Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Sondang M.
"Adanya pernyataan dari Satyawati Suleiman bahwa arca-arca di Sumatera memiliki gaya seni Sailendra. Berdasarkan teori itu adalah hal yang cukup menarik melakukan penelitian terhadap arca-arca yang ditemukan di candi 1 situs Bumi-ayu, khususnya atas arca Agastya yang memiliki kesamaan dalam cara memegang aksamala dengan arca Agastya dari candi Prambanan, Jawa Tengah yang diduga berasal dari masa Sailendra. Arca Agastya yang ditemukan bersama dengan ketiga arca tokoh lainnya dari candi 1 situs Bumi-ayu terlihat memiliki beberapa kesamaan ciri dengan arca-arca tokoh dari Palembang, yang telah dikaji oleh Satyawati Suleiman, hal menimbulkan pertanyaan apakah ada atau tidak gaya Sailendra pada arca-arca tokoh dari candi 1 situs Bumi-ayu. Berdasarkan analisis perbandingan itu diketahui ciri_-ciri yang sama di antara kedua kelompok arca tersebut. Untuk memperkuat ada atau tidaknya gaya Sailendra pada arca-arca tokoh dari candi 1 situs Bumi-ayu, maka dilakukan perbandingan arca Agastya dari candi 1 situs Bumi-ayu yang mewakili arca-arca dari Sumatera Selatan dan arca Agastya dari candi Prambanan yang mewakili arca-arca gaya Sailendra dari Jawa Tengah. Kedua arca terlihat memiliki kesamaan cara memegang aksamala maka analisis perbandingan dilakukan untuk mengetahui kesamaan ciri-ciri ikonografi lainnya dari kedua arca, seperti ciri-ciri hiasan badan, komponen badan, penggarapan seni pahat, komponen di luar arca tokoh, laksana dan ikonometri. Hasil penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa gaya Sailendra terdapat pada arca-arca tokoh dari candi 1 situs Bumi-ayu, khususnya pada arca Agastya. Hal ini terlihat adanya kesamaan ciri yang menonjol pada arca-arca tersebut, seperti rambut yang dipilin terjulur di atas bahu,ber-makuta tinggi, berkain paniang sampai di atas pergelangan kaki, memakai wiru di tengah, memiliki dua uncal yang terjulur sampai lutut, dan ikonometri arca Agastya dari candi 1 situs Bumi-ayu menunjukkan ikonometri arca tersebut tergolong shat-tala."
1996
S12001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supratikno Rahardjo
"Wilayah Jawa Tengah dikenal karena memiliki kekayaan kepurbakalaan yang menyolok, baik dalam bentuk bangunan-bangunan suci keagamaan, arca-arca, alat-alat teknologi, perlengkapan rumah tangga maupun bentuk-bentuk lain yang menunjukkan kemegahan dan tingginya peradaban masa lalu. Kepurbakalaan yang amat banyak dan tersebar pada wilayah terbatas itu, dapat diperkirakan dibuat sejak abad ke-7 hingga abad ke-10 (Soekmono, 1979:457). Namun sebaliknya, zaman makmur dengan tradisinya yang menonjol dalam membangun sarana kehidupan keagamaan tersebut ternyata tidak banyak meninggalkan sumber tertulis yang cukup mampu menceriterakan sejarahnya secara berurut dan lengkap. Meskipun sejarah kuna Jawa tengah, sebagaimana sejarah kuna Indonesia pada umumnya, nampak seperti tersusun baik, tetapi sesungguhnya masih-belum jelas benar. Banyak bagian yang kosong dan banyak pula yang hanya dapat dituliskan dengan bantuan hipotesa-hipotesa yang sebagai hipotesa terus menerus menghadapi kemungkinan berubah setiap kali ada penemuan baru yang menentangnya (Soekrnono 1965: 37).Adanya dua kenyataan bertentangan seperti di atas, menjadi petunjuk bahwa penelitianbidang arkeologi ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S12072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaya Mentari
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T49711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmiya Dinda S.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11569
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wiandini Widiarti
"Penelitian terhadap Arca Ganesha di Jawa pernah dilakukan dan terbukti bahwa Ganesha diarcakan berbeda-beda sesuai dengan kalangan masyarakat pendukungnya. Berdasarkan penelitian Ganesha di Jawa ini, maka kiranya perlu juga meneliti Ganesha di Bali, khususnya di Bedulu dan Pejeng, sebagai tempat berkembangnya Hinduisme dan Buddhisme pada masa Bali klasik. Objek yang diteliti sebanyak 25 arca Ganesha yang masih dapat diamati, yang tersebar di pura-pura sekitar Bedulu dan Pejeng. Penelitian ini sendiri dilakukan untuk melihat persamaan dan perbedaan antara pengarcaan Ganesha di Jawa dengan Di Bedulu dan Pejeng.
