Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161166 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Handajani Purwaningsih
"ABSTRAK
Masa transisi adalah masa perubahan dimana struk_tur yang lama telah runtuh, sementara itu struktur yang baru masih belum mapan. Hal semacam itu dialami oleh negara Republik Indonesia pada awal kemerdekaannya. Meski_pun bangsa Indonesia telah menyatakan dirinya sebagai satu bangsa yang merdeka dan berdaulat, akan tetapi dalam kenyataannya tidak begitu saja lepas dari pengaruh masa sebelumnya.masih banyak sisa-sisa kolonialis-imperialis_ yang. masih dipakai, yang justru kermudian banyak menimbul_kan persoalan. Suhu nasionalisme yang sedang naik, ditam_bah dengan perasaan dendam terhadap hal-hal yang diang_gap berbau kolonialis-imperialis, telah ikut mendorong timbulnya pergolakan sosial-potitik di dalam masyarakat, antara lain dicetuskan dalam bentuk bentuk aksi-daulat yang pada umunnya digerakkan oleh kaum radikal .Ada pun sasaran nya adalah pemerintahan daerah setempat yang dianggap ka_ki tangan penjajah. Sudah barang tentu hal semacam itu semakin memperkeruh situasi-kondisi Republik Indonesia yang boleh dikatakan masih bayi pada saat itu.

"
1984
S12673
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lasarus Atamou
"Latar Belakang Saat ini belum ada satupun negara di dunia yang terbebas dari TB. Secara global jumlah terdiagnosis TB tahun 2021 naik sekitar 600.000 dan tahun 2021 indonesia menduduki peringkat kedua TB terbanyak di dunia. Kasus ditemukan sebesar 45,7% saja sedangkan 54,3% kasus lainnya belum ditemukan dan dilaporkan. Kelurahan Jatijajar tahun 2022 sebesar 47 orang. Keterbatasan SDM kesehatan dan jangkauan yang luas merupakan kendala active case finding (ACF) di wailayah kerja puskesmas Jatijajar. Intervensi “Aksi Detoks” menggunakan teknologi berbasis aplikasi android dan pemberdayaan tokoh kunci TB secara langsung sebagai solusi memecahkan permasalahan tersebut. Tokoh kunci adalah kader TB dan tokoh masyarakat. Masyarakat dapat mengakses untuk mengetahuai edukasi TB, screening TB dan langsung terhubung dengan tokoh kunci TB. Tujuan: mengidentifikasi adanya pengaruh intervensi “Aksi Detoks” terhadap pengetahuan, sikap, keterampilan, ACF dan tingkat kemandirian keluarga. Metode: Desain penelitian ini adalah one group pretest posttest design, dilakukan dari tanggal 2 oktober 2022 sampai dengan 1 juni 2023 dengan sampel 20 orang yang dipilih menggunakan metode purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan ekslusi di wilayah kerja puskesmas Jatijajar kota Depok. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan uji T berpasangan. Hasil: Ada pengaruh setelah diberikan intervensi “Aksi Detoks” pada pengetahuan sikap dan keterampilan pada keluarga dengan nilai p<0,05 dan peningkatan active case finding sebesar 5 kasus postif TB serta kenaikan tingkat kemandirian keluarga dari kemandirian I dan II menjadi kemandirian III dan IV. Kesimpulan: Ada pengaruh intervensi “Aksi Detoks” terhadap pengetahun, sikap dan keterampilan, ACF dan kemandirian keluarga.

