Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47589 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaenal Abidin
"KPH (Koninklijke Paketvaart-Maatschappij) adalah perusahaan pelayaran Belanda yang memegang hak monopoli atas pelayaran antarpulau di Indonesia sejak 1890. Dalam mempertahankan monopolinya KPM mempergunakan berbagai cara yang sifatnya menghambat, seperti tidak memberikan fasilitas baik itu pelabuhan maupun pinjaman bank terhadap para pesaingnya. Akibatnya perusahaan-perusahaan pelayaran yang dikelola oleh pribumi sulit berkembang. Tahun 1942-1945, KPM menghentikan sementara usaha pelayarannya karena pendudukan Jepang terhadap Indonesia. Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, bersamaan dengan datangnya kembali Belanda di Indonesia, KPM kembali menjalankan usaha pelayarannya di Indonesia. Sementara itu Pemerintah Indonesia yang telah merdeka menganggap bahwa kembalinya KPM di Indonesia menimbulkan kecurigaan terhadap kembalinya dominasi modal asing di Indonesia. Untuk itulah Pemerintah berkeinginan untuk menggantikan peranan KPM di Indonesia, maka baru pada tahun 1952 Pemerintah Indonesia membentuk PELNI (Perlayaran Nasional Indonesia). Dalam perkembangannya sejak berdirinya PELNI mengalami berbagai hambatan dalam usaha perkembangannya salah satunya adalah masih beroperasinya KPM di Indonesia. Sejak tahun 1957, ketika KPM dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia, maka PELNI sebagai perusahaan dalam negeri yang paling dominan menggantikan peranan KPM. PELNI mengalami berbagai kemajuan yang menyolok baik itu jumlah armada, pangsa muatan barang dan penumpang, serta luasnya pengoperasian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peristiwa nasionalisasi KPM tahun 1957 merupakan titik tolak berkembangnya pelayaran nasional Indonesia..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ernandi
"Skripsi ini membahas peranan PELNI dalam perkembangan pelayaran nusantara pada 1969 - 1998. PELNI adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beroperasi dalam transportasi laut. Negara berperan dalam keberlangsungan PELNI. Perhatian negara atas PELNI memperlihatkan bagaimana perhatian negara dalam membangun perhubungan lautnya. Pada masa Orde Baru, PELNI berubah status menjadi Persero yang diharuskan menargetkan keuntungan dan membawa misi pemerintah. Hasil Penelitian ini adalah PELNI yang menjadi kurang efektif memenuhi kedua targetnya karena terkadang dua kepentingan itu saling berbenturan.

This thesis discusses the role of PELNI in development nusantara shipping in 1969 - 1998. PELNI is one of the State-Owned Enterprises (Badan Usaha Milik Negara) operating in the marine transportation. As State-Owned Enterprises, the state plays a role in sustainability of PELNI. Concern of the state over PELNI shows how the nation's attention in establish sea transportation. During the New Order, PELNI changed it?s status to be Persero that required to bring the government mission and profits target. The results of this study are PELNI become less effective to accomplish both target because sometimes that both interest collide."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewik Untarawati
"Tesis ini membahas dinamika penerbangan sipil di Hindia Belanda yang dimulai sejak 1November 1928-1942 oleh maskapai Koninklijke Nederlandsch Indische LuchtvaartMaatschappij KNILM. KNILM merupakan anak perusahaan KLM yang diberikan hakmonopoli oleh Pemerintah Belanda untuk mengoperasikan penerbangan sipil di Hindia Belanda.KNILM dibentuk berdasarkan persetujuan dari beberapa perusahaan besar seperti DeliMaatschappij, BPM, KPM, NHM, HVA, dengan Pemerintah Hindia Belanda. Keterlibatan Pemerintah Hindia Belanda juga besar dalam pembentukan KNILM karena pemerintah berperanaktif dalam memberikan subsidi setiap tahun. Penelitian ini ditulis dengan menggunakan metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa KNILM telah berperan dalam memperkenalkan dan mengembangkan penerbangan sipil di Hindia Belanda melalui upayanya dalam melakukan ekspansi rute penerbangan baik di kepulauan Hindia Belanda dan beberapa negara tetangga seperti Singapura, Australia, dan Indo-China. KNILM juga melakukan ekspansi sarana dan prasarana yangmeliputi, pembelian pesawat-pesawat baru, penyedian pilot dan tenaga ahli lain nya melalui pelatihan dan pendirian sekolah penerbangan, pemenuhan bahan bakar, hingga pembangunan bandara lengkap dengan fasilitas akomodasi untuk menunjang penerbangan sipil. KNILM berperan dalam mendorong perkembangan ekonomi melalui penyediaan layanan pengangkutan penumpang, barang, dan khusus. Rute-rute udara KNILM telah membentuk sebiah jaringan udara yang mampu menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya di Hindia Belanda. Jaringan udara tersebut pada akhirnya menciptakan integrasi wilayah, sosial, dan budaya diHindia Belanda.