Dalam upaya memperoleh data, metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode ini dilakukan dengan tahap awal berupa pengamatan terhadap ciri umum arca yang meliputi : Perincian teknik penggarapan, terdiri atas : Penggarapan permukaan, Penggarapan perhiasan, cara penggarapan perhiasan dan gerak garis. Perincian tokoh, terdiri atas : sikap badan, bentuk badan, bentuk mata. Perincian benda yang dipakai, meliputi : bentuk mahkota, perhiasan mahkota, bentuk upavita, dan bentuk dasar gelang tangan. Perincian benda yang dipegang, meliputi : benda yang di tangan kiri belakang, di tangan kanan belakang. Di tangan kiri depan, dan di tangan kanan depan. Perincian benda yang melengkapi, meliputi : bentuk stela, sisi-sisi stela, bentuk sirasckara, dan puncak sirascakra. Hasil deskripsi ini digunakan untuk membuat klasifikasi taksonomi dan perbandingan kesemua arca tersebut. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah agar arca Ganesha tersebut diduga dibuat sebelum masa Singasari."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Hanif
"ABSTRAK
Salah satu pengaruh dari unsur kebudayaan India pada masa Jawa Kuna yang terdapat di Jawa adalah Hinduisme. Hinduisme pada masa Jawa Kuna yang terdapat di Jawa cenderung kepada aliran Siwa yang merupakan hasil dari proses akulturasi ini terbukti dari peninggalan-peninggalan kepurbakalaan yang tersebar di seluruh daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dari peninggalan-peninggalan kepurbakalaan yang merupakan peninggalan keagamaan, dapat diketahui bahwa aliran Siwa di Jawa sama dengan aliran Siwa yang terdapat di India. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pemujaan terhadap area Siwa, area tersebut merupakan penggambaran dari bentuk dewa yang dipuja (Krom 1923: 68).
Di Jawa hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa pada semua candi yang telah ditemukan masih bersama area-arca_nya, di pusat candinya selalu terdapat area Siwa atau per-wujudannya yang bersifat non-tokoh2 berupa lingga (Sedyawa_ti 1978: 38).
Siwa yang dianggap sebagai dewa yang tertinggi dalam aliran Siwa mempunyai tiga sifat yaitu pencipta , pelindung (pemelihara) dan perusak. Tiga sifat yang dimiliki satu dewa itu adalah sifat dewa Brahma, Visnu dan Siwa sendiri.

