Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112072 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yorita L.S. Bernadetta
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat upaya Benyamin untuk menyebarluaskan kesenian Betawi, khususnva gambang kromong hingga keluar dari daerah asalnya yaitu Betawi menjadi musik yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia ia juga berusaha untuk mengangkat budaya Betawi menjadi budaya tandingan bagi budaya yang datang budava yang dari luar negeri Benyamin menjadikan Budaya Betawi lebih popular.
Penelitian dan pengumpulan bahan dilakukan melalui studi kepustakaan pada beberapa perpustakaan dan juga menggunakan media pandang dengar sebagai sumber primer yang diperoleh di Perpustakaan Sinematek Pusat Perfilman H. Usmar Ismail Kuningan. Jakarta dan ,juga menggunakan media dengar yang diperoleh dari Bens Radio, Ciputat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S12230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Setyaningrum
"Lenong merupakan teater rakyat Tradisional Betawi berisi pertunjukan silat, bodoran/lawak dan menggunakan musik Gambang Kromong dalam setiap pertunjukan. Pertunjukan Lenong mempunyai dua jenis cerita, pertama cerita yang mengisahkan seribu satu malam dalam kerajaan disebut dengan Lenong Dines. Sedangkan Lenong yang mengisahkan cerita tentang para jawoan Betawi disebut dengan Lenong Preman. Dalam pertunjukannya para pemain laki-laki disebut dengan Panjak sedangkan para pemain wanita disebut Ronggeng. Awalnya Lenong tumbuh secara tradisional dengan menampilkan cerita jagoan Betawi seperti si Pitung, si Jampang dan Nyai Dasima. Pertunjukannya dilakukan di panggung sederhana, dengan fungsi untuk memeriahkan acara keluarga. Namun seiring perkembangan zaman dan banyaknya urbanisasi membuat tanah lapang mulai berkurang. Hal tersebut membuat Lenong tampil di gedung pertunjukan seperti Taman Ismail Marzuki. Selain itu sikap Gubernur Ali Sadikin yang menggalakan Titik Balik Kebetawian membuat Lenong mengalami zaman keemasan dan didukung oleh tokoh seperti Djaduk, S M Ardan, Sumatri, dan Alwi Shahab. Kesuksesan Lenong membuatnya tampil di TVRI dan muncul sandirawa Betawi yaitu Lenong Rumpi. Media sebagai penyalur informasi memperlihatkan bahwa kesenian Tradisional dapat dinikmati bukan hanya untuk masyarakat Betawi tetapi non Betawi pun menyukainya dan menjadi kebudayaan populer.

Lenong is one Betawinese traditional theater which has particular characteristicin every show. Lenong has silat, bodoran rakyat, and using gambang kromong usic in every show. Lenong show has two types. First type, the Lenong story tells 1001 night and uses malay languange. Which many kingdoms used it and it called Lenong Dines. Then, the second one tells about Betawinese heroes called Lenong Preman. In Lenong show, the man player called Panjak then the women the player called Ronggeng. In the beginning, Lenong developed traditionally which showd Betawinese heroes stories such as si Pitung, si Jampang, and Nyai Dasima. Lenong was shown in a simple stage to enjoy the family spare time. However, as the time goes by, much Urbanization happened which make land is getting narrow. As the result, today Lenong are shown in many modern buildings like in Taman Ismail Marzuki. Moreover, attiude of Governoer Ali Sadikin in deploving Betawinese culture and made Lenong got their success age. Lenong supported by some public figure like Djaduk Djajakusuma, S.M Ardan, Sumantri, and Alwi Shahab. The successfullness at Lenong made in appeared on TVRI and was beginning of Betawinese show named Lenong Rumpi. Pro and Contra preceded tgis show. Media as the information distributor show that traditional art can be enjoyed not just by Betawinese people but also non Betawinwse and it becomes popular cultere. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S47
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Virdiansyah
"ABSTRAK
Tesis ini membahas fungsi dari Samrah dalam masyarakat Betawi dan juga bagaimana proses pewarisannya. Fungsi dari Samrah sebagai hiburan kerap mengalami perubahan dalam pertunjukannya. Samrah adalah kesenian yang semula lengkap pertunjukannya dengan tunil, tari, dan musik. Adanya permasalahan dalam proses transmisi membuat Samrah saat ini hanya dapat dinikmati musiknya saja, unsur lainnya sudah sulit ditemukan karena beberapa faktor yang tidak berjalan dengan semestinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan perspektif tradisi lisan. Pengambilan data dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan dengan mengikuti setiap pementasan Samrah dan ikut berpartisipasi mulai dari persiapan pertunjukan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara Samrah dengan masyarakatnya dan model transmisinya.

