Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desrika Retno Widyastuti
"Kebudayaan suatu masyarakat bersifat dinamis, selalu berubah. Salah satu bentuk perubahan kebudayaan adalah melalui akulturasi/percampuran. Proses akulturasi dapat terjadi bila dua kebudayaan dalam masyarakat atau bangsa, masing-masing memiliki kebudayaan. tertentu lalu saling berhubungan. Selain itu proses akulturasi juga ditentukan pula oleh tingkat kebudayaan suatu bangsa, jika tingkat kebudaayan kedua bangsa sama atau hampir sama, maka kemungkinan menerima kebudayaan asing sangat besar, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini terbatas hanya pada Kompleks Asta Tinggi Sumenep sebagai salah satu hasil kebudayaan yang bernafaskan Islam (yang sudah tercampur dengan hasil proses pra Islam). Penelitian dilakukan untuk mengetahui adanya akulturasi dengan unsur kebudayaan asing (Eropa dan Cina, Islam) dan mengetahui besarnya pengaruh tersebut pada Kompleks Asta Tinggi Sumenep. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah melalui (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, (c) penafsiran data. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah adanya pengaruh unsur kebudayaan Cina, Islam dan Eropa. Pengaruh Cina tidak begitu besar, terbatas pada seni hias dan ukir yang terdapat pada rana kayu cungkup B, C dan D serta pada prasasti di dalam cung_kup F. Pengaruh Islam hanya terlihat pada kaligrafi yang berbentuk prasasti di Gapura D, kelir, prasasti dalam cungkup F, pada rana batu cungkup D serta pada nisan. Unsur kebudayaan Eropa besar pengaruhnya pada arsitektur di Kompleks Asta Tinggi Sumenep yang terli_hat pada pagar keliling, gapura dan bentuk cungkup F (cungkup Pnb. Sumolo). Ciri-ciri arsitektur Eropa yang menonjol di Asta Tinggi adalah arsitektur Inggris. Hal ini menguatkan pendapat Soekmono yang mengatakan gapura di halaman timur Kompleks Asta Tinggi mendapat pengaruh Inggris (Soekmono, 1985 : 114). Walaupun di Kompleks Asta Tinggi Sumenep banyak mendapat pengaruh asing namun pada bagian-bagian yang dianggap suci masih berakar pada unsur kebudayaan pra Islam, seperti bentuk makam, keletakan makam, penem_patan gapura berdasarkan jenisnya. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih dalam masih dibutuhkan."
1995
S11584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Chitra Liestyati KNP
"Kompetensi Komunikasi Antarpribadi terhadap Akulturasi Kebudayaan merupakan konstelasi konsep yang berimplikasi terhadap subjek sebagai individu dan bagian dari masyarakat di dalam menjalankan peran sosial. Ada kecenderungan bahwa di dalam masyarakat informatif berkembang ciri-ciri umum, yaitu derajat rasionalitas yang tinggi yang mempengaruhi tindakan sosial dan hubungan sosial seseorang dalam mengembangkan pilihan dan langkah tindak atas dasar pilihannya sendiri. Merujuk fenomena tersebut, diasumsikan bahwa konstelasi konsep ini menjadi sangat penting diterapkan pada era informasi.
Gejala perpindahan sementara manusia dari tempat asal menuju tempat-tempat yang menjadi daya tariknya saat ini semakin menonjol. Suatu gejala yang memberikan dan menciptakan peluang berusaha, melibatkan hubungan antarmanusia dan adanya (human touch), mendasari sikap mental (attitude), tingkah laku (behavior) dalam menggeluti bidang kerjanya. Oleh karena menyangkut hubungan antarmanusia yang berbeda latar budaya dan memungkinkan benturan nilai-nilai budaya yang mengarah pada akulturasi kebudayaan, maka setiap pelaku interaksi dituntut kemampuan berkomunikasi dalam membina hubungan yang harmonis.
