Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125733 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prita Wikan Tyasning
"ABSTRAK
Tandu yang merupakan alat transportasi jarak dekat, ternyata banyak dipakai oleh pihak kraton sebagai alat kelengkapan upacara. Kraton Surakarta dan Yogyakarta sebagai dua kraton inti pecahan Mataram memiliki tandu yang sebagian masih tetap digunakan. Jumlah keseluruhan tandu adalah 132 buah, dengan perincian 96 buah di Surakarta dan 36 buah di Yogyakarta. Tandu-tandu tersebut memiliki bentuk dan hiasan yang beragam. Berdasarkan pengamatan tadi, maka ingin diketahui keaneka ragaman bentuk tandu di setiap kraton dan juga apakah bentuk tandu dengan hiasan tertentu menunjukkan kegunaan yang tertentu.
Setelah melalui tahapan-tahapan penelitian yaitu pengumpulan data, pengolahan data dan penafsiran data maka diperoleh hasil bahwa di Surakarta dan Yogyakarta terdapat tiga tipe bentuk tandu yaitu tipe I (kotak wadah tanpa tutup), tipe II (kursi) dan tipe III (rumah) dengan sub tipe dan varian yang berbeda di masing-_masing kraton.
Tandu tipe I dengan ragam hias tidak raya dipakai untuk kegiatan upacara. Kemudian tandu tipe II dengan ragam hias tidak raya dipakai untuk kegiatan harian. Hal ini berlaku untuk setiap kraton. Tandu tipe III beragam hias tidak raya di Surakarta dipakai untuk kegiatan upacara dan harian, sedangkan di Yogyakarta dipakai untuk kegiatan upacara dan pesta. Tandu tipe III beragam hias raya di Surakarta dipakai untuk upacara dan pesta, sedangkan di Yogyakarta dipakai untuk kegiatan pesta raja.
Terjadi pengulangan pemakaian suatu jenis tandu untuk kegiatan yang berbeda dalam kraton disebabkan banyak tandu yang rusak dan dengan maksud pemanfaatan tandu yang sudah ada. Pada masa sekarang, tandu tidak dibuat lagi karena alasan ekonomi dan banyak detail kegiatan kraton yang dikurangi untuk penyesuaian diri dengan perkembangan zaman.
Berubahnya kegunaan tandu dari tujuan awal pembuatan yaitu sebagai alat transpor, dengan kegunaannya pada masa sekarang (penggunaan sekunder) yaitu sebagai pusaka, disebabkan sejarah pemakaian tandu tersebut.
Jumlah tandu di Surakarta yang lebih banyak dari tandu Yogyakarta tidak menunjukkan posisi yang lebih penting dari kraton yang lain. Kondisi politik dan keamanan yang relatif stabil di Surakarta menjadikan para pembuat tandu lebih santai dalam berkreasi. Posisi dan kedudukan kedua kraton yaitu Surakarta dan Yogyakarta sejajar karena dalam Perjanjian Gianti dinyatakan bahwa tidak ada pembagian kekuasaan dalam memerintah wilayah-wilayah kekuasaannya dan masing-masing kraton memiliki dan mengatur wilayahnya sendiri-sendiri. Hampir tidak ada komunikasi antar kedua kraton. Sehingga tidak mengherankan apabila bentuk dan hiasan tandu berbeda pada setiap kraton. Persamaan-persamaan yang muncul diperkirakan karena kedua kraton berasal dari akar budaya yang sama yaitu budaya Jawa dan akar sejarah yang sama yaitu kerajaan Mataram. dipakai untuk kegiatan upacara dan pesta. Tandu tipe III beragam hias raya di Surakarta dipakai untuk upacara dan pesta, sedangkan di Yogyakarta dipakai untuk kegiatan pesta saja. Terjadi pengulangan pemakaian suatu jenis tandu untuk kegiatan yang berbeda dalam kraton disebabkan banyak tandu yang rusak dan dengan maksud pemanfaatan tandu yang sudah ada. Pada masa sekarang, tandu tidak dibuat lagi karena alasan ekonomi dan banyak detail kegiatan kraton yang dikurangi untuk penyesuaian diri dengan perkembangan zaman. Berubahnya kegunaan tandu dari tujuan awal pembuatan yaitu sebagai alat transpor, dengan kegunaannya pada masa sekarang (penggunaan sekunder) yaitu sebagai pusaka, disebabkan sejarah pemakaian tandu tersebut. Jumlah tandu di Surakarta yang lebih banyak dan tandu Yogyakarta tidak menunjukkan posisi yang lebih penting dari kraton yang lain. Kondisi politik dan keamanan yang relatif stabil di Surakarta menjadikan para pembuat tandu lebih santai dalam berkreasi. Posisi dan kedudukan kedua kraton yaitu Surakarta dan Yogyakarta sejajar karena dalam Perjanjian Gianti dinyatakan bahwa tidak ada pembagian kekuasaan dalam memerintah wilayah-wilayah kekuasaannya dan masing-masing kraton memiliki dan mengatur wilayahnya sendiri-sendiri. Hampir tidak ada komunikasi antar kedua kraton. Sehingga tidak mengherankan apabila bentuk dan hiasan tandu berbeda pada setiap kraton. Persamaan-persamaan yang muncul diperkirakan karena kedua kraton berasal dari akar budaya yang sama yaitu budaya Jawa dan akar sejarah yang sama yaitu kerajaan Mataram.