Background: Currently, no country in the world is free from TB. Globally, the number of people diagnosed with TB in 2021 will increase by around 600,000 and in 2021 Indonesia will be ranked second in the world for TB. Only 45.7% of cases are found while the other 54.3% of cases have not been found and reported. Jatijajar Village in 2022 amounted to 47 people. Limited health human resources and wide coverage are obstacles to active case finding (ACF) in the Jatijajar Puskesmas working area. The "Aksi Detoks" intervention uses android application-based technology and direct empowerment of key TB figures as a solution to solve these problems. Key figures are TB cadres and community leaders. The community can access to know about TB education, TB screening and directly connect with TB key figures. Objective: To identify the effect of "Aksi Detoks" intervention on knowledge, attitude, skills, ACF and family independence level. Methods: This research design is a one group pretest posttest design, conducted from October 2, 2022 to June 1, 2023 with a sample of 20 people selected using purposive sampling method according to the inclusion and exclusion criteria in the working area of Puskesmas Jatijajar, Depok City. The data obtained will be analyzed with the paired T test. Results: There was an effect after being given the "Detox Action" intervention on knowledge, attitudes and skills in the family with a p value of <0.05 and an increase in active case finding by 5 positive TB cases and an increase in the level of family independence from independence I and II to independence III and IV. Conclusion: There is an effect of the "Detox Action" intervention on knowledge, attitudes and skills, ACF and family independence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiatiningtyas
"Gerakan Assat yang terjadi pada tahun 1956 adalah, merupkan suatu gerakan ekonomi bangsa Indonesia. Persoalan yang diabhas dalam tulisan ini adalah tentang kekhawatiran masyarakat Indonesia akan dominasi orang-orang Cina dalam perekonomian Indonesia. Keadaan ini kemudian mengilhami para pengusaha Indonesia untuk mencari jalan pemecahan bagi kesenjangan ekonomi yang ada, karena langkah-langkah yang telah diambil oleh Pemerintah belum mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu maka dibentuk suatu organisasi sebagai wadah perjuangannya atau Badan Perjuangan KENSI. yang kemudian terkenal sebagai Gerakaan Assaat, yang diambil dari nama Mr. Assaat (Presiden RI pada masa RIS) sebagai orang yang dinilai sangat bersimpati terhadap penderitaan bangsanya. Sebenarnya yang dipersoalkan oleh gerakan ini tidak hanya masalah ekonomi, tetapi juga tentang sikap hidup golongan Cina dalam masyarakat Indonesia yang cenderung eksklusif dan tidak memiliki rasa nasionalis Indonesia. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa walaupun Gerakan Assaat menyebabkan kekerasan terhadap golongan Cina, tetapi sebenarnya Gerakan Assaat bukanlah Gerakan Rasdiskriminasi sebagamana dituduhkan oleh golongan CIna, karena sebenarnya yang dikehendaki oleh gerakan ini bukanlah kekerasan, tetapi keseimbangan ekonomi dan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi dari golongan Cina terhadap bangsa Indonesia. Semua itu hanyalah merupakan ungkapan emosional masyarakat pribumi terhadap suatu golongan yang selama ini telah dinilai kurang mampu membaurkan diri dan mengancam eksistensinya, khususnya dalam dunia ekonomi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soekarno, 1901-1970
"Buku ini berisi amanat Presiden Soekarno pada pelantikan Majelis Pimpinan Nasional Pramuka dan amanat presiden di depan para pramuka tanggal 14 Agustus 1961 ..."
Djakarta: Departemen Penerangan RI, 1961
K 301.43 SOE g
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Herly Ismail
"ABSTRAK
Penulis terkesan dengan gerakan Paderi, karena para pelopor penggeraknya adalah ulama-ulama yang mempu_nyai kekuatan semangat luar biasa. Gerakan Paderi ini mengganggu kedudukan kaum Adat dan kolonial Belanda khususnya di Minangkabau dan di tanah air kita pada umumnya. Selain itu penulis tertarik kepada usaha pembaharuan yang dilanjutkan oleh para ulama Minangkabau masa be_rikutnya, terutama di bidang pendidikan dan kemasya_rakatan, yang pada dasarnya gerakan Paderi mempunyai andil tidak sedikit dalam perkembangan pembaharuan di Minangkabau. Dalam menyusun karangan penulis menggunakan me_tode penelitian kepustakaan. Penelitian ini diadakan dengan maksud untuk mendapatkan sebanyak mungkin data yang berhubungan dengan apa yang dibahas di sini. Metode penulisan yang dipakai adalah metode deskriptif_

"
1985
S13233
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mastuti
"Gerakan Aceh Merdeka (GAM) merupakan salah satu ancaman serius terhadap kedaulatan negara Republik Indonesia, terutama dalam dua tahun terakhir. Keberadaan GAM dengan kekuatan yang seperti sekarang tentu tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kemunculan dan periode awal gerakannya, karena pada waktu itulah pondasinya dibangun. Oleh sebab itu, masalah GAM tidak akan dapat ditangani dengan baik tanpa menelaah periode awalnya. Dengan mengkaji periode tersebut, diharapkan dapat diketahui sebab-sebab kelahirannya, ideologi, taktik dan strategi, para pendukung, tujuan, dan tahapan aksi yang akan mereka lakukan.
Permasalahan-permasalahan yang ada akan coba ditelaah dengan menggunakan teori etnisitas dari David Brown, teori collective action dari Charles Tilly, dan konsep perang gerilya dari Nasution. Dalam eksplanasi ditekankan bahwa baik struktur maupun aktor memiliki peran yang sama pentingnya dalam melahirkan peristiwa.Tulisan yang tergolong dalam sejarah sosial politik ini pada prinsipnya ingin menjawab dua permasalahan utama, yaitu: bagaimana bentuk pemberontakan GAM dan mengapa GAM dapat bertahan lama.