Upaya menilai kualitas subjek sebagai pelaku interaksi di dalam berperan, bertindak secara interaksional, konsep kompetensi komunikasi antarpribadi diasumsikan sebagai konsep kontekstual yang efektif dan relevan untuk diterapkan. Aktualisasi konsep pada diri subjek, memposisikan ketergantungan subjek di dalam interaksi dengan objek dan lingkungan fisik serta proses itu sendiri. Konsep ini pun bermanfaat bagi subjek untuk menumbuhkan kesadaran diri, kewaspadaan diri, kendali diri dan keterlibatan diri di dalam interaksi sosial.
Interaksi pramuwisata Indonesia dengan wisatawan Jepang memperlihatkan latar pribadi subjek sebagai individu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja. Pernyataan ini menggarisbawahi anggapan bahwa, pelaku interaksi yang beragam status sosial di dalam suatu komunitas cenderung berperilaku sejalan dengan perilaku normatif.
Kenyataannya perwujudan eksistensi individu ke arah kehidupan intelektual dan kultural memerlukan pemahaman intens terhadap konsep yang relevan. Dengan demikian disimpulkan, bahwa kompetensi komunikasi antarpribadi terhadap akulturasi kebudayaan sebagai konstelasi konsep yang mempunyai hubungan yang signifikan, dapat diterapkan pada peradaban masyarakat informasi global."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuha Afina Khalish
"Batik telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia oleh UNESCO. Batik besurek merupakan salah satu kain batik di Indonesia yang berasal dari Bengkulu. Kain batik besurek memiliki kekhasan pada motifnya, yaitu kaligrafi Arab yang menjadikan hal tersebut sebagai bentuk akulturasi budaya. Akulturasi budaya dalam kain batik besurek juga menghasilkan motif kain besurek baru hasil perkembangan dari perajin kain besurek di Bengkulu. Dalam penelitian ini dibahas tentang hasil akulturasi budaya Arab dengan budaya Indonesia pada batik besurek Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka dan wawancara. Data-data diperoleh dari artikel jurnal, laporan penelitian, dan buku serta wawancara dengan narasumber. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi budaya dari Koentjaraningrat. Hasil dari akulturasi budaya dalam kain batik besurek berupa perkembangan motif kain besurek yang terdapat bunga raflesia yang merupakan ikon dari Provinsi Bengkulu.

Batik has been designated as one of Indonesia's intangible cultural heritage by UNESCO. Besurek batik is a batik cloth in Indonesia originating from Bengkulu. Besurek batik cloth has a unique motif, namely Arabic calligraphy, which makes it a form of cultural acculturation. Cultural acculturation in besurek batik cloth also produces new besurek cloth motifs as a result of developments from besurek cloth craftsmen in Bengkulu. This study discusses the results of the acculturation of Arabic culture with Indonesian culture in Bengkulu besurek batik. This research is a qualitative research using literature and interview methods. The data were obtained from journal articles, research reports and books as well as interviews with source person. The theory used in this study is the theory of cultural acculturation from Koentjaraningrat. The result of cultural acculturation in the development of besurek batik cloth is in the form of besurek cloth motifs which contain rafflesia flowers which are icons of Bengkulu province."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyid Abdul Majid
"Penelitian ini mengungkap akulturasi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang dari tahun 1813-1939. Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban adalah keturunan keluarga Basyaiban yang pertama kali bermigrasi ke wilayah Ngayogyakarta. Keturunan dari Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban berkembang di wilayah Magelang. Keluarga mereka banyak berakulturasi dengan Jawa. Penelitian ini membahas bagaimana genealogi lalu akulturasi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang dan bagaimana identitas keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang? Tujuannya adalah untuk mengungkap silsilah Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban ke atas dan ke bawah serta menjelaskan identitas Basyaiban. Metode yang digunakan adalah metode historis yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristic, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Adapun konsep yang digunakan adalah konsep akulturasi disamping itu teori genealogi Foucault dan Representasi dan Cultural Identity dari Hall digunakan untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian. Temuan dari penelitian ini adalah pertama: genealogi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban di Magelang ke atas tersambung dengan kaum Alawiyyin Hadramaut. Genealogi keturunan Sayid Ahmad ibn Muhmmad Basyaiban ke bawah terakulturasi dan tersambung dengan keluarga keraton Ngayogyakarta. Kedua: identitas keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban sebagai seorang Arab Alawiyyin Hadramaut. Di sisi lain keturunan Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban juga mempunyai identitas sebagai keluarga Jawa dari keraton Ngayogyakarta. Identitas mereka dapat terlihat dalam aspek budaya dan sosial. Semua identitas itu merupakan akulturasi dari budaya Arab dan Jawa.

Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban was the first member of the Basyaiban family to migrate to the Ngayogyakarta palace. The descendants of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban grew up in the Magelang area and underwent significant acculturation with Javanese culture. This research aims to explore the process of acculturation experienced by the descendants of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban in Magelang from 1813 to 1939. The primary focus of this study is to examine the genealogy of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants in Magelang, tracing their lineage from top to bottom. Additionally, this research aims to investigate the identity of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants in Magelang, specifically addressing the question of Basyaiban's identity. The historical method is employed in this research, consisting of four stages: heuristic, verification, interpretation, and historiography. The study utilizes Foucault's concept of genealogy and Hall's theory of representation and cultural identity. The findings of this research indicate the following: Firstly, the genealogy of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants in Magelang is linked to the Alawiyyin Hadramaut people in their ancestral lineages. The genealogy of Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants downward shows acculturation and connection with the Ngayogyakarta royal family. Both the upward and downward genealogies have been verified by their lineage institution. Secondly, Sayid Ahmad ibn Muhammad Basyaiban's descendants identify themselves as Arab Alawiyyin Hadramaut. Moreover, they also possess an identity as a Javanese family originating from the Ngayogyakarta palace. Their identity is manifested in cultural and social aspects, enabling them to represent their Javanese Arab heritage and gain recognition from both the Javanese community and the Arabians in Magelang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Siswayanti
"Masjid Sunan Giri salah satu masjid walisanga yang didirikan oleh Sunan Giri yang arsitektur bangunannya vernacular berakulturasi dengan tradisional Jawa dan budaya yang bercorak Hindu. Artikel menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan mendeskripsikan komponen-komponen bangunan masjid kemudian dilakukan analisis dan penafsiran. Akulturasi budaya yang tampak terlihat pada Masjid Sunan Giri ialah arsitektur bangunan Joglo tipikal bangunan Jawa yang disanggah dengan empat soko guru;Mustaka pada atap masjid bertumpang mirip meru pada bangunan Hindu, mihrab masjid yang berbentuk lengkungan kalamakara seperti candi, mimbar masjid berbentuk padmasana singgasana dilengkapi dengan ornamen surya Majapahit, florish dan nanas, gapura masjid ber¬bentuk paduraksa mengingatkan pada bentuk bangunan kori agung pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Huwaidaa
"Corak kebudayaan Indonesia tidak terlepas dari pengaruh sejarah kolonialisme Belanda. Bentuk interaksi dalam waktu yang lama mempengaruhi budaya Belanda dan Indonesia, sehingga menghasilkan bentuk budaya baru tanpa menghilangkan budaya aslinya atau yang disebut sebagai akulturasi. Proses ini khususnya tercermin dalam aspek bahasa, kuliner, dan arsitektur Belanda di Indonesia. Untuk meninjau proses tersebut, rumusan masalah penelitian adalah bagaimana akulturasi budaya Belanda dan Indonesia di restoran Huize Trivelli. Metode penelitian kualitatif diterapkan dengan landasan teori akulturasi dari Redfield, Linton, Herskovits, dan Koentjaraningrat, serta teori kebudayaan terbuka oleh Ralph Linton. Data dianalisis melalui hasil observasi dan wawancara yang terkumpul selama kunjungan ke restoran Huize Trivelli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restoran Huize Trivelli mengimplementasikan akulturasi budaya Belanda dan Indonesia dan menciptakan pengalaman dalam aspek bahasa, kuliner, dan arsitektur yang harmonis. Restoran ini dapat menjadi sebuah simbol dari interaksi kedua budaya yang saling terintegrasi.

