Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154565 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rr. Triwurjani
"Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai pokok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Birna. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka).Penelitian mengenai arca-arca Bima di Jawa, sebagai po_kok bahasan ini adalah bertujuan untuk mengetahui bagaimana ketentuan-ketentuan ikonografi arca Bima dan bagaimana latar belakang tokoh Bima yang diarcakan dalam bentuk arca batu untuk pemujaan. Arca Bima yang dijadikan obyek penelitian ini adalah berasal dari beberapa tempat dan di museum-museum di Pulau Jawa yang menyimpan/terdapat area-area tersebut. Pada arca-_arca Bima tersebut dilakukan deskripsi untuk mengetahui ikonografinya, dan analisa dilakukan untuk mengetahui latar belakang arca Bima dan peranannya bagi anggota masyarakat Jawa Kuno pada abad 14-15 Masehi. Hasilnya menunjukkan bahwa di Jawa pernah ada pemujaan terhadap tokoh Bima, yang dibuktikan dengan temuan arca Bima. Arca-arca tersebut mempunyai ciri-ciri, umumnya yaitu berbadan tegap, mata melotot, berkumis, memperlihatkan sebagian phalusnya, mempunyai hiasan kepala bentuk supit urang dan berkuku panjang (pancanaka)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Nanny Harnani
"Agama Hindu dan Buddha mengenal konsep kemakmuran yang digambarkan dalam bentuk dewa. Pemberi kemakmuran ini dalam agama Hindu disebut Kuwera, sedangkan dalam agama Buddha disebut Jambhala, tapi kadang-kadang disebut juga Kuwera. Dalam ikonografi Hindu-Buddha yang ada di India, kedua dewa ini hampir sama, demikian pula arca-arca dewa kemakmuran ini di Indonesia, khususnya Jawa kesamaan tersebut juga nampak. Tujuan penelitian ini, ialah untuk mengetahui secara ikonografis persamaan dan perbedaan dari arca-arca tersebut, dan dari ketentuan-ketentuan pengarcaan di India tersebut apakah juga diikuti dalam pengarcaan di Jawa. Melalui kepustakaan dan sejumlah data arca yang diperoleh dari koleksi museum-museum dan pribadi (30 area sebagai sampel) disusunlah metode penelitian dengan cara perbandingan, yaitu perbandingan antara kitab-kitab ketentuan yang berasal dari India dengan melihat persamaan dan perbedaan arca-arca di Indonesia yang sudah dideskripsikan. Berdasarkan perbandingan dan kesamaan arca-arca dengan kitab-kitab ketentuan, maka dapat diketahui bahwa secara ikonografis antara kedua dewa kemakmuran dalam agama Hindu dan Buddha tersebut relatif sama. Walaupun secara detil ada pula perbedaannya, seperti yang terlihat pada sikap duduknya. Sedangkan perbedaan yang meyolok terlihat pada laksana yang dipegangnya. Dalam agama Hindu laksana yang dipegang yaitu kantong harta sedangkan dalam agama Buddha yaitu nakula. Secara keseluruhan kedua bentuk dewa ini memang sulit untuk langsung dapat dilihat perbedaannya, tanpa memperhatikan detil-detilnya. Kiranya pula hasil-hasil penelitian ini masih perlu diuji kebenarannya, baik dengan penambahan data-datanya yang lebih banyak maupun pada cara-cara pengungkapannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Penelitian ini mengkaji arca dewa yang masih diragukan identitasnya, namun diduga merupakan perwujudan dewa Wisnu yang dikenal dengan nama Wisnu Adimurti dan Wisnu Anantasayana. Arca yang diduga merupakan arca Wisnu Adimurti berasal dari Museum Nasional Jakarta, dan arca yang diduga merupakan arca Wisnu Anantasayana berasal dari Museum Radya Pustaka Solo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kesesuaian ikonografi arca Wisnu Adimurti dan Wisnu Anantasayana dengan ketentuan Hindu India. Metode yang digunakan adalah perbandingan ciri-ciri ikonografi baik antara arca MNJ dengan MRS maupun antara kedua arca tersebut dengan ketentuan India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh arca dari Museum Nasional Jakarta memiliki kecocokan dengan dengan ketentuan India Wisnu Adimurti, dan tokoh arca dari Museum Radya Pustaka memiliki kecocokan dengan ketentuan India Wisnu Anantasayana. Kedua tokoh arca itu berbeda satu sama lain karena ciri utama yang dimiliki oleh arca MNJ dan ciri yang dimiliki arca Museum MRS tidak sama. Arca MNJ digambarkan dengan posisi duduk memegang cakra dengan ular naga Ananta di bawahnya, sedangkan arca MRS digambarkan dengan posisi berbaring di atas padma dengan ular naga yang terletak di belakang tokoh utama. Demikian pula arca MNJ dan arca MRS memiliki perbedaan dengan ketentuan India karena faktor imajinasi dan pengalaman seniman lokal, dan memiliki kesamaan karena faktor pedoman atau acuan penggambaran sosok dewa Wisnu dalam agama Hindu

