rumah. Pendidikan di rumah juga dibe_bankan menurut jenis kelamin, sehingga manusia laki-la ki dan manusia wanita sejak kecil sudah dipersiapkan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S12790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Utami
Jakarta: Kalam, 1998
899.232 AYU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Utami
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2013
899.232 AYU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Utami
Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2017
808.83 AYU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamidi
"ABSTRAK
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah mendesaknya upaya penanganan sastra keagamaan Betawi. Sastra ini muncul dalam bentuk cerita tentang riwayat hidup tokoh agama Islam. Sa1 ah seorang tokoh agama Islam yang sangat terkena1 di kalangan masyarakat Betawi adalah Syekh Muhammad saman. Riwayat hidup tokoh ini disebut Manakib Syekh Muhammad Saman. Manakib ini sangat populer karena sering dibaca masyarakat Betawi khususnya generasi tua dan pembacaannya mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi, fungsi, dan keberadaan pembacaan manakib ini diperkirakan akan terdesak sejalan dengan terdesaknya jumlah, keberadaan, dan peranan masyarakat Betawi di Jakarta sebagai akibat dari ยท pesatnya pembangunan fisik kota Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi dan tradisi pembacaan Manakib Syekh Muhammad Saman dalam masyarakat Betawi. Tujuan lain adalah membuat transliterasi buku manakib ini dari huruf Jawi ke dalam huruf Latin. Transliterasi dapat berfungsi sebagai rekaman atau dokumen sastra keagamaan Betawi yang barangkali dapat mewakili jenis kesusastraan yang hidup pada zamannya.
Untuk mengetahui fungsi pembacaan manakib ini saya menggunakan metode wawancara dan pengamatan terlibat (pupuan langsung). Melalui kedua metode ini kita dapat memperoleh imformasi sebanyak-banyaknya secara langsung dari informan. Informasi yang tidak atau pun yang sukar dipero1eh dari imforman dapat kita peroleh melalui pengamatan terlibat yang dilakukan tanpa disadari oleh masyarakat Betawi.
Fungsi pembacaan manakib Syekh Muhammad Saman adalah untuk pembayar nazar. Nazar merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan akibat adanya perjanjian. Seseorang bernazar untuk menyelenggarakan upacara pembacaan manakib Syekh Muhammad Saman jika oran tersebut memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut bisa merupakan keuntungan langsung seperti memperoleh keuntungan dari berdagang, lulus kuliah, memperoleh pekerjaan yang baik, atau memperoleh jodoh yang diidamkan. Nazar juga dilakukan jika sesorang terhindar dari musibah yang besar atau sembuh dari sakit parah.
Buku Manakib yang ditransliterasi merupakan buku manakib yang diperoleh dari masyarakat secara acak. Buku seperti ini bisa kita peroleh di toko-toko kitab dan hurufnya sudah dicetak.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana
"Masalah seksualitas perempuan kerap kali jatuh pada ambiguitas. Pandangan yang meletakkan seks seks secara tidak adil pada perempuan ini memberikan legtimasi semu bahwa laki-laki sebagai pemilik hasrat, garah dan antuisiasme seks sedangkat perempuan hanya perangkat gairah itu sendiri. Seksualitas perempuan yang direpresentasikan dalam novel Saman dapat memberikan wacana seks yang bersudut pandang kehendak atau pengalaman peremuan yangs elama ini hanya dipegang kaum lelaki."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komarudin Sahid
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris mengenai pola hubungan ketetanggaan di kota baru. Di samping itu juga untuk mengetahui keterkaitannya dengan status sosial ekonomi, etnisitas, dan religiusitas. Penelitian ini dilakukan di Perumnas I Depok Jawa Barat. Penentuan sampel dilakukan melalui teknik sampel bertahap (multistage random sampling), di mana untuk penentuan daerah sampel dilakukan dengan cara area random sampling, sedangkan penentuan responden dilakukan dengan cara simple random sampling atau acak sederhana dengan jumlah sampel seluruhnya 96 orang. Guna melengkapi data penelitian, khususnya yang bersifat kualitatif, dipilih pula 4 orang key informan.
Data kuantitatif dikumpulkan dengan teknik angket dan data kualitatif dikumpulkan melalui wawancara mendalam yang masing-masing teknik menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara sebagai instrumen. Di samping itu dilakukan pula studi dokumenter untuk menggali data-data dokumenter. Analisis data terutama menggunakan teknik analisis kuantitatif, yaitu pertama teknik analisis deskriptif yang menggunakan statistika deskriptif, dan kedua analisis inferensial yang menggunakan statistika induktif, yakni analisis regresi sederhana, korelasi sederhana, dan korelasi parsil. Untuk menganalisis data kualitatif yang dimaksudkan untuk mendukung dan memperkuat analisis dan kesimpulan penelitian dilakukan dengan teknik analisis kualitatif.