The cultural landscape of Indonesia is deeply intertwined with the legacy of Dutch colonialism. The prolonged interaction between the two societies has significantly influenced both Dutch and Indonesian cultures, giving rise to a unique hybrid culture through a process known as acculturation. This phenomenon is particularly evident in the Dutch influences on the Indonesian language, cuisine, and architecture. This study aims to explore the acculturation process between Dutch and Indonesian cultures as exemplified by Huize Trivelli restaurant. Employing a qualitative research methodology, this study is grounded in acculturation theories articulated by Redfield, Linton, Herskovits, and Koentjaraningrat, as well as Ralph Linton's open culture theory. Data were meticulously gathered through observations and interviews conducted during an onsite visit to Huize Trivelli restaurant. The findings reveal that Huize Trivelli restaurant successfully integrates Dutch and Indonesian cultural elements, creating a harmonious blend in terms of language, culinary offerings, and architectural design. The restaurant serves as a significant emblem of the cultural interplay between Dutch and Indonesian traditions, demonstrating a seamless fusion that respects and preserves the essence of both cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Achmad Sunjayadi
"ABSTRACT
As a form of cultural process, acculturation serves as an important factor in tourism. Usually, the hosts borrow the results of acculturation generated from tourism activities more than the tourists or guests do. Acculturation in tourism occurs not only in tourism practices today, but also in those in the past, including the tourism practices in Indonesia during the Dutch colonial era. This article discusses acculturation which became part of tourism activities in the Dutch East Indies by applying historical methods and Nunez's concept of acculturation in tourism. By using guidebooks, newspapers, magazines, postcards, photographs, and travelogues as data sources, this article traced the result of acculturation at that time. Results show that acculturation really took place in the tourism activities in the Dutch East Indies. There were material objects and customs which served as tourism facilities and could be seen, performed, and enjoyed by the tourists. lt can be concluded that at that time the tourists or guests borrowed the results of acculturation more than the hosts did."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
907 UI-PJKB 8:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aknes Pebrina
"Restoran Al Jazeerah merupakan salah satu restoran kuliner Arab di Menteng, Jakarta Pusat. Restoran ini menyajikan kuliner Arab yang digabungkan dengan kuliner lainnya baik lokal maupun internasional. Suatu kondisi akulturasi yang menarik untuk diteliti. Peneliti mengangkat sebuah rumusan masalah yaitu Bagaimana akulturasi antara kuliner Arab dengan kuliner di Restoran Al Jazeerah Jakarta? dan Mengapa restoran melakukan akulturasi? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan akulturasi antara kuliner Arab dengan kuliner yang terjadi di Restoran Al Jazeerah Jakarta dan menjelaskan alasan restoran melakukan akulturasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi pustaka, observasi, dan wawancara dengan manajer dan koki restoran. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan beberapa akulturasi di Restoran Al Jazeerah yang dipengaruhi oleh budaya Arab dan budaya internasional dari setting restoran, penyajian makanan, dan menu restoran.

Al Jazeerah Restaurant is one of the Arabic restaurants in Menteng, Central Jakarta. This restaurant serves Arabic cuisine that is combined with local and international cuisines. This phenomenon is interesting to be researched more. The purpose of this study is to explain the acculturation between Arabic cuisine and other cuisine that is brought out by Al Jazeerah Restaurant in Jakarta and explain the reasons of the restaurant bring out the acculturation concept. The researcher raised a problem to answer a following questions: 1) How is the acculturation between Arabic cuisine and other cuisine at Al Jazeerah Jakarta Restaurant? and 2) Why do restaurants do the cuisine acculturation? This study use a qualitative method with literature study, observation, and interviews with a restaurant manager and chefs. The theory that is used in this research is acculturation theory. The results of this study are the Al Jazeera Restaurants were several acculturation things at Al Jazeerah Restaurant which were influenced by Arab culture and international culture such as table settings, interior design, food presentation, and restaurant menu. Al Jazeerah Restaurant did acculturation as a form of innovation and strategy to survive in the COVID-19 pandemic situation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prayogo Triono
"Sebagai daerah multikultural, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sarat dengan keragaman budaya, dan nilai-nilai budaya tentu saja berbeda-beda, dan karena itu pentingnya sangat berakulturasi berfungsi untuk mempertahankan kehidupan sosial yang sehat.
