Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Tambos
"Penelitian mengenai sifat ideal raja Jawa Kuno dilakukan dengan mengamati keterangan-keterangan yang tertulis pada 23 (dua puluh tiga) buah prasasti yang berasal dari masa pemerintahan Airlanga sampai masa Ka_diri. Tujuannya ialah untuk mengetahui pandangan masyarakat kerajaan Jawa kuno mengenai kedudukan seorang raja yang berkuasa. Selain itu jugs untuk mengetahui perkembangan konsepsi tersebut khususnya pads masa (pe_riode) yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan se_jumlah transkripsi prasasti dari masa Airlangga - Kadiri yang telah diterbitkan/dipublikasikan. Uraian mengenai sifat ideal raja yang disebutkan di dalam prasasti-pra_sasti tersebut kemudian dipisahkan dan dianalisa lebih jauh melalui pemeriksaan (pembacaan) ulang kepada pra_sasti aslinya dan interpretasi terhadap isinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kekuasaan Raja-raja Jawa kuno sering digambarkan seperti sifat_-sifat yang dimiliki oleh dewa-dewa. Dan khusus pada masa Airlanga - Kadiri, dewa Wisnu merupakan dewa yang paling sering dihubungkan dengan raja. Pandangan menurut mitologi Hindu yang menganggap dewa Wisnu sebagai dewa penyelamat dunia setelah masa kehancuran (pralaya), kemungkinan besar mendasari konsep pemikiran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari keterangan-keterangan yang tertulis di dalam beberapa prasasti dan karya-karya sastra. Namun demikian dewa yang dihubungkan dengan seorang raja tidak hanya satu dewa (dewa Wisnu) saja, me-lainkan juga bersama-sama dengan dewa-dewa lainnya, se_perti dewa Suryya, Siwa dan Buddha. Hal ini diketahui berdasarkan keterangan sumber-sumber prasasti yang ber_asal dari masa sebelumnya, yaitu masa kerajaan Taruma_nagara dan Mataram Kuno dan juga dari masa sesudahnya yaitu masa kerajaan Sinhasari - Majapahit. Uraian mengenai sifat ideal raja tersebut ternyata tidak hanya terapat di dalam prasasti-prasasti saja, melainkan juga di dalam karya-karya sastra seperti kakawin-kakawin dari masa Kadiri. Apabila uraian dari ke_dua sumber tersebut dibandingkan, maka akan terlihat adanya perbedaan di dalam penekanan sifat raja tersebut. Pada prasasti-prasasti yang sering dikemukakan adalah sifat murah hati sang raja, sementara di dalam karya-karya sastra umumnya lebih menekankan sifat keperwiraan dari rajanya. Perbedaan tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan tema atau isi dari kedua sumber itu. Prasasti umumnya bertujuan untuk penetapan suatu daerah perdikan sehingga akan lebih tepat jika mengemukakan sifat murah hati seorang raja. Sementara itu kakawin-kakawin umumnya mengisahkan tentang cerita-cerita kepahlawanan, sehingga akan lebih tepat jika sifat ideal raja yang dikemukakan adalah sifat keperkasaannya di medan pertempuran."
1989
S11977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Riyanto
Yogyakarta: Balai Arkeologi, 2016
959.834 SUG t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Penelitian ini adalah merupakan usaha untuk mengungkapkan peninggalan sejarah kuno sekitar kurun waktu abad 11 Masehi, yaitu secara khusus adalah masa pemerintahan raja Airlangga. Raja Airlangga merapakan seorang tokoh yang patut dikaji, karena selain kabijakan yang didalankan semasa pemerintahannya sehingga mengangkataya menjadi salah satu raja besar di sapanjang perjalanan sejarah kuno Indonesia, ia diperkirakan mempunyai jaringan politik, ekonomi dan agama dengan raja-raja di daratan Asia Tenggara. Bahkan ide pembaharuannya diperkirakan merupakan .pengaruh dari keterkaitannya dengan jaringan tersebut, demikian juga kebijakan pamerintahan yang dilakukan banyak diikuti oleh raja-raja,dikawasan Asia Tenggara itu.