This study focuses on the dinamycs of civil aviation in the Netherlands East Indies from 1928 to1942. Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij KNILM . The airline was a subsidiary of KLM, centered in Amsterdam. The Royal Dutch Government gave a monopoly right to the airline to run civil aviation in the Netherlands East Indies. KNILM was established by several big companies such as, Deli Maatschappij, BPM, KPM, NHM, HVA, and the Government of the Netherlands East Indies. The government played an important role to actively support by giving a subsidy annually. This research based on a historical method including, heuristic, critic, interpretation, and historiography.
The purpose of the study is to describe how the KNILM roles both, in introduction and development of civil aviation by a series of efforts toexpand air routes in the Netherlands East Indies and in the its neighborhood countries whichcovered Singapore, Australia, and Indo China as well. KNILM also expanded facilities to support civil aviation including, purchase several new type of aircrafts, arrangement of pilots by some training programs and establishment of flying school, supply of sufficient petrol, and the establishment some new airports that equipped with accommodation facilities. KNILM also hadboosted economies by providing services of people, freight, and special carriage. Air routes ofKNILM had created air networks that enabled to connect one island to other islands in theNetherlands East Indies. Those air networks eventually integrated the Netherlands East Indiesnot only in regional, but also in social and cultural integration."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Safitri
"Penelitian tentang nasionalisasi NHM 1957-1960 dilakukan untuk menjelaskan mengenai kondisi NHM sebelum nasionalisasi, berjalannya proses nasionalisasi, dan kondisi NHM setelah di nasionalisasi. Penjelasan ini diharapkan dapat memberikan jawaban mengenai munculnya kebijakan pemerintah Indonesia menasionalisasi NHM. Pengumpulan data dilakukan melalui pencarian sumber primer dan sekunder. Kemudian dari data yang didapatkan diolah sesuai dengan aturan dalam metode penulisan sejarah. Nasionalisasi NHM berdasarkan pada PP no. 44/1960 dan melalui SK mentri keuangan No.261206/B.U.M tanggal 30 November 1960, yang menetapkan ketentuan-ketentuan tentang penyerahan segala hak dan kewajban, perlengkapan, dan kekayaan serta usaha perusahaan NHM N.V di indonesia kepada BKTN (Bank Koperasi Tani dan Nelayan). Dari telaah sumber didapatkan bahwa Kebijakan pemerintah Indonesia untuk menasionalisasi NHM berawal dari realitas politik dan ekonomi yang berkembang pasca perang kemerdekaan. Memasuki tahun 1950 semangat untuk melepaskan diri dari intervensi asing semakin kuat. Puncaknya adalah pada tahun 1957 ketika hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Belanda semakin memburuk. Kegagalan memperjuangkan Irian Barat melalui jalan diplomasi, mengakibatkan pemerintah Indonesia menempuh cara lain yaitu dengan melancarkan aksi-aksi untuk mengambil alih NHM. Nasionalisasi NHM berjalan tanpa proses perlawanan dari pihak Belanda. Sikap Belanda yang tanpa perlawanan selain disebabkan karena status Indonesia sudah merdeka dan dukungan dari buruh yang bekerja pada NHM juga dikarenakan lemahnya posisi Belanda dalam politik Internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cintha Estria