"
2001
S11607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijaya Santosa
"Perkembangan perekonomian dibidang industri menuntut prasarana dan saranan yang baik agar mampu untuk menyediakan tingkat permintaan transportasi angkutan barang di masa mendatang dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan aktivitas angkutan barang. Dengan mengembangkan suatu model analisis yang memperhitungkan variabel dan faktor yang berpengaruh serta merumuskannya ke dalam model matematis dapat mempresentasikan tingkat permintaan dan kebutuhan moda transportasi angkutan barang.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan moda angkutan barang di Kotamadya Surakarta dengan menitik beratkan pada karakteristik tujuan pengiriman barang yakni ekspor dan domestik. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah slated Preference dengan metode estimasi parameter utilitas adalah maksimum likelihood Model yang digunakan untuk menganalisis pemilihan modes digunakan model probit dan logit dengan kondisi pilihan binomial dan multinomial, khusus untuk multinoniial probit dicoba dikembangkan model probabilitas dengan bangkitan bilangan acak normal multivariate hasil model selanjutnya diuji dengan alat uji statistik untuk mendapatkan parameter model yang terbaik.
Hasil pengujian nilai utilitas menghasilkan model yang memenuhi syarat secara uji statistik dan memperlihatkan model multinomial probit menghasilkan model yang lebih baik dan pada model multinomial logit yang dapat dilihat dari pengukuran tingkat kesesuaian data (goodness of fit) p2 dan signifikasi dengan uji t lebih tinggi. Sedangkan ditinjau dari segi kemudahan pengerjaan model multinomial logit lebih baik dan pada multinomial probit Untuk model binomial probit dan binomial logit menghasilkan model yang relatif sama baik dalam pengukuran tingkat kesesuaian data (goodness of fit) dan signifikasi dengan uji t, maupun tingkat kemudahan dalam pengerjaannya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Martha Leni
"Berangkat dari asumsi bahwa minimnya informasi visual sangat berpengaruh terhadap tingginya resiko terjadinya kecelakaan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperaleh gambaran mengenai perilaku pengendara ketika berkendaraan di jalan dalam kandisi berbeda. Secara khusus peneiitian dilakukan dalam kondisi pada saat kendaraan memasuki persimpangan. Sejumlah subjek diminta untuk mengemudikan sebuah kendaraan studi sepanjang jalan yang ditentukan dengan menggunakan alat perekam gerakan mata (Eye Mark Recorder) yang dipasangkan di kepala. Alat yang digunakan adalah Eye Mark Recorder NHC V yang dapat mencatat secara terpisah gerakan masing-masing bola mata dan menerjemahkannya kedalam notasi berbeda untuk mata kiri dan mata kanan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa untuk gerakan mata tiap mili second berdasarkan variasi objek yang di Iihat, waktu tatap maupun frequensinya. Hasil analisa kemudian dihubungkan dengan aspek keselamatan dan resiko kecelakaan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfiar Sani
Jakarta: UI-Press, 2010
368 ZUL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfiar Sani
Jakarta: UI-Press, 2010
388 ZUL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Morlok, Edward K.
Jakarta: Erlangga, 1988
380.5 MOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Morlok, Edward K.
Jakarta: Erlangga, 1988
629.04 MOR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Martha Leni
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Indera
"Pembangunan infrastruktur kereta api di Sumatera Timur merupakan jawaban dalam rangka memenuhi kebutuhan pemerintah kolonial Belanda untuk eksploitasi komoditas ekspor yang tumbuh pesat. Tantangan ini dapat dipenuhi DELI SPOORWEG MAATSCHAPPIJ (DSM) yang memberi arti mampu mengimbangi laju pertumbuhan ekonomi perkebunan swasta. Hal ini didukung pendapat JACOBUS WEISFELT, bahwa DSM telah menyumbangkan dasar pembangunan ekonomi wilayah pantai timur Sumatera. THEE KIAN WIE, menyatakan keberhasilan kegiatan-kegiatan industri perkebunan di Sumatera Timur berlandaskan pada pembangunan sistem jalan kereta api. KARL.J.PELZER, menyebutkan pembangunan jalan rel kereta api mempunyai dampak yang luar biasa pada pola pemukiman kota sehingga muncul kota-kota perdagangan. TSUYOSHI KATO, melihat salah satu aspek perubahan kehidupan masyarakat karena pembangunan sistem transportasi kereta api. Sehingga transportasi kereta api memiliki akses terhadap industri perkebunan, pertambangan, perdagangan, dan hubungan masyarakat kota dan desa.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan DSM (1883-1940) dapat tumbuh dan berkembang ? Suatu perusahaan akan tumbuh dan berkembang karena mengarah pada kekuatan monopoli, kerjasama vertikal, diversifikasi usaha yang dilakukan dengan keseimbangan terus menerus. Berdasarkan penelitian dengan pengukuran empiris kuantitatif, maka dapat diuji dan terbukti bahwa kekuatan sistem monopoli merupakan cara yang sangat menguntungkan bagi perusahaan yang tidak ada persaingan. Kerjasama vertikal memiliki arti akan tanggungjawab hanya ada pada garis lurus dari bawah ke atas. Diversifikasi usaha merupakan tindakan tepat dalam sistem manajemen perusahaan melalui pengelolaan jaringan telepon, pembangunan fasilitas perumahan dan sistem sewa gudang.
Pertumbuhan dan perkembangan DSM di Sumatera Timur, terbukti dengan realisasi pembangunan jaringan rel kereta api sepanjang 553,254 km yang mampu menjangkau 79 kota-kota kecil yang sebagian telah berubah menjadi kota-kota perdagangan. Angkutan kereta api merupakan sarana yang paling efektif untuk mempertemukan antara produsen dan konsumen, tentu terkait dalam arus permintaan dan penawaran."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T3272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdalena Syarif
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1979
S16712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>