Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardijani Rasjid
"Sepanjang sejarah penjajahan, Ideologi Islam ternyata merupakan kekuatan sosial yang besar dalam mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan asing. Dari perang besar seperti pe_rang Padri, perang Aceh maupun penberontakan petani seperti peristiwa Cilegon, kesemuanya dipimpin oleh pemuka Islam dan digerakkan: oleh. Ideologi Islam. Karena penguasa Belanda di Hindia Be1anda kurang menguasai Islam, maka mereka merasa khawatir terhadap kekuatan kaum muslimin. mereka menganggap bahwa gerakan kaum muslimin ingin mengadakan perlawanan dan memberotak torhadap pemerintah kolonial Belanda. Berdasarkan latar belakang inilah pada tahun 1889 seorang ah1i bahasa Arab dan ahli Islam, Christiaan Snouck Hurgronje diangkat menjadi Penasehat pad:a sabuah kantor yang baru dibentuk untuk menangani masa1ah-masa1ah Arab dan Pribu_mi. Se jak kedatangan Saouck Hurgronje di Indonesia, maka atas nasehatnya, politik terhadap Islam terutama berdasarkan fakta-fakta dan bukan atas rasa takut saja. Dikemukakan bah_wa para pemimpin agama dan orang-orang yang kembali dari naik haji tidak bermiusuhan dan tidak akan memberontak terhadap pemerintah kolonial Belanda. Tetapi Snouck Hurgronje ju_ga memperingatkan bahwa Islam sebagai kekuatan politik dan religius jangan dipandang rendah. Oleh sebab itu _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korver, A.P.E.
Jakarta: Grafiti Pers, 1985
959.8 KOR st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Anwar
"Gerakan protes petani selalu mewarnai gerak sejarah Indonesia. Dari sekian banyak gerakan protes, pada awal abad ke-20 di Bekasi terjadi gerakan protes petani yang mencapai puncaknya pada tahun 1913. Pada mulanya penulis mengalami kesulitan dalam mengungkap kasus gerakan protes petani ini, karena sebagian besar data arsip tidak ada di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta. Namun berkat bantuan berbagai pihak, arsip tersebut dapat diperoleh dari Algemeene Rijksarscheif, Den Haag, Negeri Belanda. Setelah terhimpun, seluruh data yang telah menjadi fakta tersebut dirangkaikan dan diinterpretasikan, sehingga disusun dalam bentuk tulisan yang deskiptif-analitis.
Penulis menyimpulkan bahwa gerakan protes petani Bekasi 1913 disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat petani umumnya sebagai akibat dari penguasaan tanah secara partikelir dan ketidaksesuaian antara aturan legal dengan pelaksanaannya. Suasana menghimpit ini menimbulkan kemelaratan ekonomi petani. Ketika tuntutan petani ter_sumbat oleh tuan tanah dan aparatnya serta pejabat pemer_intah, tiba-tiba hadir organisasi Sarekat Islam (SI) dengan ideologi penggeraknya. Sehingga menimbulkan proses penyadaran dan gerakan protes petani.
Sebagaimana umumnya gerakan protes petani lain, gerakan protes petani di Bekasi 1913 bersifat arkais (archaic=sementara), setelah ditangani langsung oleh asisen residen Meester Cornelis, Cohen. Namun, karena asisten residen lebih berpihak pada tuan tanah, sehingga pada masa berikutnya nasib petani tetap tidak mengalami perubahan berarti. Petani tetap menjadi objek yang dieksploitasi tuan tanah."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S12105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Suwasono
"Lahirnya SBII (Sarekat Buruh Islam Indonesia) berawal dari keinginan Partai Masyumi untuk memperkuat basis massanya dari kalangan buruh terutama yang beragama Islam. Sebelum mendirikan SBII, Partai Masyumi telah mendirikan dua anak organisasi Iainnya yaitu STII (Sarekat Tani Islam Indonesia) dan SDII (Sarekat Dagang Islam Indonesia). Keberadaan SBII menjadi semakin penting bagi Partai Masyumi terutama setelah pemilu tahun 1955. Pada pemiiu pertama tersebut realitas di lapangan menunjukkan hal yang sangat ironi dimana sebagian besar kaum buruh ternyata dikuasai oleh SOBSI (Sarekat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) sebuah anak organisasi PKI (Partai Komunis Indonesia) yang merupakan lawan utama Masyumi.