Penelitian terhadap suatu masa yang telah lampau dimungkinkan dengan meneliti kembali data tertulis yang dihasilkan pada masa tarsebat di samping tinggalan materi yang masih ada hingga sekarang. Jelaslah prasasti menjadi tulang punggung data yang akan diolah di samping karya sastra pada masanya. Sebelum data tersebut, diinterpretasi dan diintegrasikan dengan data yang lain, prasasti-prasasti itu haruslah dianalisis tealebih dahulu sehingga layak dianggap sebagai data.
Analisis yang dilakukan adalah kritik yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern berkenaan dengan otentisitas sumber dan kritik intern berkenaan dengan kredibilitas sumber. Kritik intern berkenaan dengan deskripsi, transliterasi dan terjemahan.
penelitian awal ini adalah mengkaji 4 buah prasasti yang diterbitkan oleh raja Airlangga, ke empatnya dibaca ulang dialih aksarakan dan diterjemahkan. Hasil dari kritik intern yang dilakukan, selain memperbaiki pembacaan oleh peneliti sebelumnya juga dijumpainya beberapa hal baru yang memerlukan penelitian lanjutan yaitu munculnya kebiasaan menjabarkan berbagai tindak pidana dan perdata dalam masyarakat, kemudian munculnya hak-hak istimewa raja dan keluarganya serta membengkaknya jumlah abdi dalam raja.
Jelaslah hal tersebut pasti mempunyai kaitan dengan kaadaan politik, sosial dan ekonomi. Selain itu juga telah ditetapkan pembabakan terhadap masa pemrintahan Airlangga sesuai dengan data prasastinya (20 buah) yaitu masa awal pemerintahan yang diisi dengan peperangan untuk menegakkan hegemoninya, masa keemasan dan masa akhir yaitu saat-saat pembagian kerajaannya untuk menghindari perang saudara.
Keempat prasasti -yang dianalisis memunculkan 4 tema yang menarik. Prasasti Pucangan berbahasa Sanskerta adalah prasasti yang memuat tema legitimasi bagi kedudukan Airlangga sebagai raja, sedangkan prasasti Pucangan berbahasa Jawa kuno yang diterbitkan beberapa tahun kemudian, sarat dengan penjelasan kehidupan keagamaan Airlangga selama di pengasingan. Prasasti-Baru menggambarkan kedekatan raja dengan rakyatnya dan bersama dengan prasasti-prasasti lain yang bertema sama yaitu pemberian hadiah status-.sima merupakan tema sosial. Prasasti dengan tema sosial memperlihatkan bahwa Airlangga menjadi raja karena dukungan sepenuhnya dari_rakyatnya. Sedangkan tema ekonomi, dijumpai dalam isi prasasti Kamalagyan, yaitu perbaikan'bendungan untuk kelancaran pekerjaan pertanian dan perdagangan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Langkah pembaharuan yang dilakukan oleh raja Airlangga semenjak ia naik takhta tahun 941 Saka(1019 M) adalah memberi perhatian besar pada aspek perekonomian negara. Perbaikan aspek ekonomi dianggap dapat menjadi dasar dari proses perbaikan ketiga aspek kehidupan bernegara lainnya, yaitu politik, agama dan sosial. Karena itu ia mengembangkan landasan perekonomian pada sektor perdagangan di samping pertanian yang sudah sejak lama dijalankan. Kedua sektor yang merupakan landasan perekonomian negara sangat diperhatikan dan diupayakan berkembang secara maksimal.N Ciri-ciri umum kerajaan-kerajaan kuna di Indonesia tidak banyak berubah dari abad ke abad, yang disebabkan oleh faktor geografi wilayah Indonesia. Kondisi tanah dan iklim dan geografi dianggap sebagai faktor penting yang menentukan landasan pereko_nomian yaitu pertanian dan perdagangan. Di sepanjang Jawa terda_pat sederetan gunung berapi yang berjajar memanjang membentuk tulang punggung dari timur ke barat. Gunung-gunung dan dataran tinggi membantu membentuk wilayah pedalaman menjadi kawasan_kawasan yang kebetulan sangat cocok bagi pengolahan sawah.Jalur perhubungan yang utama di Jawa adalah sungai-sungai yang sebagian besar relatif pendek. Sungai yang paling cocok untuk hubungan transportasi jarak jauh hanya sungai Brantas dan bengawan Solo, sehingga tidak mengherankan apabila lembah-lembah kedua sungai tersebut merupakan pusat-pusat kerajaan besar sejak..."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D1845
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Pendahuluan
Telah disebutkan pada bagian Latar Belakang, bahwa rekonstruksi sejarah kuno Indonesia semasa pemerintahan raja Airlangga tidak dapat dilepaskan dengan pengkajian sumber-sumber tertulis baik yang dikeluarkan pada saat ia memerintah maupun yang dikeluarkan oleh raja-raja yang memerintah sebelum dan sesudah dia, apalagi dirasakan cukup banyak prasasti dan naskah yang memuat data tentang raja Airlangga dan masa pemerintahannya itu.