Hasil penelitian memberikan kesimpulan, bahwa intensitas hubungan ketetanggaan di kota baru cenderung tinggi. Kecenderungan yang tinggi ini ditandai oleh tingginya intensitas pada tegur sapa, mendengar kabar tentang tetangga yang sakit, pengenalan terhadap tetangga yang dekat, tolong menolong antartetangga, partisipasi dalam kegiatan keluarga, partisipasi dalam kegiatan bersama; serta ditandai oleh rendahnya konflik. Tingginya intensitas hubungan ketetanggaan di kota baru secara nyata terlihat dari angka indeks sebesar 70,03%. Ini berarti bahwa hubungan ketetanggaan di kota baru masih menunjukkan pola hubungan gemeinschaft, belum seluruhnya berubah menjadi pola hubungan gesellschaff.
Penelitian ini juga telah berhasil memperoleh beberapa ternuan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang terkait dengan intensitas hubungan ketetanggaan, yaitu: Pertama, ditemukan adanya keterkaitan/hubungan negatif yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan intensitas hubungan ketetanggaan (signifikan pada a = 0,01). Hubungan negatif ini menunjukkan, bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi, semakin rendah intensitas hubungan ketetanggaan, dan sebaliknya semakin rendah status sosial ekonomi, maka semakin tinggi intensitas hubungan ketetanggaan. Artinya, pada mereka yang berstatus sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki intensitas hubungan ketetanggaan yang rendah, sedangkan pada mereka yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung memiliki intensitas hubungan ketetanggaan yang tinggi. Temuan ini sejalan dengan hasil studi Gans yang menjadi kerangka teori studi ini. Kedua, temyata tidak terdapat keterkaitan/hubungan yang signifikan antara etnisitas dengan intensitas hubungan ketetanggaan (pada taraf signifikansi a = 0,01). Ini berarti tinggi rendahnya intensitas hubungan ketetanggaan di kota baru tidak berkaitan dengan, atau ditentukan oleh tinggi rendahnya etnisitas warga secara berarti. Ketiga, ternyata religiusitas juga tidak memiliki keterkaitan secara signifikan dengan intensitas hubungan ketetanggaan (pada taraf signifikansi a = 0,01). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya intensitas hubungan ketetanggaan di Perumnas I Depok tidak berkaitan secara berarti dengan tinggi rendahnya religiusitas warganya.
Penelitian ini telah berhasil pula memperoleh beberapa temuan lain yaitu: (1) ditemukan adanya lapisan-lapisan (lingkaran) ketetanggaan yang menunjukkan kedekatan hubungan antartetangga; (2) di dalam proses hubungan ketetanggaan berlangsung proses interaksi secara dinamis yang membentuk siklus interaksi sosial. Pada satu sisi berlangsung proses yang asosiatif dan pada sisi lain kadang-kadang terjadi proses yang disasosiatif karena adanya konflik; (3) kecenderungan tingginya intensitas hubungan ketetanggaan di Perumnas 1 Depok mungkin karena adanya upaya pembinaan melalui pembentukan asosiasi, kegiatan bersama warga, dan pembudayaan identitas komunitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Utami
"Abstract:
"Saman is a story filtered through the lives of its feisty female protagonists and the enigmatic "hero" Saman. It is at once an expose of the oppression of the plantation workers in South Sumatra, a lyrical quest to understand the place of religion and spirituality in contemporary lives, a playful exploration of female sexuality and a story about love in all its guises, while touching on all of Indonesia's taboos, extramarital sex, political repression and the relationship between Christians and Muslims"
Jakarta: Equinox, 2005
808.83 AYU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Utami
Jakarta: Equinox Publishing, 2005
808.83 AYU st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfahmi
"Tawuran antar warga seperti yang terjadi antara Kampung Tambak dan Kampung Anyer di Pegangsaan, Jakarta merupakan fenomena sosial yang menarik untuk dikaji secara mendalam, karena konflik terjadi diantara warga di dua perkampungan yang sebelumnya memiliki hubungan yang harmonis. Bahkan banyak diantara warga kedua kampung masih berhubungan keluarga karena banyak terjadi perkawinan diantara mereka. Konflik tersebut berlangsung cukup lama dan cenderung keras. Selama kurun 1990-1993, peserta konflik masih terbatas pada kalangan pemuda/remaja kedua kampung tersebut, namun sejak 1994 hingga 2001 peserta konflik meluas menjadi bersifat massal, sehingga berkembang menjadi tawuran antar kampung.