Masyumi dan SBII berpendapat SOBSI hanya memperalat kaum buruh sebagai alat politik semata tapi tidak berupaya untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pada kurun waktu 1947 - 1953 ketika SBII dipimpin oleh Mr. Daljono SBII lebih terfokus pada pembenahan organisasi, tapi hal itu tidak berarti SBII meninggalkan fungsi utamanya sebagai alat perjuangan kaum buruh. Pada tahun waktu ini tercatat SBII melakukan beberapa demonstrasi menuntut perbaikan nasib kaum buruh.
Langkah kontroversial yang ditempuh SBII pada masa kepemimpinan Mr. Daljono adalah menyetujui peraturan pemerintah mengenai larangan pemogokan pada perusahaan vital. Keputusan SBII tersebut telah dikecam berbagai pihak terutarna SOBSI yang secara terang-terangan menuduh SBII sebagai sarekat buruh yang memihak para majikan.
Pengganti Mr. Daljono adalah Jusuf Wibisono yang memimpin SBII tahun 1953 - 1960 pada masa kepemimpinan Jusuf Wibisono permasalahan SBII menjadi semakin kompleks selain berupaya terus memperjuangkan peningkatan kesejahteraan kaum buruh. SBII juga mendapat tekanan terutama dari TNI. Di daerah Sumatra Barat dan Yogyakarta banyak anggota SBII yang ditangkap karena dituduh bersama Masyumi ikut mendalangi pemberontakan PRRI Permesta.
Seiring merebaknya isu akan dibubarkannya Partai Masyumi oleh Presiden Sukarno, SBII berusaha untuk keluar dari Partai Masyumi dan menjadi Sarekat Buruh yang mandiri. Perjuangan ini berhasil, ketika Partai Masyumi dibubarkan oleh pemerintah pada tahun 1960 SBII tidak dibubarkan. SBII kemudian bergabung dengan Front Nasional bentukan Sukarno dan namanya berubah menjadi Gasbiindo (Gabungan Sarekat Buruh Islam Indonesia)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoffer, Eric
0: 0, 0
303.484 Hot g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Wulandari
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001
320.958 8 TRI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia , 1975
959.8 SAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adhytiawan Suharto
"Tesis ini menjelaskan tentang pergerakan Sarekat Islam lokal di Solo dan pengaruh tokoh lokal dalam dinamika sosial-ekonomi solo selama 1912 hingga 1923. Tokoh lokal yang dijelaskan dalam artikel ini adalah sosok yang memainkan peran penting dalam keberadaan Sarekat Islam di Solo. Artikel tentang Sarekat Islam Solo ini menjadi penting karena daerah tersebut memiliki begitu banyak Priayi lokal yang mendukung secara material pada Sarekat Islam, yang juga membangun persatuan yang kuat antara Muslim dan kelompok Priayi. Metode yang digunakan untuk menulis artikel ini adalah Metode Historis yang terdiri dari Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historiografi. Langkah heuristik dalam artikel ini menggunakan sumber utama seperti arsip dan surat kabar dari era yang sama. Surat kabar itu adalah Djawi Kando, Darmo Kondo, Sarotomo, Doenia Bergerak, Bromartani, Medan Moeslimin, Islam Bergerak, Djawi Hisworo, dan arsip pemerintah Belanda yang diterbitkan.

This article explains about the movement of local Sarekat Islam in Solo and the influence of the local figure in socio-economic dynamics of the solo community during 1912 to 1923. The local figure explained in this article is a figure who play an important role in the existence of Sarekat Islam in Solo. This article about Sarekat Islam Solo become important because the area have so many local Priayi who supports Sarekat Islam materially, which build a strong union between Muslims and the Priayi group. The method used to write this article is Historical Method which consist Heuristic, Critic, Interpretation Historiography. The heuristic step in this article is using a primary source such as archive and the newspaper from the same era. The newspaper is Djawi Kando, Darmo Kondo, Sarotomo, Doenia Bergerak, Bromartani, Medan Moeslimin, Islam Bergerak, Djawi Hisworo and the published Dutch government archives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Effendi
"ABSTRAK
Satu yang spesifik dari berbagai lembaga pendidikan Bumiputra adalah Sekolah SI Semarang. Diawali perjumpaan Tan Malaka dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam seperti: H.O.S. Tjokroaminoto, Semaoen dan Darsono pada Kongres SI di Jogjakarta tahun 1921, maka Tan Malaka ditawarkan untuk memimpin Sekolah SI yang akan didirikan di Semarang. Dalam rapat anggota SI Semarang Maret 1921 disetujui akan dibuka Sekolah SI pada 21 Juni 1921, dengan jumlah mula-mula 50 murid, yang menggunakan ruang rapat SI Semarang sebagai ruang belajar. Motivasi yang melatarbelakangi berdirinya Sekolah SI paling tidak disebabkan dua hal, yakni: pertama, untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak anggota SI, terutama mereka yang tidak diterima di HIS. Pendidikan di sini bukan hanya dalam pengertian teknis keahlian, tapi juga pembentukan moral. Kedua, sebagai sarana pembentukan kader-kader partai.