ABSTRACT
This thesis discusses the function of Samrah in Betawi society and also how the process of inheritance. The function of Samrah as entertainment often aids in the show. Samrah is the art that was originally complete with tunil performances, dance, and music. The problem in the transfer process makes Samrah currently only accessible to music only, another element was hard to found because some factors are not working properly. This research uses qualitative method with perspective of oral tradition. Data collection is done directly to the field with each Samrah staging and separating from the preparation of the show. The purpose of this study is to look at the relationship between Samrah and his community and the transmission model. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49883
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswantari
"Disertasi ini membahas tentang Strategi-strategi Perhimpoenan Kaoem Betawi pada masa kepemimpinan M. Masserie dan Abdul Manaf, dalam meningkatkan kesejahteraan Kaoem Betawi dan keindonesiaan. Perhimpoenan Kaoem Betawi merupakan organisasi pertama yang dibentuk oleh orang Betawi yang diakui sebagai badan hukum pada tahun 1923. Perhimpoenan ini mengalami perkembangan dari organisasi yang bersifat lokal menjadi organisasi yang mengedepankan keindonesiaan. Pembentukan Perhimpoenan tidak lepas dari adanya mitos masa kesuburan orang Betawi yang membuat Orang Betawi bergerak untuk mencapai kembali kejayaan tersebut, ditambah lagi dengan adanya kemunduran orang Betawi akibat berkurangnya tanah pekarangan, membuat orang Betawi bergerak untuk mencapai kemajuannya dengan mendirikan Perhimpoenan Kaoem Betawi.
Faktor kemunculan Perhimpoenan Kaoem Betawi, tidak lepas dari pengaruh perkembangan kota Batavia pada awal abad ke-20 yang menjadi pusat pendidikan, pemerintahan dan ekonomi Hindia Belanda. Kota Batavia telah pula menjadi pusat gerakan politik pribumi, dimana berbagai organisasi kedaerahan telah tumbuh dan berkembang. Hal itu membawa Orang Betawi tidak mau ketinggalan turut pula aktiv menyuarakan aspirasi politiknya.
Metodologi yang digunakan dalam disertasi ini adalah narativisme. Narativisme merupakan metodologi dalam filsafat sejarah yang digunakan untuk merekonstruksi masa silam. Menafsirkan masa lampau dengan mengaitkan berbagai fakta dari masa silam yang semula tidak koheren dan tanpa struktur menjadi satu kesatuan yang menyeluruh. Temuan penelitian ini adalah : lewat peranan M. Masserie dan Abdul Manaf, Perhimpoenan Kaoem Betawi telah menumbuhkan solidaritas Betawi untuk kemajuan Kaoem Betawi dan keindonesiaan. Berbagai strategi dilakukan untuk kemajuan Masyarakat Betawi dan keindonesiaan, diantaranya melalui Surat Kabar, Pendidikan, Gemeenteraad Batavia, dan menjalin kerjasama dengan gerakan organisasi pergerakan lainnya.

This study discussed about the strategies of the Association of Betawi Community (Kaoem Betawi) during the leadership period of Masserie and Abdul Manaf, for improving welfare of Betawi people (Kaoem Betawi) and Indonesianness. The Association of Betawi Community (Kaoem Betawi) was the first organization formed by the Betawi people to be recognized as a legal entity in 1923. This association experienced developments from local organization into organization that prioritized Indonesianness. The formation of the Association could not be separated from the myth of the fertility period of the Betawi people. This caused the movement to regain the glory, added with the decline of the Betawi people due to the reduction of the yard, made the Betawi people moving to achieve the progress by establishing The Association of Betawi Community ( Kaoem Betawi).