Tahap awal dari suatu proses historiografi adalah heuritik, artinya adalah tahapan pengumpulan data selengkap-lengkapnya baik data berupa prasasti-prasasti yang sudah pernah dianalisis maupun seluruh data yang belum pernah dianalisis bahkan data yang masih berada di tempat ditemukannya atau bahkan belum pernah dicatat oleh lembaga yang berkepentingan (SPSP).
Permasalahan yang cukup krusial pada tahapan ini adalah menelusuri prasasti-prasasti yang masih ada di tempat asalnya dan belum pernah diinventarisasi apalagi diteliti. Pemerintah daerah kabupaten Lamongan dan Jombang melalui kepala seksi kebudayaannya telah membuat daftar dari prasasti-prasasti yang dimaksud dan menyebutkan sejumiah 40 buah prasasti masih tersebar di wilayah tersebut. Beberapa prasasti sudah diidentifikasikan sebagai prasasti yang dikeluarkan oleh raja Airlangga sedangkan sebagian besar belum.
Masalah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah usaha memperkirakan pusat kerajaan raja Airlangga, yang barangkali dapat diidentifikasikan berdasarkan persebaran prasasti-prasastinya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Juriati Rahmatiwi
"Suksesi merupakan proses transfer kekuasaan dari satu orang, rezim atau pemerintahan. Pada masa Jawa Kuno, suksesi merupakan proses pergantian takhta dari seorang raja ke penggantinya. Setelah raja-raja tersebut naik takhta, mereka akan melakukan legitimasi untuk membuktikan bahwa ia berhak atas takhtanya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk-bentuk suksesi dan bentuk-bentuk legitimasi raja-raja pada masa Jawa Kuno, serta bagaimana hubungan antara keduanya. Metode yang digunakan terdiri dari tiga tahapan metode arkeologi, yaitu pengumpulan data dengan mengumpulkan transkrip dari prasasti-prasasti yang digunakan sebagai sumber data, pengolahan data dengan melakukan analisis mengenai bentuk-bentuk suksesi dan legitimasi pada masa Jawa Kuno yang didapatkan dari sumber data, dan penafsiran data dengan mencoba menjelaskan hubungan antara kedua hal tersebut serta perbandingan kedua hal tersebut pada kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan prasasti-prasasti pada masa Jawa Kuno abad VIII-XV, diketahui bahwa prasasti yang memuat keterangan mengenai suksesi juga berisi informasi mengenai legitimasi. Sementara itu, tidak semua prasasti yang memuat informasi mengenai legitimasi, memuat informasi suksesi. Diketahui pula bahwa bentuk suksesi yang dilakukan raja-raja pada masa Jawa Kuno akan mempengaruhi cara ia melegitimasi dirinya. Semakin banyak usaha yang dilakukan seorang raja untuk melegitimasi dirinya, maka semakin bisa diyakini bahwa raja tersebut tidak berhak atas takhtanya.