"Kebakaran merupakan salah satu risiko yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja dalam kegiatan pelayaran kapal laut, risiko terjadinya kebakaran di kapal laut cukup besar karena jumlah kasus kebakaran menduduki peringkat kedua setelah jumlah kasus tenggelamnya kapal. International Maritime Organization (IMO) mengeluarkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk menjamin keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi, salah satunya yaitu SOLAS ?74 (Safety of Life at Sea). Terkait dengan tingginya tingkat risiko kebakaran yang dapat terjadi di kapal laut dan menyebabkan kerugian finansial yang cukup besar bahkan sampai menelan korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit, maka diperlukan suatu sistem penanggulangan kebakaran khususnya pada kapal penumpang.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekriptif kualitatif dengan pendekatan observasional dan wawancara. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui evaluasi sistem penanggulangan kebakaran di KM Lambelu dengan membandingkan faktor-faktor didalam sistem penanggulangan kebakaran yang meliputi: sarana proteksi aktif (berupa: detektor dan alarm, hidran dan fire pump, sprinkler dan APAR), sarana proteksi pasif (berupa: escape (pintu, tangga, petunjuk arah dan jalan keluar darurat) emergency lighting (penerangan darurat), muster station (tempat berkumpul), fire door (pintu tahan api), lifebuoy (pelampung), lifejacket (jaket pelampung) dan survival craft (lifeboat, rescue boat dan liferaft)) dan manajemen penanggulangan kebakaran (berupa: organisasi penanggulangan kebakaran, prosedur penanggulangan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran) dengan standar dalam SOLAS ?74.
Berdasarkan hasil penelitian, KM Lambelu mempunyai risiko kebakaran berat namun kapal sudah diproteksi baik secara desain konstruktif dan sarana proteksi kebakaran kapal yang lulus standar IMO. Untuk sarana proteksi kebakaran aktif dan pasif sudah dilengkapi dengan semua persyaratan sebuah kapal penumpang hanya saja kondisi dari sarana proteksi kebakaran tidak terjaga dengan baik. Sedangkan manajemen penanggulangan kebakaran di KM Lambelu sudah berjalan baik. Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu mengintegrasikan sistem yang ada di kapal dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 demi berjalannya keselamatan dan kesehatan kerja di atas kapal, melakukan identifikasi sumber bahaya kebakaran di kapal lebih mendalam serta memelihara sarana proteksi kebakaran aktif maupun pasif."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budiman
"Kondisi lingkungan makro saat ini menyebabkan industri pelayaran nusantara semakin terpuruk. PT. PELNI sebagai badan usaha milik negara yang bergerak pada industri pelayaran Indonesia dan sebagai market leader dalam industri ini terus mengalami penurunan jumlah penumpang. Merosotnya jumlah penumpang ini diawali sejak tahun 2000 pada scat pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan pasar bebas dalam industri penerbangan. Kebijakan ini mengizinkan investor swasta untuk mendirikan perusahaan penerbangan dengan hanya menetapkan tarif batas atas sebagai pengendali sehingga tiap maskapai penerbangan baru tersebut Baling bersaing untuk menurunkan harga (price war). Perang harga ini berhasil menyedot penumpang kapal taut dan kereta api karena tipisnya disparitas tarif antara pesawat dan kapal Taut. Di sisi lain waktu tempuh pesawat jauh lebih singkat. Akibatnya sejak tahun itu jumlah penumpang yang diangkut terus menurun rata-rata satu juta penumpang pertahun.
Di scat PT.PELN1 sedang berusaha untuk mengatasi kesulitan keuangan akibat menurunkya volume penumpang, pemerintah mengeluarkan kebijakan kenaikkan harga badan bakar minyak (BBM) hingga 29% pada tanggal I Maret 2005 dan kemudian disusul kenaikan hingga 100% tujuh buian kemudian tepatnya di tanggal i Oktober. Harga solar sebeiumnya sebesar Rp.2.200 perliter melonjak menjadi Rp.4.300 perliter. Hal ini sangat memberatkan PT. PELNI sebab kontribusi BBM terhadap total biaya operasional mencapai 59%.
Akibatnya, biaya operasional kapal penumpang PT.PELNI per mile-nya mencapai Rp 738 Rp.315 perorang. Tarif penumpang ini masih terus berlaku dan tidak dapat dinaikkan oleh PT.PELN1 tanpa memperoleh persetujuan dari pemerintah.
