Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soewaji Sjafei
"Kira-kira djarak 21/2 Km dari Kawedanan Prambanan menudju kearah timur laut, terletaklah pertjandian Plaosaa. Pertjandian ini adalah pertjandian agama Buddha. Tidak djauh disebelah barat dari pertjandian Plaosaa ini, terdapat pula pert jaadian agama Buddha jang lebih besar ialah pertjandian Sewu. Tjandi-tjandi agama Buddha lainnja jang berdiri disekitar atau didekat pertjandian Plaosan, antara lain ialah jandi Bubrah dan Tjandi Lumbung jang terletak disebelah selatan Tjandi Sewu. Disebelah barat Tjandi Sewu terdapat Tjandi Kulon, disebelah utara terdapat Tjandi Lor dan disebelah Timur terdapat Tjandi Asu. Agak djauh disebalah selatan dari pertjandian Plaosan, kira-kira djarak 33 km. terdapatlah Tjandi Sadjiwan dan Tjandi Kalongan. Keduanja ini ter_letak disebelah selatan dari djalan besar antara Djokjakarta dan Surakarta. Kiranja tidak perlu kami sebutkan semuanja disini. Pertjandian Plaosan terletak dibatas lapangan terbuka ditengah-tengah sawah didekat desa Plaosan. Desa ini termasuk daerah Kelurahan Bugisan, Katjamatan dan Kawedanan Prambanan, Kabupaten Klaten dan Daerah istimewa Surakarta. Pada waktu baru diketemukan kelompok pertjandian Plaosan ini merupakan suatu runtuhan dari bangunan-bangunan batu jang bertumpuk-tumpuk dengan disana-sini ditumbuhi oleh pohon ilalang_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1961
S12077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Casparis, J.G. [Johannes Gijsbertus] de
Jakarta : Dinas Purbakala, 1958
992.02 CAS s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Diantara reruntuhan bangunan Tjandi Singasari ditemukan 2 buah artja Prajnaparamita yang masing-masing berukuran tinggi 1,37 meter dan jang lain 1,26 meter. Artja jang terachir kami sebutkan diatas adalah artja jang kami pergunakan sebagai bahan pokok pembitjaraan karangan ini.. Artja Prajnaparamita ini sekarang tersimpan di Museum Laiden (Playte, 1901, hal. 16) berupa sebuah artja jang utuh (Brendes, 1909, foto no. 76, 77, 78). Oleh karena kami belum dapat mengundjungi artja ini ditempat penjimpanannja, sedang minat kami besar untuk mempeladjari dan mengungkapkan latar belakang perwudjudan artja tersebut, maka kami gunakan sebuah artja duplikat jang disimpan di Museum Pusat Djakarta (1). Dari artja duplikat ini kami mengadakan perbandingan-perbandingan pengartjaan dengan berbagai artja-artja jang lain, terutama pada pakaian dan hiasan-hiasannja. Bahan-bahan jang kami pergunakan untuk membitjarakan artja ini selain artja duplikat, perbandingan dengan artja-artja lain, djuga kami pelajari berbagai pendapat para Sardjana dan peminat-peminat jang tertarik pada artja ini_"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S11754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supratikno Rahardjo
"Wilayah Jawa Tengah dikenal karena memiliki kekayaan kepurbakalaan yang menyolok, baik dalam bentuk bangunan-bangunan suci keagamaan, arca-arca, alat-alat teknologi, perlengkapan rumah tangga maupun bentuk-bentuk lain yang menunjukkan kemegahan dan tingginya peradaban masa lalu. Kepurbakalaan yang amat banyak dan tersebar pada wilayah terbatas itu, dapat diperkirakan dibuat sejak abad ke-7 hingga abad ke-10 (Soekmono, 1979:457). Namun sebaliknya, zaman makmur dengan tradisinya yang menonjol dalam membangun sarana kehidupan keagamaan tersebut ternyata tidak banyak meninggalkan sumber tertulis yang cukup mampu menceriterakan sejarahnya secara berurut dan lengkap. Meskipun sejarah kuna Jawa tengah, sebagaimana sejarah kuna Indonesia pada umumnya, nampak seperti tersusun baik, tetapi sesungguhnya masih-belum jelas benar. Banyak bagian yang kosong dan banyak pula yang hanya dapat dituliskan dengan bantuan hipotesa-hipotesa yang sebagai hipotesa terus menerus menghadapi kemungkinan berubah setiap kali ada penemuan baru yang menentangnya (Soekrnono 1965: 37).Adanya dua kenyataan bertentangan seperti di atas, menjadi petunjuk bahwa penelitianbidang arkeologi ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Saraswasi