Reaksi pers dan masyarakat Semarang, memperlihatkan betapa perlunya suatu lembaga pendidikan bagi masyarakat Bumiputra. Sebaliknya dengan asisten Residen Semarang, yang tidak menyetujui berdirinya sekolah tersebut dan bahkan meminta saran kepada Prokurur Jenderal untuk mengambil tindakan hukum kepada Tan Malaka. Sedangkan Surat kabar Sinar Hindia di dalam tajuk rencananya tertanggal 23 Agustus, memperlihatkan dukungannya dengan berdirinya sekolah tersebut, sebagai berikut: _bahwa salah satu sifat yang balk dari orang_orang Barat ialah rasa kemerdekaan yang sudah dimasukkan kedalam jiwa mereka dan dikembangkan di sekolah-sekolah (pemerintah); bahwa sekarang di Hindia contoh itu akan diikuti; bahwa itulah yang diingini oleh SI di Semarang, dan sebuah sekolah didirikan untuk memelihara dan mendorong rasa kemerdekaan itu; bahwa baru-baru ini diumumkan bahwa tidak seperti sekolah HIS biasa, karena benih kemerdekaan akan ditanamkan di dalam diri murid_murid. (terjemahan Bahasa pen.) Sedangkan rasa antusias rakyat Semarang ditunjukkan dengan keikut sertaan mereka dalam setiap penyelenggaraan pasar derma oleh murid-murid Sekolah SI Semarang.
Dengan demikian pemenuhan kebutuhan akan biaya dari Sekolah SI Semarang yang baru terbentuk, adalah melalui penyelenggaraan malam pasar derma. Kelompok-kelompok murid memasuki kampung-kampung dengan berselendang merah bertuliskan `Rasa-Merdeka', menyanyikan lagu Internationale, untuk kemudian mengumpulkan uang suka rela dari penduduk. Helihat kenyataan tersebut, reaksi pemerintah setempat adalah dengan melarang diadakannya malam-malam pasar derma berikutnya, dan memberikan peringatan kepada pengurus SI Semarang. Sebagai jawaban atas larangan dan peringatan tersebut, pada 13 November diadakan suatu rapat prates yang dihadiri oleh wakil_wakil dari baedi Qetamo, Sarekat Hindia (pengganti NIP) PK1 dan ST Semarang. Rapat ini kemudian menghasilkan suatu znosi untuk memprotes tindakan pemerintah yang merintangi usaha perluasan pendidikan rakyat. Mosi dikirimkan kepada Gubernur Jenderal, Dewan Rakyat, dan Tweede Kamer .
Mengenai tujuan didirikannya Sekolah SI, Tan Malaka pada artikelnya di Soeara Ra'jat, yang kemudian dijadikan - sebuah brosur berjudul SI Semarang dan Onderwijs (1921) menyebutkan-: 1. memberi cukup banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia yang kapitalistis (dengan memberikan pelajaran berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu dan Jawa). 2. memberi hak kepada para murid untuk mengikuti kegemaran mereka dengan membentuk perkumpulan_perkumpulan. 3. mengarahkan perhatian para murid pada kewajiban mereka yang akan datang terhadap jutaan keluarga Pak Kromo. (terjemahan bahasa pen.) Di dalam -formulasinya yang baru tentang maksud tujuan Sekolah SI, Tan Malaka lebih banyak menggunakan istilah yang lebih Marxis, antara lain disebutkan: pengetahuan yang diperoleh di sekolah harus pula menerangkan hubungan-hubungan dan keadaan-keadaan sosial di Hindia, dalam arti Komunis.