Untuk mengatasi biaya operasi yang besar dan terus menurunnya volume penumpang, PT.PELNI berencana untuk menerapkan strategi altematif dengan mengubah bisnis model yang sudah ada. Adapun strategi altematif itu berupa perubahan modifikasi armada kapal dari sebelumnya hanya mampu untuk mengangkut penumpang, nantinya akan mampu untuk mengangkut angkutan barang dan kendaraan. Konsep perubahan bisnis model ini dinamakan dengan modifikasi "Three in One". Namun dengan dilakukannya perubahan strategi yang berakibat pada perubahan bisnis model, akan menimbulkan dampak yang luas pada kelangsungan hidup suatu merek.
Dengan berubahnya bisnis model, tentunya akan mengakibatkan perubahan brand equity dari suatu merek yang akan berimbas pada Brand Layaliiy, Brand Awareness, Perceived Quality dan Brand Association dan faktor lainnya yang berpengaruh terhadap brand assets. Untuk itulah dibutuhkan suatu pengukuran terhadap konsumen potensial agar dapat diketahui seberapa jauh perubahan ini akan berpengaruh terhadap merek PT.PELNI dan juga untuk mengukur perlu atau tidaknya perubahan ini dilakukan dengan berpedoman pada perubahan Brand equity. Pengaruh yang dirasakan akibat perubahan ini akan berdampak pada brand karena dengan adanya suatu perubahan akan menimbulkan reaksi balk positif maupun negatif dari berbagai kalangan baik( internal maupun eksternal.
Pengukuran ini dilakukan pada 100 orang responden yang merupakan penumpang dari kapal PELNI saat kapal akan diberangkatkan. Pengambilan sampel ini diambil berdasarkan dari jumlah populasi kapasitas kapal terbesar yaitu 4000 penumpang dengan diproses menggunakan metode Slovin. Pada penarikan sampel ini dilakukan dengan menggunakan metode penarikan non probabilitas yaitu convenience sampling terhadap responden yang berada di lokasi penarikan sampel dengan mempertimbangkan pemilihan secara acak.
Dari hasil penelitian ini didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain Merck PT.PELNI saat ini masih sebagai "Top of Mind' dari jasa layanan transportasi terhadap penumpang yang pertama kali dapat langsung mengingat merek PT.PELNI dalam benak pikirannya. PT.PELNI menempati posisi kedua dalam "Brand recall" terhadap responden yang memiliki kesadaran terhadap merek PT.PELNI tanpa bantuan tertentu. Dalam penelitian ini PT.PELNI masih belum dapat menggungguli Garuda Indonesia yang menempati posisi tertinggi.
Dalam pengukuran Brand Recognition diperoleh persentase sebesar 32% responden yang dapat mengingat PT.PELNI setelah memperoleh alat bantu untuk mengingatnya. Merck PT.PELNI memiliki 5 buah elemen "Brand association" yang sangat kuat terhadap mereknya karena PT.PELN1 diasosiasikan secara kuat sebagai perusahaan BUMN, perusahaan pelayaran tua dan kuno, perusahaan pelayaran dengan fasilitas yang aman dan terjamin. memiliki tarif yang murah serta rute pelayaran yang Was.
PT.PELNI memperoleh perceived quality dengan persepsi yang hampir mendekati bail( di dalam benak konsumennya terhadap keseluruhan kualitas yang diberikan oleh perusahaan jasa pelayaran ini. Hasil pengukuran "Brand Switching' PT.PELNI menunjukkan sebagian besar responden memilih untuk tidak berpindah jasa pelayaran dan disimpulkan juga brand switching di PT.PELNI jarang terjadi.
Dari pengukuran "Habitual buyer`. terhadap PT.PELNI menunjukkan sebagian besar responden cenderung lebih memilih untuk menggunakan jasa pelayaran PT.PELNI dengan melihat dari situasi dan kebutuhannya. Dalam kategori "Satisfied buyer", PT_PELN1 mernperoleh rata-rata responden merasakan hampir puns dengan pelayanan yang diberikan. Dari basil pengukuran "Liking the Brand" menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung menyukai merek PT_PELNI.
Berdasarkan basil pengukuran "Commited buyer" menunjukkan responden hanya kadangkadang saja memberikan rekomendasi kepada saudara maupun kerabat sehingga commited buyer di PT.PELNI juga disimpulkan masih biasa-biasa saja.