Dari hasil penelitan yang dilakukan, diperoleh jawaban bahwa GAM merupakan gerakan separatis yang causal factor dari kelahirannya adalah karena bangkitnya nasionalisme etnis Aceh sebagai ekses dari kebijakan pemerintah pusat yang sangat sentralistis. Adapun penyebab GAM dapat bertahan sampai sekarang adalah karena akar-akar ideologisnya telah tertanama baik seiring keberhasilan penanaman kesadaran pada periode pertama dan juga karena adanya perubahan kebijakan pemerintah pusat dalam menangani gerakan-gerakan daerah. Ketidakjelasan sikap dan langkah dari pemerintah telah membingungkan aparat yang bekerja di lapangan. Mereka serba takut dalam melakukan tindakan yang membawa dampak fatal terhadap kondisi keamanan secara menyeluruh.
Kekecewaan yang berkembang luas dalam diri masyarakat Aceh terhadap perlakuan pusat telah menyebabkan munculnya tindakan-tindakan perlawanan, yang kemudian dengan cantik dimanfaatkan oleh GAM untuk mengekspoiltir dukungan massa. Di sini terjadi keseiringan gerak tentara GAM dengan gerakan perlawanan rakyat yang sesungguhnya gerakan perlawanan itu tidak bersifat separatis seperti GAM. Meskipun ada pengentalan perlawanan namun GAM tidak akan sampai menggulirkan sebuah revolusi, sebab koalisi yang terbangun tidak cukup kuat untuk melakukannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T4272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gading Publishing dan Paramadina, 2012
297.27 GER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lorentius Oky Pratama
"Penelitian ini mencoba memaparkan aksi gerakan Kaum Sangha di Vietnam yang memicu aksi protes dan penggulingan pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem dari kekuasaan. Paparan dimulai dengan menjelaskan pengaruh gagasan pembaharuan Buddhisme dari berbagai negara Buddha terutama China terhadap gerakan Kaum Sangha di Vietnam. Peran Kaum Sangha yang terutama adalah memberikan pencerahan agama kepada setiap orang di manapun berada. Namun pada masa pemerintahan Presiden Ngo Dinh Diem, kebebasan untuk beribadah tidak diberikan kepada penganut Buddha, hanya Katolik yang mendapat tempat utama. Pada akhirnya penelitian ini mengungkapkan tiga hal. Pertama, Presiden Ngo Dinh Diem tidak memberikan kebebasan beragama kepada penganut Buddha. Kedua, aksi bakar diri Thich Quang Duc pada tahun 1963 memunculkan dukungan dari masyarakat dunia, untuk memaksa Amerika Serikat berlaku keras kepada Ngo Dinh Diem. Ketiga, ketidakpuasan Kaum Sangha terhadap pemerintahan menjadi dasar legitimasi aksi kudeta menggulingkan Ngo Dinh Diem dari kekuasaan.

This research tries to explain the Sangha’s movement in Vietnam which triggered protest action and down falling Ngo Dinh Diem’s authority as a president. The description begins with an explanation about the effect of Chinese centered Buddhism revival idea on Sangha’s movement. The Sangha’s main role was giving religious enlightenment to everyone. Unfortunately, religious liberty wasn’t given to the Buddhist because of the only priority given to the Catholics. Ultimately the research reveals of three things. First, Ngo Dinh Diem as a president didn’t give freedom worship to the Buddhist. Then, self immolation done by Thich Quang Duc in 1963 had created world supports to have USA determine a harder attitude toward Ngo Dinh Diem. And the last, Sangha’s discontentment toward government became legitimation of coup d’état on overthrowing Ngo Dinh Diem’s power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S119
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Deviatika
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aksi repertoar digital berperan dalam membentuk sebuah aksi gerakan sosial beserta strateginya dalam kasus Candlelight Movements tahun 2008 di Korea Selatan. Menurut Charles Tilly sebuah gerakan sosial membutuhkan aksi repertoar yang menekankan kepada inovasi-inovasi strategi. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, aksi repertoar turut mengembangkan strateginya kepada pemanfaatan media-media internet. Strategi yang tergolong inovatif tersebut tepat dilakukan di Korea Selatan sebagaimana negara tersebut menduduki peringkat tertinggi dunia dalam angka penggunaan internet diawal tahun 2000-an. Kasus Candlelight Movements tahun 2008 ini dianalisa melalui teori aksi repertoar digital (digitalized action repertoires). Teori aksi repertoar digital yang digagas oleh Jeroen Van Laer dan Peter Van Aelst memercayai bahwa kehadiran media internet memudahkan pelaksanaan aksi dalam segi pembagian informasi dan mobilisasi.