Sekolah SI Semarang kemudian dapat mengembangkan dirinya dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan di awal tahun 1922. Sekolah kejuruan yang merupakan bagian dari Sekolah SI ini, memberikan pendidikan kejuruan kepada murid-muridnya, agar mereka bisa berprofesi di bidangnya, antara lain sebagai petugas koperasi dan tenaga pengajar. Khusus mengenai pendidikan guru diberikan langsung oleh Tan Malaka, dengan maksud akan menjadi tenaga pengajar di Sekolah-sekolah SI. Tan Malaka sendiri menolak guru-guru lulusan sekolah pemerintah, karena selain bergaji tinggi, juga memiliki orientasi yang tidak berakar pada pendidikan rakyat.
Berkembangnya Sekolah SI, paling tidak dikarenakan adanya koordinasi keuangan sekolah oleh sebuah komisi sentral dengan kas sentral. Komisi ini mendapatkan sumber dana yang berasal dari uang sekolah murid-murid dan sumbangan-sumbangan para dermawan. Juga dibentuknya sebuah organisasi yang bertujuan mengumpulkan dana bagi Sekolah SI yang bernama FOSIO (Fonds Oentoek SI Onderwijs), sangat membantu keuangan sekolah terebut.
Melihat kesuksesan Sekolah SI Semarang, R. Kern, seorang penasehat pemerintah untuk masalah-masalah pribumi, menyebutkan beberapa sebab di balik suksesnya sekolah tersebut, yakni: pertama, kurangnya perluasan tempat di HIS. Jika HIS diperluas, barulah dapat melawan kemajuan Sekolah SI. Kedua, bakat Tan Malaka sendiri di bidang organisasi, ditambah dengan pengetahuannya yang luas mengenai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari bakat Tan Halaka untuk berimprovisasi, mendirikan sebuah sekolah guru untuk memenuhi sendiri kebutuhan guru bagi sekolah SI. Ketiga, adalah uang sekolah yang lebih rendah dari sekolah-sekolah pemerintah, menyebabkan murid-murid datang dari golongan penduduk kota yang setengah terdidik.

"
1990
S12570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, So Yeon
"Judul tesis ini adalah Makna dan Kelerbatasan Sarekat Islam dalam Pergerakan Nasional. Oleh karena tesis ini bertujuan mencari makna dan keterbatasan Sarekat Islam. Dari dua faktor tersebut kita dapat mengetahui faktor yang harus dipelajari dan faktor yang harus diatasi.
Tesis ini dimulai dengan dua pertanyaan yang sederhana sebagai berikut; Mengapa Sarekat Islam mendapat perhatian dan dukungan yang besar dari rakyat pada zaman itu? Kemudian, pada awalnya Sarekat Islam berkembang dengan pesat, tetapi mengapa semakin melemah?
Sarekat Islam sebagai upaya perorangan secara jelas menampakkan kolektifitas tertentu. Maka, dalam thesis ini digunakan teori Collective Action. Organisasi tersebut dijadikan alat sebagai agency untuk mobilisasi dengan cara mengarahkan tenaga dan dana. Inilah yang disebut Mobilization Model. Oleh karena mobilisasi selalu berlangsung dalam struktur sosial tertentu, maka hubungan dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat sangat penting, termasuk pihak pemerintah. Dalam kaitan ini digunakan Polity Model.
Metoda penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, sebagai berikut; Heuristik, penulis menghimpun data, yakni sumber primer Mimbar dan berbagai buku-buku yang relevan. Kritik, yakni menilai sumber yang telah terkumpul, apakah dapat dibantu dalam tulisan saya, Interpretasi, menafsirkan sumber atau fakta dengan paradigma umum. Historiografi, yakni menyusun ke dalam penulisan ini secara logis, sistematis dan ilmiah.
Sarekat Islam adalah contoh amat berharga bagi bangsa Indonesia. Dengan menarik pelajaran dari Sarekat Islam dapat mengembangkan kemampuan bersatu dan melaksanakan cita-cita. Akan tetapi, dari kegagalan Sarekat Islam dapat dipelajari juga agar tidak terjadinya kesalahan masa lampau. Selain itu, jika dihubungkan dengan zaman sesudahnya organisasi Sarekat Islam mempunyai peranan penting dalam munculnya organisasi-organisasi ke-Islaman lainnya sampai saat ini. Kalau melihat dari sudut pandang positif, Sarekat Islam memperkuat kemampuan politik dalam Islam, tetapi terpusatnya kepemimpinan pada beberapa tokoh-tokoh organisasi masih cenderung terlihat dalam organisasi-organisasi Islam zaman kini juga."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T10714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>