This research examines statues of deities whose identity is still doubtful, but which are thought to be the embodiment of the god Vishnu, known as Wisnu Adimurti and Wisnu Anantasayana. The statue which is thought to be the statue of Wisnu Adimurti comes from the Jakarta National Museum, and the statue which is suspected to be the statue of Wisnu Anantasayana is from the Solo Radya Pustaka Museum. This study aims to identify and reveal the suitability of the iconographic statues of Wisnu Adimurti and Wisnu Anantasayana with the provisions of Hindu India. The method used is a comparison of the iconographic features between the MNJ and MRS statues and between the two statues with Indian regulations. The results showed that the figures from the Jakarta National Museum match the provisions of India Wisnu Adimurti, and the figures from the Radya Pustaka Museum match the provisions of India Wisnu Anantasayana. The two figures of the statues are different from each other because the main characteristics of the MNJ statue and the characteristics of the MRS Museum statue are not the same. The MNJ statue is depicted in a sitting position holding the chakra with the dragon snake Ananta underneath, while the MRS statue is depicted lying on a lotus position with the dragon snake behind the main character. Likewise, the MNJ statue has differences with the Indian provisions due to the imagination and experience of local artists, and has similarities due to the guideline or reference for the depiction of the figure of Lord Vishnu in Hinduism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hardiati Soekatno
"ABSTRAK
Di Bali sekarang ini, pura adalah tempat ptribadatan bagi umat Hindu. Pura-pura yang 9, jumlahnya ribuan tersebut (Swellengrebel 1984: 12; Rata 1991: 1) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat pemujanya (penyungsung). Jenis yang terbanyak adalah yang tergabung dalam Kahyangan Tiga, yaitu jenis pura yang wajib adanya bagi di semua desa adatl. Seperti namanya, pura Kahyangan Tiga ini terdiri dari tiga pura, yaitu pura puseh, pura bale agung, dan pura dalem.Pura puseh adalah pura yang dipergunakan untuk pemujaan terhadap dewa-dewa pelindung desa"
1993
D1598
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah, 1993
725.94 MON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lies Mariani
"ABSTRAK
Penulisan ini berlandasan dengan adanya pengaruh dari unsar-unsur kebudayaan India yang terdapat hampir di seluruh Indonesia.Pengaruh yang jelas tampak ada di Pulau Jawa. Peninggalan-peninggalan arkeologi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan jawa Timur menunjukan bahwa pengaruh agama Hindu India sudah berkembang pada masa Jawa Kuno. Bukti pertama yang menunjukan adanya pengaruh agama Hindu di Jawa Tengah adalah dengan ditemukannya sebuah batu bertulis yang berasal dari sekitar tahun 500 Masehi di lereng barat Gunung Merapi, di desa bekawu, Kawedanan Grabag, yang lebih dikenal dengan nama Prasasti Tuk Mas, yang ditulis dengan bahasa Sanskerta, disertai juga gambar-gambar peralatan dan laksana dari desa-desa Agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siva.(Poerbatjaraka 1952: 42). Pada masa Jawa Kuno dikenal adanya kelompok-kelompok Dewa Hindu. Kelompok dewa tertinggi yang disebut Trimurti terdiri dari Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Siva sebagai dewa perusak. Kelompok dewa tertinggi ini selain dikenal sebagai satuan kelompok, juga dikenal sebagai tokoh dewa yang berdiri sendiri-sendiri.

"
1985
S11767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Sony A.
"Dalam kegiatan suatu upacara dibutuhkan beberapa komponen penunjang seperti bangunan tempat beribadah, peralatan upacara maupun arca. Arca tersebut dianggap sebagai media agar mereka dapat berhubungan dengan dewa-dewa atau roh nenek moyangnya. Karena itu arca-arca tersebut menempati kedudukan yang penting dalam kegiatan upacara. Salah satu diantaranya adalah arca yang disebut oleh para peneliti terdahulu sebagai arca Polinesia. Arca tersebut umumnya mempunyai ciri seperti penggarapan kasar, tidak berleher. Penyebutan untuk arca Polinesia sebenarnya tidak sesuai karena itu lebih tepat bila arca itu disebut arca tradisi magalit dengan dasar, penamaan itu tidak dilihat dari segi pembabakan waktu tetapi dari segi berlanjutnya suatu kepercayaan, seperti pemujaan kepada arwah nenek moyang. Arca tradisi megalit di Indonesia mempunyai sebaran yang luas dan jumlah pun cukup banyak seperti halnya arca tradisi megalit di Jawa Barat."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Gede Surya Bhuana Srivijayananta
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11866
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedah Rufaedah Sri Handari
"ABSTRAK
Penelitian mengenai arca Parvati yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur telah dilakukan di Museum Nasional Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana penggambaran bentuk tokoh Parvati di Jawa, apakah pengarcaan tokoh Parvati di Jawa terikat atau sepenuhnya mengikuti pokok ketentuan ikonografi Hindu di India; mengetahui persamaan dan perbedaan pengarcaan tokoh Parvati di Jawa; dan untuk mengetahui apakah arca Parvati di Jawa dapat ditentukan menggambarkan salah satu wujud Parvati sebagaimana disebutkan di dalam kitab-kitab agama.