Succession is the process of transferring power from one person, regime or government. In ancient Java, succession was the process of changing the throne from a king to his successor. After the kings ascend the throne, they will exercise legitimacy to prove that he is entitled to his throne. This study discusses the forms of succession and the forms of legitimation of kings in ancient Java, and how the relationship between both. The method used three stages of archeological methods, first, collecting data by collecting transcripts from inscriptions used as data sources, second, processing data by analyzing forms of succession and legitimation in ancient Java that were obtained from data sources, and third, interpretation data by trying to explain the relationship between these two things and the comparison of the two things to the kingdoms in Central Java and East Java. Based on the inscriptions in the ancient Javanese period VIII-XV, it is known that the inscriptions that contain information about succession also contain information about legitimacy. Meanwhile, not all inscriptions containing information on legitimacy contain succession information. It was also known that the form of succession carried out by the kings in ancient Java would influence the way he legitimized himself. The more effort a king makes to legitimize himself, the more it can be believed that the king is not entitled to his throne."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengelolaan lingkungan adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk menjaga agar lingkungan alam tidak mengalami kerusakan sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup manusia secara berkesinambungan. Hingga saat ini, pemerintah dan masyarakat tetap berusaha melakukan berbagai tindakan pengelolaan lingkungan, baik dengan pembuatan berbagai sarana fisik maupun dengan membuat kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan, mengingat posisi Indonesia yang sangat strategis dengan berbagai kekayaan sumber daya alamnya. Kemudahan untuk mengidentifikasi berbagai tindakan pengelolaan lingkungan di masa kini, tidaklah semudah mengidentifikasi tindakan pengelolaan lingkungan di masa lalu. Walaupun ternyata di masa lalu, masyarakat Jawa Kuna, khususnya abad X-XI Masehi telah menunjukkan adanya usaha untuk mengelola lingkungan alamnya. Mereka menyadari jika sumber daya alam yang ada disekeliling mereka tidak dijaga dan dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kerugian bagi diri mereka, dan turut berdampak pada pemasukan yang berkurang bagi daerah wanua, watak dan kerajaan. Jadi, tindakan pengelolaan lingkungan di masa Jawa kuna jelas merupakan tindakan yang melibatkan kepentingan orang banyak, sehingga secara otomatis memerlukan sistem pengorganisasian dan peraturan yang jelas untuk menjaga agar tindakan pengelolaan yang diambil tetap berjalan dengan baik. Untuk mengetahui tindakan pengelolaan lingkungan pada masa kerajaan kuna dapat diidentifikasi lewat data prasasti dan naskah. Namun, bagaimanapun juga, keterbatasan yang ada pada prasasti seringkali menimbulkan kesan dan persepsi yang berbeda-beda, karena jarang sekali ditemui sebuah prasasti memberikan keterangan yang lengkap mengenai suatu peristiwa. Keterbatasan ini juga ditemui pada 7 buah data prasasti dari abad X-XI Masehi yang isinya memuat keterangan tentang tindakan pengelolaan lingkungan pada masa Jawa Kuna, sehingga terkadang alasan utama dari suatu tindakan pengelolaan lingkungan tidak dapat diketahui dengan jelas. Tujuh prasasti dari abad X-XI Masehi yang berisi data mengenai tindakan pengelolaan lingkungan adalah prasasti Kubukubu (905 Masehi) yang berisi tentang pembuatan sebuah saluran air, prasasti Rukam (907 Masehi) berisi tentang perbaikan desa Rukam yang terkena bencana, prasasti Kaladi (909 Masehi) berisi perubahan fungsi tanah hutan menjadi sawah, prasasti Wulig (935 Masehi) berisi pembuatan 3 buah bendungan oleh salah satu istri Pu Sindok, prasasti Baru (1030 Masehi) berisi larangan untuk mengambil beberapa jenis tumbuhan tertentu, prasasti Sanghyang Tapak (1030 Masehi) berisi pembuatan sebuah tepek, dan prasasti Kamalagyan (1037 Masehi) yang berisi pembuatan tambak di Waringin Sapta oleh Dharmmawangsa Airlangga. Berdasarkan hasil analisis tujuh data prasasti itu kemudian diketahui bahwa tindakan pengelolaan Iingkungan dimasa Jawa Kuna terdiri dari pembuatan sarana fisik