Untuk melakukan penelitian ini, digunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus. Berdasarkan konsep aksi repertoar digital, Candlelight Movements tahun 2008 digolongkan sebagai gerakan sosial yang didukung penuh oleh media internet (internet-supported). Rangkaian strategi dalam tahap sebelum melaksanakan aksi tersebut menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi. Aksi repertoar digital berimplikasi kepada partisipan dari Candlelight Movements tahun 2008 yang beragam dan terbesar sepanjang sejarah Korea Selatan. Serta, menggambarkan komitmen masyarakat sipil yang cukup tinggi atas keikutsertaan mereka dalam proses politik di Korea Selatan. 

This paper aims to assess how digitalized action repertoires has helped in shaping social movement and its strategies in the case of South Koreas Candlelight Movements in 2008. Charles Tilly suggests a notion of repertoires of action, which means social movement needs of innovative sets of strategies. In this digital age, the repertoires of action expanded it strategies into the role of internet media. Such innovative strategies was perfectly in line with South Koreas internet traffic ranking as the highest in the world in the early 2000s. The 2008s Candlelight Movements would be analysed through digitalized action repertoires theory proposed by Jeroen Van Laer dan Peter Van Aelst. Both theorists believe that the present of internet media would help the society to build relations, mobilizations, and collecting informations. In the end, the relations that were built on the internet would easily shape the movement.
This research was conducted by using a qualitative method and a case study approach. According to the theory, the 2008s Candlelight Movement can be classified as social movement which was entirely internet supported. The digitalized action repertoires which happened before the movement showed the high threshold of peoples participation in political process in South Korea. It also impacted the Candlelight Movements to became the biggest and longest movement in the history of South Koreas democracy. 
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reihan Prasetya
"Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) merupakan sebuah kelompok gerakan oposisi politik masyarakat sipil yang dibentuk pada tanggal 18 Agustus 2020 sebagai bentuk gerakan perlawanan terhadap rezim pemerintahan Joko Widodo. Dalam melakukan aksi-aksi politiknya, gerakan KAMI hanya bergerak melalui penyampaian kritik kepada pemerintah yang dilakukan oleh masing-masing deklaratornya. Berbagai strategi dilakukan oleh gerakan KAMI untuk membangun kekuasaan dan mencapai kepentingan politiknya di Indonesia. Dengan menggunakan teori Oposisi Demokrasi menurut Alfred Stepan (1997) dan teori Strategi dan Sumber Daya Gerakan oleh Paul Almeida (2019), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh gerakan oposisi politik KAMI dalam perannya mengkritik dan sebagai penyeimbang kekuatan pemerintah untuk membangun kekuasaan dan mencapai kepentingan politiknya di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik penelitian wawancara sebagai data primer; serta studi kepustakaan sebagai data sekunder. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kehadiran gerakan KAMI sebagai gerakan oposisi politik tingkat masyarakat tidak terlepas dari upaya membangun kekuasaan dan kepentingan politiknya melakukan berbagai strategi politik yang dilakukan oleh KAMI. Selain itu, Peneliti juga menyimpulkan bahwa para deklarator KAMI lebih memilih untuk melakukan aksi-aksi penyampaian kritiknya secara individu dibandingkan harus melakukan aksi mobilisasi massa secara kolektif. 

The Coalition for Action to Save Indonesia (KAMI) is a civil society political opposition movement group formed on August 18, 2020 as a form of resistance movement against Joko Widodo's government regime. In carrying out its political actions, the KAMI movement only moves by conveying criticism to the government carried out by each of its declarators. Various strategies were carried out by the KAMI movement to build power and achieve its political interests in Indonesia. By using the theory of Democratic Opposition according to Alfred Stepan (1997) and the theory of Movement Strategy and Resources by Paul Almeida (2019), this study aims to determine the strategy carried out by the KAMI political opposition movement in its role of criticizing and as a counterbalance to government power to build power and achieve its political interests in Indonesia. This study uses qualitative research methods with interview research techniques as primary data; as well as literature studies as secondary data. The results of the study conclude that the presence of the KAMI movement as a community-level political opposition movement is inseparable from efforts to build power and its political interests in carrying out various political strategies carried out by KAMI. In addition, the researcher also concluded that KAMI declarators prefer to carry out actions to convey their criticism individually rather than having to carry out mass mobilization actions collectively."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>