Konflik antar pemuda berawal dari menguatnya identitas kolektif masing-masing kelompok tersebut. Konflik berawal dari sikap arogansi sekelompok pemuda Kampung Tambak, salah satunya dengan menguasai kawasan Tugu Proklamasi dan sekitarnya tanpa memberi kesempatan pada pemuda Kampung Anyer ikut memanfaatkan lahan tersebut, memicu pecahnya konflik terbuka antara kedua kelompok pemuda tersebut. Di satu sisi Pemuda Kampung Tambak bersikap arogan ingin mendominasi pihak lain, sedangkan di sisi lain pemuda Kampung Anyer memberi perlawanan terhadap sikap tersebut.
Semakin sering dan keras konflik, semakin banyak menyeret solidaritas dari warga sekampung lainnya untuk bersama-sama membela harga diri kampung mereka. Identitas kolektif tersebut dibangun secara sosial terutama atas dasar kesamaan teritorial, dimana terjadi interaksi sosial yang kontinyu. Melalui interaksi tersebut, atribut kesamaan secara simbolis dibangun dan didefinisikan, dari sinilah trust dan solidaritas berkembang diantara warga sekampung.
Konflik berlangsung keras karena konflik menyangkut isu-isu non-realistik, berupa nilai-nilai inti (core values) dan kepentingan kelompok yang samar-samar atau abstrak (vaguely defined class interest) yaitu harga diri dan dendam. Konflik juga berlangsung lebih lama karena tujuan konflik yang tidak jelas menyulitkan peserta konflik untuk mendefinisikan kapan mereka telah mencapai tujuan tersebut, sehingga konflik menjadi berlarut-larut. Selain itu, para pemimpin di masing-masing pihak kurang mampu membujuk warganya menghentikan konflik, hal ini disebabkan kerekatan hubungan antara warga dan para pemimpinnya cenderung lemah, selain itu juga masyarakat cenderung terpecah-belah karena kohesi sosial antar warga juga cenderung rendah. Intensitas konflik dan kerasnya konflik lambat laun makin mempertegas batas-batas pemisah antara warga kedua kampung dan meningkatkan solidaritas diantara warga sekampung untuk bersama-sama memerangi pihak lawan.
Berbagai upaya mengatasi konflik telah dilakukan oleh aparat pemerintah setempat, diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan antar tokoh masyarakat dan pemuda setempat dari kedua pihak untuk membuat konsensus damai selain membentuk satgas yang terdiri dari sejumlah pemuda dari pihak-pihak yang berseteru, namun berbagai upaya tersebut belum mampu mengatasi konflik. Ini disebabkan konsensus tersebut tidak mampu merembes ke seluruh warga kampung karena kohesi sosial masyarakat yang cenderung rendah dan juga para tokoh dan pemuda yang dilibatkan bukanlah orang-orang yang berpengaruh dan memiliki kepemimpinan yang efektif di lingkungan komunitasnya.
Berbeda dengan upaya pemerintah tersebut, program resolusi konflik yang dikembangkan institusi lokal Forum Warga Cinta Damai (FWCD) ternyata cukup efektif meredam konflik. Sejak berdiri pada pertengahan 2001, forum tersebut menyelenggarakan berbagai kegiatan-kegiatan bersama dengan melibatkan warga yang berpengaruh dari berbagai social fieldnya, seperti kelompok bermain (peer group) pemuda, remaja, ibu-ibu, para bapak, serta kelompok pengajian, kelompok arisan dan sebagainya. Kegiatan tersebut membuat seluruh individu terhubung satu sama lain. Meski mereka berasal dari berbagai social field, namun hubungan antar mereka menjadi cikal bakal perekat antar social field dalam komunitas masyarakat yang berkonflik. Langkah ini cukup efektif merekatkan kembali hubungan sosial antar warga di kedua kampung yang bertikai, dan hasilnya selama tahun 2002 tawuran antar warga tak terjadi lagi.
Program community development tersebut merangsang antar individu dalam komunitas untuk menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. Melalui program tersebut, dilakukan upaya merekonstruksi kembali hubungan sosial antar warga, dengan mendefinisikan ulang batas-batas kolektifitas antar warga kedua kampung. Seiring dengan tumbuhnya jaringan baru yang menjembatani berbagai golongan masyarakat, turut berkembang norma-norma baru yang mengedepankan prinsip hidup damai penuh persaudaraan dalam lingkungan ketetanggaan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>