Penelitian ini berfokus pada peran strategi akulturasi dengan politeness yang ada pada mahasiswa perantau Jawa di wilayah Jabodetabek. Terdapat asumsi bahwa setiap nilai budaya mempunyai patokan-patokan dalam berperilaku sopan, dalam budaya Jawa disebut sebagai unggah ungguh. Nilai-nilai seperti ini yang mungkin diterapkan oleh perantau untuk dapat beradaptasi dengan perilaku politeness pada lingkungan yang berbeda seperti pada lingkungan perkotaan di wilayah Jabodetabek yang tentunya memiliki perbedaan bentuk kesopanan.
Penelitian ini ingin membuktikan asumsi bahwa terdapat peran dari akulturasi dengan politeness. Penelitian ini memperoleh partisipan sebanyak 122 orang. Ditemukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan serta peran besar antara strategi akulturasi integration, assimilation, dan separation dengan politeness civility pada masyarakat perantau Jawa di Jabodetabek sementara strategi akulturasi marginalization tidak menunjukkan hubungan meupun peranan yang positif dengan politeness.

As a multicultural area, Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) terms of cultural diversity, and cultural values of course vary, and therefore the importance of highly acculturated serves to maintain a healthy social life.
This study focuses on the role of acculturation strategies with a politeness of the student Javanese in the Greater Jakarta area. There is the assumption that every culture has value benchmarks in behaving politely, in Javanese culture is referred to as unggah ungguh. Values such as these may be applied by immigrants to adapt to the behavior of politeness in different environments such as in the urban environment in the Greater Jakarta area which certainly has a different form of politeness.
This study wants to prove the assumption that there is a role of acculturation with politeness. This study participants gained as much as 122 people. It was found that there is a significant positive relationship and big roles between acculturation strategy integration, assimilation, separation with politeness and civility in society Javanese immigrants in Jabodetabek while acculturation strategies marginalization showed no relationship nor big role with politeness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martiana Noviopy Rae Rato
"Pencampuran dua budaya menjadi suatu budaya baru merupakan pengertian dari akulturasi budaya. Salah satunya yakni percampuran budaya Indonesia dengan Cina. Banyak hasil akulturasi yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia utamanya dalam makanan. Namun makanan tersebut tidak diketahui oleh banyak orang bahwa makanan yang sering mereka konsumsi adalah hasil dari akulturasi. Adapun hasil dari akulturasi tersebut yang kini lebih dikenal sebagai makanan khas Yogyakarta, yakni Bakpia. Dengan adanya akulturasi budaya, Bakpia diolah dengan resep dan bahan yang disesuaikan untuk masyarakat Yogyakarta sehingga dapat diterima dengan baik dan digemari oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dengan manajemen yang baik dalam berbisnis dan juga dapat melihat peluang, produsen bakpia semakin menjamur dan konsumen pun semakin meningkat. Dari situlah Bakpia sebagai produk hasil dari akulturasi budaya Cina-Indonesia dapat menjadi makanan khas dari Yogyakarta bahkan mengalahkan makanan asli dari Indonesia.

Cultural acculturation is the mixing of two cultures into a new cultures. One of them is the mixing of Indonesian and Chinese cultures. Many results of acculturation have been embedded in the daily lives of Indonesian people, especially in food. But food is not known to many people that the food they often consume is the result of acculturation. The result of this acculturation is now better known as Yogyakarta's specialty food, namely Bakpia. With cultural acculturation, Bakpia is processed with recipes and ingredients thare are tailored to the people of Yogyakarta so that it can be well received and favored by the public. Over time, with good management in doing business and also able to see good opportunities, Bakpia producers are mushrooming and consumers are increasing. From there, Bakpia as a product of Chinese-Indonesian cultural acculturation can become a specialty food from Yogyakarta and even beat the original food from Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>