Berdasarkan basil pengukuran "Perceived Quality" setelah PT.PELNI mengubah bisnis modelnya, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden beranggapan bahwa dengan adanya perubahan bisnis model dari PT.PELNI, akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas secara keseluruhan.
Dari pengukuran "Brand Switching" PT.PELNI menunjukkan 33% responden nnenginginkan untuk berpindah jasa transportasi lainnya, khususnya transportasi udara setelah dilakukannya perubahan bisnis model.
Berdasarkan basil pengukuran "Camitted buyer" dapat disimpulkan terjadinya kecenderungan penurunan jumlah responden yang akan merekomendasikan PT.PELNI kepada saudara maupun kerabat dibandingkan dengan jumlah responden sebelum perubahan bisnis model dengan persentase penurunan dari 33% turun menjadi 24%.

The current macro condition is putting the national shipping industry in a bad shape PT PELNI, a state owned enterprise that operates and has become the market leader in the shipping industry, suffers a persistent decline in number of passengers. The decline had taken place since 2000 at a time when the government first adopted a free-market policy in the airline industry. The policy allows private investors to set up airlines with the government controlling the tariffs only by determining their ceiling prices, which has forced the newly established companies to engage in a fierce price-war. The price war eventually pushed up air travelers but all the while pushed down passengers for sea and land transportations as the price margin between the three services narrower. Moreover, air travel is much faster than sea travel. Consequently, the number of ship passengers had been declining since 2000 by an average of one million a year.
While PT PELNI was struggling financially as a result of the declining passengers, the government in March 1, 2005 hiked the prices of domestic fuels by 29% and again seven month later by over 100%. As a result, the price of gasoline diesel jumped from Rp 2,200 a liter to Rp 4,300 a liter. This put PT PELNI under a lot of pressure as fuel cost contributes around 59% to the company's total operational costs.
The operational cost of PT PELNI per mile reaches Rp 738 per person, while the economic class fare determined by the government stands at Rp 316 per person. The fare has not been changed until now and cannot be raised by PT PELNI without the approval from the government.
To overcome the high operational costs and declining passengers, PT PELN1 plans to introduce an alternative strategy by revising the existing business model. The alternative strategy in question is by changing the ship modification from ships that are originally designed for passengers to the ones that could also transfer goods and vehicles. This business model transition is called the "Three in One" modification. However, the new strategy which leads to a business model change will cause significant impact to the life of a brand.
A change in business model will no doubt cause a change in brand equity which leads to a shift in Brand Loyalty, Brand Awareness, Perceived Quality and Brand Association and other factors that will all influence the brand assets. That is why a measurement toward potential customers is needed in order to find out how far this change of strategy affects the PT PELNI brand and whether it is necessary, or not, to measure this change of strategy based on a change in Brand equity. The impact of this change will affect the brand as a change draws reactions, be it positive or negative, from various parties, both internal and external.
The measurement is conducted on 100 respondents who are all the passengers of PT PELNI just before departure. This sample is taken based on the ship's capacity of 4000 passengers using the Slovin method. The process of identifying the sample uses the non-probability method of convenience sampling on random respondents on the spot.
Several conclusions from the study, among others:
The PT PELNI brand at present remains as the "Tap of the Mind" in the transportation service on passengers who can identify directly the PT PELNI brand on their minds.
PT.PELNI occupies the second place in "Brand recall" on respondents who have the awareness to the PT PELNI brand without any help. This study finds that PT PELNI still lags behind Garuda Indonesia which occupies the top spot.
In the Brand Recognition category, 32% of respondents can indentify PT PELNI after receiving a helping hand to remember it.
The PT PELNI brand has 5 strong "Brand association" elements. It is strongly associated with a state-owned company, an old and conservative shipping company, a shipping company with safe and guaranteed facilities, low fare and wide-range of route networks.
PT PELNI gets a perceived quality with a perception that is close to `good' in the customers' minds when it comes to the overall quality that the company provides.
From the "Brand Switching" catagory, the majority of PT PELNI customers choose not to switch company, the conclusion is that brand switching in the case of PT PELNI is rare.
From the measurement of "Habitual buyer" on PT.PELNI, it shows that the majority of respondents tend to choose to use PT PELNI service judging from the situation and needs.