The emergence factor of the Association of Betawi Community ( Kaoem Betawi) was inseparable from the influence of the development of the Batavia city in the early of 20th century which became the center of education, government and the economy of the Dutch East Indies. The Batavia city had also become the center of the indigenous political movement, where the various regional organizations had grown and developed. That made the Betawi people did not want to miss and also actively voiced their political aspirations.
The methodology used in this dissertation was narativism. Narativism was a methodology in historical philosophy used to reconstruct the past and interpreting the past by relating various facts from the past that were previously incoherent and without structure into a single whole. The research result was finding the role of M. Masserie and Abdul Manaf for The Association of Betawi Community which had grown Betawi solidarity for the advancement of the Betawi Community and Indonesianness. Various strategies were carried out for the advancement of the Betawi society and Indonesianness, including by Newspaper, Gemeenteraad Batavia Education, and cooperating with other movement organizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2608
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
306.598 BET
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irsyad Nugraha Dozyn
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S35492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, 1990
601 Pen
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
601 IND (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1983
UI-PRANATA 8-9 (198-1999)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Ardela Maesyaroh
"Ondel-ondel sebagai kesenian Betawi telah mengalami perkembangan dari kesenian arak-arakan rakyat menjadi ikon kota Jakarta. Unsur pendukung kesenian ondel-ondel tetap eksis dan berkembang adalah dengan adanya sanggar. Sanggar Beringin Sakti sebagai salah satu kelompok kesenian ondel-ondel yang sudah aktif dari sebelum tahun 1970-an memiliki peran besar dalam mengembangkan ondel-ondel. Berbeda dengan penelitian sebelumnya karya Joko Susanto yang hanya berfokus kepada komposisi musik yang digunakan Sanggar Beringin Sakti.
Fokus penelitian ini adalah peran Sanggar Beringin Sakti dalam mengembangkan ondel-ondel di Jakarta mulai dari terbentuknya hingga lahirnya anak sanggar terakhir dari Sanggar Beringin Sakti. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi. Pada tahapan heuristik, mengumpulkan data berupa wawancara dengan pemilik Sanggar Beringin Sakti, artikel jurnal, surat kabar dari Perpustakaan Nasional RI, dan buku.
Hasil penelitian ini adalah Sanggar Beringin Sakti menjadikan ondel-ondel sebagai ikon kota Jakarta yang aktif melaksanakan berbagai kegiatan seperti acara perfilman kesenian, pembukaan acara atau perayaan khusus kota Jakarta, dan menampilkan ondel-ondel dalam bentuk cendera mata dan boneka penerima tamu, selain itu Sanggar Beringin Sakti mampu mengembangkan ondel-ondel dengan menjadikan sanggar sebagai tempat belajar dan regenerasi dengan melahirkan anak-anak sanggar yang aktif dan eksis sesuai pakemnya di masa modern saat ini.

Ondel-ondel as a Betawi art has developed from a folk art procession to become an icon of the city of Jakarta. The supporting element of ondel-ondel art that still exists and develops is the existence of a studio. Sanggar Beringin Sakti as one of the ondel-ondel art groups that has been active since before the 1970s has played a major role in developing ondel-ondel. This is different from the previous research by Joko Susanto, which only focused on the music composition used by Sanggar Beringin Sakti.
The focus of this research is the role of Sanggar Beringin Sakti in developing ondel-ondel in Jakarta from its formation until the birth of the last studio child of Sanggar Beringin Sakti. This study used the historical method with four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. At the heuristic stage, collecting data in the form of interviews with the owner of Sanggar Beringin Sakti, journal articles, newspapers from the National Library of Indonesia, and books.
The result of this research is that Sanggar Beringin Sakti made ondel-ondel as an icon of the city of Jakarta which actively carried out various activities such as art film events, opening special events or celebrations for the city of Jakarta, and displaying ondel-ondel in the form of souvenirs and dolls for the receptionist. Beringin Sakti is able to develop ondel-ondel by making the studio a place for learning and regeneration by giving birth to studio children who are active and exist according to the standards in today's modern times.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>