"Candi di dalam Sejarah Kesenian Indonesia, dikenal sebagai istilah generik untuk menamakan golongan bangunan. Candi merupakan salah satu peninggalan Indonesia kuno, khususnya dari masa Hindu dan Budha yang mempunyai fungsi keagamaan. Pada dinding Candi adakalanya terdapat bidang hias berisi pahatan timbul, yang lazim dikenal dengan istilah relief. Relief dapat dibedakan atas relief cerita (naratif) dan relief penghias bidang. Relief cerita sebagian besar didasarkan atas naskah-naskah agama, wiracarita dan sebagainya, sedangkan relief penghias bidang adalah relief yang merupakan hiasan belaka, misalnya berupa roset atau apsara, dan relief berupa pemandangan yang melukiskan keindahan alam (Satan, 1987:288). Berdasarkan motifnya, relief dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : (1) motif geometris, (2) motif manusia dan bagiar-bagian tubuh manusia (3) motif flora, (4) motif fauna, (5) dan lain-lain (Satan, 1987:289). Penampilan gaya relief selama ini dibedakan oleh para ahli dalam dua gaya, yaitu relief gaya Jawa Tengah, yang berkembang pada abad VIII -X M dan relief gaya Jawa Timur, yang berkembang pada abad XI-XV M. Penggunaan istilah gaya untuk seni pahatan relief sebenarnya berawal dari suatu kebiasaan penyebutan gaya seni untuk bangunan Candi. Pengelompokan gaya seni Candi atas dasar aspek wilayah, selanjutnya diajukan suatu keberatan oleh Harlan. Santiko pada saat "Pidato Pengukuhan Guru Besar Sastra Universitas Indonesia". Dinyatakan oleh Santiko, bahwa penamaan gaya seni berdasarkan aspek wilayah merupakan suatu hal yang kurang tepat, karena seringkali menimbulkan kerancuan. Santiko, mengusulkan penamaan gaya seni Candi berdasarkan aspek zaman atau periode, misalnya Candi gaya Mataram Kuno (abad VIII-X M), Candi gaya Singasari (abad XII-XIV M), dan Candi gaya Majapahit (abad XIII - XV M) (Santiko, 1995:4), Candi gaya Mataram Kuno ditandai dengan pahatan relief motif geometris, motif flora, motif fauna. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto Sapto Nugroho
"Karya tulis ini mengkaji bentuk arsitektur candi-candi perwara yang merupakan bagian dari arsitektur kompleks candi-candi Buddha di Jawa Tengah yang didirikan pada abad VIII - IX Masehi. Adapun data yang digunakan adalah candi perwara Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan Lor. Penelitian ini dilakukan guna mengoreksi hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan pendeskripsian bentuk arsitektur candi-candi perwara di Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan. Setelah dilakukan pendeskripsian diungkapkanlah perbedaan dan persamaan bentuk arsitektur pada keempat candi Buddha tersebut. Dari perbedaan dan persamaan bentuk tersebut tampaklah keragaman bentuk dari candi-candi perwara candi Buddha di Jawa Tengah. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur, gambar, peta maupun foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali ke lapangan. Pada pengumpulan data di lapangan dilakukanlah pengamatan secara detail terhadap data utama. Agar didapatkan hasil perbandingan yang akurat, masing-masing obyek yang diteliti, terlebih dahulu dibagi ke dalam komponen-komponen unit observasi. Setelah data lapangan terkumpul, langkah berikutnya adalah pengolahan data berupa analisa data dengan memperbandingkan tiap komponen unit observasi. Sebagai langkah akhir dilakukanlah penginterpretasian semua hasil analisa terhadap data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing candi perwara memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya sekalipun itu berada dalam satu kompleks yang sama. Namun dari beberapa atribut yang dimiliki oleh semua candi perwara tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya berdenah bujur sangkar dengan arah hadap menyesuaikan dengan susunan deretnya. Hal menarik yang terdapat pads hasil akhir dan penelitian ini adalah di candi perwara Plaosan Lor ada bentuk kepala kala di dinding luar tubuh memiliki dagu (rahang bawah) dan bercakar, seperti halnya bentuk kala gaya Jawa Timur. Hal menarik lainnya adalah ditemukannya bentuk lapik arca di candi perwara Sewu deret l no. 20, diduga bentuk arca yang pemah mendiami bilik candi tersebut terbuat dari bahan perunggu (Kusen dick 1993: 51-2). Jadi candi perwara pun tenyata berhak untuk ditempati oleh arca berbahan perunggu. Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit inforrnasi yang bersifat mengoreksi terhadap hasil penelitian-penelitian sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karangan ini kami susun dengan maksud memenuhi salah satu sjarat utama untuk menempuh udjian sardjana sastra pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia di Djakarta. Sebagai salah seorang dari Djurusan Arkeologi kami memilih subjek pembitjaraan mengenai relief panakawan pada beberapa tjandi di Djawa-Timur. Riwajat penjelidikan dan pembatasan subjek Penjelidikan atas panakawan telab dilakukan oleh ber-bagai sardjana, baik sardjana-sardjana Barat maupun sar_djana-sardjana Indonesia, antara lain L. Sorrurier, G.A.J. Hazeu, W.H.Rossers, M.Boedihardjo, J.L.A.Brandes, P.V.van Stein Callonfols, K.A.H.Hidding, N.J.Krom. L. Serrurior (1896) berpendapat bahwa Semar adalah ketu-runan dari dewa. Dalam semua lakon, Semar, Petruk dan Gareng dianggap tokoh-tokoh pengiring dari para ksatria yang turun temurun. Menurut pendapat Sorrurier penggam_baran tokoh panakawan itu,tidak dapat sekonjong-konjong muntjul kalau tidak ada sedjarahnja. Oleh karena itu panakawan dianggap sebagai tokoh Vidusaka dari sandiwara India jang didjawakan.G.A.J. Hazeu (1897) telah mentjoba menerangkan arti wayang"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1971
S11910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yazir Marzuki
Jakarta: Djambatan, 1993
726.143 YAZ b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hudaya Kandahjaya
"Pada zamannya dulu, umat Buddha percaya bahwa memanjatkan doa di candi Borobudur memberi berkah dan sukses. Alasannya, karena candi ini didirikan di tempat terbaik yang memenuhi persyaratan prosedur pemilihan situs maṇḍala atau stūpa.
Umat Buddha melaksanakan ritual berjalan keliling (pradakṣiṇā) mengelilingi Borobudur laksana berziarah ke delapan lokasi peristiwa yang terjadi dulu dalam kawasan jelajah dan kehidupan Śākyamuni di Madhyadeśa, India. Pengertian ini disokong oleh keyakinan orang Jawa sejak zaman sebelumnya bahwa kawasan Jawa Tengah dipercaya merupakan replika dari Madhyadeśa."
Jakarta: Karaniya, 2021
294.343 5 HUD b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hudaya Kandahjaya
Jakarta: Karaniya, 2024
294.343 5 HUD b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>