In the "Satisfied buyer" category, most respondents feel almost satisfied with the services that PT PELNI provides.
In the "Liking the Brand" category, the majority of respondents tend to like PT PELNI brand.
In the "Commited buyer" category, respondents only once in a while recomment PT PELNI service to their families or close relatives, leading to a conclusion that commited buyer toward the company os just avarage.
On the measurement of "Perceived Quality" after PT.PELNI changes its business model, it shows that the majority of respondents think that with this change, there will be a decline in the overall quality of services given by the company.
In the "Brand Switching" category, it shows that 33 percent of respondents want to move to other transportation service providers, especially the air transportation after PT.PELNI changes its business model.
On the "Committed buyer" category, it can be concluded that there is a declining tendency in number of respondents that will recomment PT PELNI to their families or close relatives as compared to the number of respondents before the change in business model takes place, from 33% to 24%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianne Frisko K.
"Perubahan lingkungan di era revolusi informasi saat ini, mengakibatkan tingkat persaingan di beberapa industri meningkat, tak luput pula industri transportasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan negara yang semula memonopoli tiap sektor dalam industri transportasi yang meliputi darat, laut, dan udara, kini menghadapi situasi yang mengharuskan BUMN tersebut bersaing dengan meningkatkan daya saing guna mempertahankan eksistensi tiap perusahaan yang ada.
PT PELNI sebagai salah satu BUMN di sektor transportasi laut, yang mengemban misi sosial sebagai pelayan masyarakat, tengah dalam upaya memperbaiki kinerja perusahaan yang terpuruk akibat perubahan lingkungan diantaranya dipicu oleh kondisi ekonomi masyarakat Indonesia dan persaingan dari sektor transportasi udara.
Berbagai kendala yang melekat dalam karakteristik PT PELNI sebagai perusahaan negara, diantaranya budaya kerja inefisiensi dan birokratis dengan banyaknya instansi terkait dalam perusahaan dengan kepentingannya masing-masing, lemahnya profesionalisme pengelolaan sumberdaya manusia ditambah dengan kondisi ekonomi, politik dan keamanan yang belum kondusif, turut memicu memburuknya kinerja PT PELNI beberapa tahun terakhir.
Berdasar peta strategi dari perspektif keuangan dan non keuangan yang ada di PT PELNI dalam kerangka balanced scorecard, dengan membidik segmen pasar masyarakat yang peka terhadap harga, strategi utama perusahaan yang sebaiknya dijadikan landasan formulasi dan pelaksanaan upaya-upaya strategis adalah "Low Total Cost? yaitu dengan berupaya melakukan efisiensi internal dengan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada sehingga dapat menghasilkan produk jasa layanan angkutan dengan harga yang termurah di banding pesaing dalam industri dengan tetap menjaga kualitas layanan yang prima sesuai permintaan segmen pasar yang dibidik.
Untuk keberhasilan beberapa upaya strategis yang sedang dan akan dilakukan PT PELNI dalam meningkatkan kembali daya saingnya, berlandaskan penciptaan proposisi nilai Low Total Cost, maka dalam pelaksanaannya sebaiknya perlu diarahkan dengan berdasar pada prinsip-prinsip yang terkandung dalam strategy-focused organization. Diawali dengan penjabaran strategi utama demi terciptanya pemahaman strategi yang searah, sehingga dapat dilakukan penyelarasan strategi masing-masing divisi dengan strategi utama, yang secara langsung mendorong tiap karyawan untuk menjadikan strategi sebagai pedoman kerja sehari-hari dengan imbalan jasa yang seimbang. Dukungan para pimpinan perusahaan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan strategi perusahaan dengan sikap pimpinan yang senantiasa mengevaluasi strategi yang ada apakah sesuai dengan situasi lingkungan dimana perusahaan ada.