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap. Pertama-tama dilakukan kajian kepustakaan dan pengumpulan data berupa arca Parvati yang semuanya berjumlah 36 buah. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode klasifikasi, deskripsi, dan perbandingan. Pada tahap pertama ketiga puluh enam arca Parvati dikelompokkan menjadi 3 kelas berdasarkan jumlah tokoh dalam keseluruhan adegan, yaitu yang sendiri (A), dengan seorang parivara (pendamping, pengiring) (B), dan dengan 2 orang parivara (C). Setelah itu dilakukanlah deskripsi terhadap ketiga kelompok arca Parvati tersebut.
Tahap selanjutnya dilakukan metode perbandingan. Metode ini digunakan dalam usaha untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara ciri-ciri arca Parvati di Jawa dan di India, selain itu juga dipakai dalam usaha melakukan identifikasi terhadap tokoh Parvati di Jawa. Hasilnya menunjukkan bahwa 69,25 persen dari ketiga puluh enam area Parvati percontoh mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berdiri, samabhanga, atau duduk dengan sikap kaki dilipat; bertangan empat, tangan kanan dan kiri depan berada dalam sikap dhyana (dengan atau tanpa padma di telapak tangannya), dan tangan kanan dan kiri belakangnya memegang aksamala dan camara, atau nilotpala; kepalanya mengenakan kiritamakuta dengan hiasan yang bervariasi; di bahunya tergantung sebuah upavita; selain itu juga dikenakan perhiasan-perhiasan lainnya seperti jamang, subang, kalung, kelat bahu, gelang tangan, dan lain-lain. Ciri-ciri arca seperti telah disebutkan tadi ditemui pada arca-arca kelompok A, B, dan C.
Mengenai identifikasi arca Parvati di Jawa, dapat diketahui bahwa arca-arca B1 dan B3 diduga merupakan wujud Parvati sebagai lima, yaitu pada penggambaran Umasahita-Candrasekharamurti dan Umasahita-Sukhasanamurti, dan arca A25 diduga merupakan wujud Parvati bertangan 4 (IAal). Sedangkan mengenai ikonometri dapat diketahui bahwa arca-arca yang berpasangan dengan Siva ternyata memenuhi ketentuan yang terdapat dalam kitab-kitab Agama. Arca-arca B1, B2, B3, B4, dan B5 dapat digolongkan ke dalam variasi uttama-madhyama-dasatala, dan arca-arca B6 dan B7 dapat digolongkan ke dalam varia_si adhama-madhyama-dasatala. Sedangkan arca-arca yang ti_dak berpasangan dengan Siva, hanya ada 2 yaitu arca-arca A14 dan A19 yang agaknya mendekati ketentuan tersebut, dengan masing-masing perbandingannya yaitu 1:9,50 dan 1:9."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarmahenia
"ABSTRAK
Pemujaan terhadap Siva dalam agama Hindu aliran Saiva diwujudkan dalam berbagai bentuk sesuai dengan sifatnya sebagai dewa tertinggi. Salah satunya adalah sebagai Adhanarisyaca, yaitu bentuk gabungan Siva bersama saktinya (Parvati) dalam satu tubuh. Bagian kanan bersifat pria (Siva),dan bagian kiri bersifat wanita sakti/Parvati). Pulau Jawa pada abad tujuh hingga limabelas banyak dipengaruhi kebudayaan India, oleh karena itu dalam telaah ikonografi arca Ardhanarisvara di Jawa ini dibahas perbandingan arca Ardhanarivara di Jawa dan di India serta kesesuaian dan penyimpangannya dengan pokok ketentuan ikonografi berdasarkan sumber Hindu India. Berdasarkan perbedaan ciri-ciri arca Adhanarisvara di Jawa dan di India yang juga merupakan penyimpangan dari pokok ketentuan ikonografi Hindu India serta hubungannya dengan penyebutan dalam kitab-kitab Jawa Kuno, dalam skripsi ini diajukan beberapa kemungkinan penyebabnya, antara lain karena adanya tradisi pengarcaan raja (bersama isterinya) yang telah meninggal sebagai arca perwujudan dalam bentuk Ardhanarisvara.

"
1986
S11924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>