dan pembuatan aturan. Berbagai tindakan pengelolaan lingkungan tersebut ternyata merupakan kelanjutan dari tindakan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan pada abad sebelumnya. Bahkan, di masa kemudian, tindakan pengelolaan lingkungan ini semakin berkembang ke berbagai bidang dan tidak hanya meninggalkan bukti tertulis, tetapi juga bukti artefaktual. Konsep kosmologis yang dianut oleh masyarakat Jawa Kuna pun turut berperan dalam setiap tindakan pengelolaan lingkungan, karena masyarakat Jawa kuna sangat mempercayai apabila mereka merusak lingkungan alam, maka keseimbangan antara dunia manusia dan jagad raya akan terganggu sehingga akan menimbulkan malapetaka bagi mereka. Hal ini terbukti pada masa sekarang, ketika manusia tidak lagi mementingkan keseimbangan lingkungan, maka yang berikutnya terjadi adalah bencana yang datang secara beruntun"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Raswaty
"Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli selama ini Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan Buddha yang menguasai perdagangan laut di wilayah Semenanjung Malaya dan Sumatra. Bila dilihat dari isi prasasti terlihat adanya suatu keunikan karena sebagian besar berisi kutukan yang ditujukan kepada siapa saja yang tidak tunduk kepada penguasa. Kemudian bila dilihat dari daerah sebaran prasasti Sriwijaya abad 7 dan 8 Masehi terlihat adanya suatu kesatuan wilayah yang menunjukkan adanya ciri-ciri geografis tertentu. Kutukan dalam prasasti Sriwijaya dan daerah sebaran prasasti menunjukkan adanya suatu konsep kekuasaan raja yang dijalankan penguasa Sriwijaya dalam menjalankan pemerintahannya.
Berdasarkan latar belakang permasalahan penelitian ini timbul pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai berikut: (1) Konsep kekuasaan apa yang digunakan oleh penguasa Sriwijaya untuk meneguhkan kekuasaannya. (2) Sejauh manakah religi yang berkembang pada saat itu mendukung konsep kekuasaan yang diterapkan raja dalam menerapkan geopolitik kerajaannya dan mempengaruhi sistem pemerintahan dan kewilayahan. (3) Berdasarkan daerah sebaran prasasti, sejauh mana dan seberapa jauh pengaruh kekuasaan raja Sriwijaya di daerah-daerah tersebut. Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Menggambarkan konsep kekuasaan yang dilaksanakan oleh penguasa Sriwijaya 2. Menggambarkan geopolitik yang didasarkan pada konsep kekuasaan yang didukung oleh unsur religi yang dilaksanakan oleh penguasa Sriwijaya 3. Menggambarkan luas pengaruh kekuasaan penguasa Sriwijaya berdasarkan temuan-_temuan arkeologis masa kerajaan Sriwijaya serta potensi strategis dan ekonomis daerah tersebut.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah : (a) pengumpulan data, (b) deskripsi data, dan (c) interpretasi data. Dalam penelitian ini juga digunakan metode model principle of least coast yang biasa digunakan oleh para ahli geografi untuk menganalisis pola pemukiman masa kini. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan data berupa kondisi geografis suatu wilayah terutama daerah tempat ditemukan prasasti guna mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penguasa Sriwijaya menanamkan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah : 1. Konsep kekuasaan yang dijalankan penguasa Sriwijaya pada abad 7 dan 8 Masehi adalah konsep kekuasaan berdasarkan ajaran Buddha. 2. Penguasa Sriwijaya menjalankan geopolitik yang berdasarkan konsep kekuasaan dalam ajaran agarna Buddha. Selain sebagai dasar dan politik yang dilaksanakan penguasa Sriwijaya, unsur agama merupakan practise of power atau taktik yang digunakan penguasa dalam melaksanakan politiknya guna mendapatkan tujuan akhir suatu negara, yaitu ekonomi yang juga berarti kemakmuran suatu negara. 3. Berdasarkan daerah sebaran prasasti Sriwijaya abad 7 dan 8 Masehi, diketahui bahwa Sriwijaya menguasai wilayah Jambi, Palembang, pulau Bangka, dan Lampung. Untuk daerah-daerah lain seperti Thailand, Malaysia, dan Philipina diperkirakan bentuk penanaman kekuasaan Sriwijaya hanya sebatas penanaman pengaruh dalam bentuk peningkatan hubungan diplomatik antar kerajaan, yang sebenarnya berguna untuk menguatkan kharisma dan kedudukan penguasa Sriwijaya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di wilayah tersebut. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih mendalam masih sangat dibutuhkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Geraldine