Pelaksanaan upaya-upaya strategis dengan penerapan konsep strategy-focused organization oleh seluruh karyawan dengan dukungan tim pimpinan yang ada, diharapkan dapat kembali meningkatkan daya saing PT PELNI ditengah persaingan jasa transportasi saat ini dan dimasa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rejeki Widiastiarani
"ABSTRAK
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan mengurangi semua fungsi organ, seperti mengeluarkan sistem muskuloskeletal dan sistem kardiovaskular, menyebabkan penurunan risiko pada orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tekanan darah dan risiko jatuh pada pasien usia lanjut di rumah sakit PELNI dengan 111 sampel penelitian pemenang (usia rata-rata = 68,96 ± SD 6,832). Variabel independen: tekanan darah harus menggunakan aneroid sphigmomanometer, dan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen: risiko penurunan adalah kuesioner Morse Falls Scale (MFS). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan menganalisis data menggunakan uji coba Gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 36,9% lansia di ruang rawat inap Rumah Sakit PELNI memiliki tekanan darah sistolik dalam kategori prehipertensi dan 64,8% lansia di ruang rawat inap Rumah Sakit PELNI menyediakan darah diastolik dalam kategori prehipertensi dan 99% lansia .

ABSTRACT
Aging is a physiological process that will reduce all organ functions, such as removing the musculoskeletal system and the cardiovascular system, causing a reduced risk in the elderly. This study aims to determine the relationship between blood pressure and fall risk in elderly patients in PELNI hospitals with 111 winning study samples (mean age = 68.96 ± SD 6,832). Independent variable: blood pressure must use an aneroid sphigmomanometer, and instruments used to measure the dependent variable: the risk of decreasing is the Morse Falls Scale (MFS) questionnaire. The sampling technique used in this study was purposive sampling, by analyzing data using Gamma trials. The results showed that 36.9% of the elderly in the inpatient ward PELNI Hospital had systolic blood pressure in the prehypertension category and 64.8% of the elderly in the inpatient ward PELNI Hospital provided diastolic blood in the prehypertensive category and 99% were elderly."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswoyo
"BASTRAK
Pada Repelita VI Tahun 1994-1999 telah dicanangkan sasaran jasa-jasa di luar sektor minyak dan gas bumi, yang berupa jasa nonfaktor dan pendapatan faktor. Namun demikian, pada perencanaan sasaran tersebut dijumpai adanya nilai defisit yang semakin membesar, yaitu pada pengangkutan, biaya angkutan, dan jasa-jasa lain, serta bunga dan transfer keuntungan penanaman modal asing dan bank asing. Sementara itu, pada sektor jasa perjalanan, pariwisata, dan transfer tenaga kerja menunjukkan perangkaan yang selalu surplus.
Pokok masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor internal dan eksternal apa yang mendukung dan menghambat usaha pelayaran nasional Indonesia, apakah Paket November 21 Tahun 1988 dapat meningkatkan usaha pelayaran di Indonesia, dan strategi apa yang harus ditempuh oleh pemerintah untuk menumbuhkembangkan usaha pelayaran nasional Indonesia di masa yang akan datang ?
Data yang digunakan sebagai bahan analisis diperoleh dari data sekunder dengan mengumpulkan laporan-laporan, buletin-buletin, dan pustakan lain yang kompeten dengan usaha pelayaran di Indonesia. Penelitian ini juga dilengkapi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang mendalam dengan para pengambil keputusan yang berkepentingan dengan usaha pelayaran. Wawancara dilakukan terhadap pejabat pada Direktorat Jenderal Lalulintas Angkutan Laut dan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat INSA.
Berdasar hasil analisis menunjukkan bahwa Paket November 21 Tahun 1988 mempunyai pengaruh yang besar dan positif terhadap usah pelayaran di Indonesia, seperti jumlah perusahaan pelayaran dan nonpelayaran mengalami peningkatan dan pangsa dan laju pertumbuhan jumlah dan kapasitas kapal pada armada pelayaran internasional meningkat. Namun demikian, perlu diakui pula bahwa kebijakan ini juga mempunyai dampak yang negatif, seperti ekses demand tenaga kerja pelaut profesional disubstitusi oleh tenaga kerja asing.
Sehubungan dengan penerapan Paket November 21 Tahun 1998, saran yang disampaikan adalah Indonesia harus mempercepat pengembangan kapal samudera modern yang bertonase besar. Tranparansi kinerja industri strategis perkapalan harus ditingkatkan. Pemerintah perlu melakukan diplomasi anti dumping terhadap operasionalisasi kapal oleh negara pemilik kapal atau perusahaan.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>