"Prasasti sīma merupakan maklumat raja yang dikeluarkan untuk memberikan anugerah berupa daerah sīma kepada pihak tertentu. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk kepentingan bangunan suci atau sebagai bentuk balas jasa raja kepada masyarakat yang telah menunjukkan loyalitas kepadanya. Pada abad XIII–XV M, khususnya pada masa Kerajaan Majapahit, terjadi banyak peperangan dan pemberontakan, sehingga pembahasan mengenai loyalitas menjadi penting. Oleh sebab itu, tulisan ini dibuat untuk mengungkap bentuk-bentuk loyalitas apa saja yang ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Kuno pada abad XIII–XV M, faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dan melalui tiga tahap: pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka terhadap prasasti dari abad XIII–XV M yang mengindikasikan adanya loyalitas, analisis data mengenai bentuk-bentuk loyalitas masyarakat Jawa Kuno, dan penafsiran data yang dilakukan dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas serta bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan. Bentuk-bentuk loyalitas masyarakat Jawa Kuno abad XIII–XV M dapat dibagi ke dalam tiga kelompok: jasa dalam perang, pengabdian luar biasa, dan menjaga kesejahteraan rakyat/negara. Kemudian, faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas adalah faktor keagamaan, sedangkan bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan dipengaruhi oleh faktor kondisi kenegaraan dan kedudukan sosial. Diketahui pula bahwa loyalitas masyarakat Jawa Kuno terbentuk secara alami, tetapi juga menunjukkan karakteristik dari loyalitas kontraktual.

The sīma inscription is an edict issued by the king as a gift to be given to certain parties. This is usually done for the upkeep of sacred buildings or as a way for the king to reward those who have shown him loyalty. The XIII–XV Centuries AD, especially in the Majapahit Era, was a time ripe with wars and rebellions, so it is important to discuss about loyalty during this time. Therefore, this paper is written to express the forms of loyalty shown by the Ancient Javanese people, the factors that influence the formation of loyalty, and the the forms of loyalty shown. This research was conducted with a descriptive qualitative method, which includes three stages: data collection carried out by literature study of the inscriptions from XIII–XV Centuries AD which indicates the people's loyalty, data analysis on the forms of loyalty of the Ancient Javanese people, and data interpretation which explains the factors that influence the formation of loyalty and the forms of loyalty shown. The forms of loyalty shown by the Ancient Javanese people in XIII–XV Centuries AD can be divided into three categories: service in war, extraordinary dedication, and maintaining the welfare of the people/kingdom. The factor that caused the formation of that loyalty is religion, while the forms of loyalty shown are influenced by the kingdom's political condition and social status. It is also known that the Ancient Javanese people's loyalty were formed naturally, but it also shows characteristics of contractual loyalty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Rebecca Dewi Suryani
"Masa Pemerintahan Sindok-Airlangga meninggalkan banyak prasasti sima. Pembahasan mengenai isi prasasti-prasasti tersebut belum pernah difokuskan pada data ukuran tanah. Penelitian terhadap data ukuran tanah sima akan memperjelas status sima, sebagai sarana biaya suatu usaha dharmma, guna menambah data studi tentang tata hidup masyarakat Jawa kuna abad 10-11 Mesehi. Dari 40 prasasti Sindok - Airlangga. yang sudah diklasifiikasikan, tercatat 17 buah yang mengandung data ukuran tanah. Dengan tambahan data sumber lain, di bentuk pengelompokan dan perbandingan ukuran setiap satuan. Sebagai sarana biaya, pengukuran tanah dititik beratkan pada kapasitas hasilnya, yang satuannya disebut lamwit, tampah, blah, suku dan tapak. Beberapa prasasti tinu1ad memakai satuan junq. Tanah yang bukan atau belum menjadi sawah diukur dengan satuan dpa, atau dengan menyebutkan nama-nama daerah batas, keliling menurut arah mata angin. Satuan lirih dan ma hanya disebut dalam sebuah prasasti tinulad; sedangkan elu dan ca, diduga kesalahan transkripsi.Analisis data ukuran tanah menghasilkan pengelompokan sima sesuai dengan kepentingannya sebagai sarana biaya..."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>