"
1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Hanip
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S12014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Saraswasi
"Candi di dalam Sejarah Kesenian Indonesia, dikenal sebagai istilah generik untuk menamakan golongan bangunan. Candi merupakan salah satu peninggalan Indonesia kuno, khususnya dari masa Hindu dan Budha yang mempunyai fungsi keagamaan. Pada dinding Candi adakalanya terdapat bidang hias berisi pahatan timbul, yang lazim dikenal dengan istilah relief. Relief dapat dibedakan atas relief cerita (naratif) dan relief penghias bidang. Relief cerita sebagian besar didasarkan atas naskah-naskah agama, wiracarita dan sebagainya, sedangkan relief penghias bidang adalah relief yang merupakan hiasan belaka, misalnya berupa roset atau apsara, dan relief berupa pemandangan yang melukiskan keindahan alam (Satan, 1987:288). Berdasarkan motifnya, relief dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : (1) motif geometris, (2) motif manusia dan bagiar-bagian tubuh manusia (3) motif flora, (4) motif fauna, (5) dan lain-lain (Satan, 1987:289). Penampilan gaya relief selama ini dibedakan oleh para ahli dalam dua gaya, yaitu relief gaya Jawa Tengah, yang berkembang pada abad VIII -X M dan relief gaya Jawa Timur, yang berkembang pada abad XI-XV M. Penggunaan istilah gaya untuk seni pahatan relief sebenarnya berawal dari suatu kebiasaan penyebutan gaya seni untuk bangunan Candi. Pengelompokan gaya seni Candi atas dasar aspek wilayah, selanjutnya diajukan suatu keberatan oleh Harlan. Santiko pada saat "Pidato Pengukuhan Guru Besar Sastra Universitas Indonesia". Dinyatakan oleh Santiko, bahwa penamaan gaya seni berdasarkan aspek wilayah merupakan suatu hal yang kurang tepat, karena seringkali menimbulkan kerancuan. Santiko, mengusulkan penamaan gaya seni Candi berdasarkan aspek zaman atau periode, misalnya Candi gaya Mataram Kuno (abad VIII-X M), Candi gaya Singasari (abad XII-XIV M), dan Candi gaya Majapahit (abad XIII - XV M) (Santiko, 1995:4), Candi gaya Mataram Kuno ditandai dengan pahatan relief motif geometris, motif flora, motif fauna. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukawati Susetyo
"Penelitian ini menelisik seni bangun dan seni arca Padang Lawas. Di samping mempunyai kemiripan dengan masa Jawa Tengah (abad ke-8-10 M) dan Jawa Timur (abad ke 13-15 M), juga mempunyai corak yang khas. Beberapa gaya seni bangun dari masa Jawa Tengah dan Jawa Timur itu berkenaan dengan denah, bentuk biaro, perbingkaian, kala-makara, penggunaan bahan, bentuk arca penjaga berupa figur manusia dan singa. Adapun gaya seni bangun yang merupakan ciri khas dari kepurbakalaan Padang Lawas berupa biaro tanpa objek yang dipuja, penataan biaro induk dan perwara, arca penjaga berbentuk buaya dan gajah, dan penempatan arca penjaga berbentuk manusia di samping makara.
Gaya seni pahat dari masa Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dijumpai pada kepurbakalaan Padang Lawas, misalnya figur prajurit yang dipahatkan di dalam mulut makara dan pahatan untaian bunga berbentuk guirlande Meskipun bentuk makara Padang Lawas mirip dengan yang ditemukan di Prambanan, namun gaya pemahatannyapun mempunyai corak yang khas. Adapun corak khusus seni pahat yang ditemukan di Padang Lawas yaitu pahatan arca penjaga dan singa yang mempunyai bentuk tubuh berbeda dengan pahatan di Jawa.
Bentuk penjaga wanita mungkin disesuaikan dengan figur setempat. Mengenai latar keagamaan kepurbakalaan Padang Lawas, berdasarkan studi ikonografi terhadap arca dan relief yang menggambarkan wajah-wajah menyeramkan serta prasasti singkat bertuliskan mantra-mantra aliran Tantris, jelas membuktikan bahwa masyarakat pendukung biaro di Padang Lawas adalah pemeluk agama Buddha aliran Vajrayana. Suatu hal yang menarik adalah terdapatnya temuan berupa arca Ganeśa dan Yoni yang ditemukan pada Biaro Bahal 2 dan Tandihat 1 pada waktu dilakukan pembersihan situs. Tidak dapat dipungkiri bahwa kedua jenis temuan itu merupakan indikasi kuat terdapatnya agama Hindu aliran Śaiwa yang dianut di Padang Lawas. Diduga pada zaman dahulu terdapat komunitas penganut agama Hindu Śiwa di sana. Arca Ganeśa dan Yoni tersebut merupakan temuan lepas maka bisa saja dipindahkan pada saat benda tersebut sudah tidak dipergunakan lagi. Di samping kedua temuan itu, ada termuan lain yang sempat ?dicurigai?sebagai indikasi adanya agama Hindu Śiwa, yaitu lapik arca berhias naga, dan arca memegang trisula, namun terbukti bahwa kedua artefak tersebut tidak ada hubungannya dengan agama Hindu Śiwa, jadi latar keagamaan kepurbakalaan di Padang Lawas adalah Buddha aliran Vajrayana.

This research is to explore the art of build and the art of sculpture in Padang Lawas, besides have some similarities with the period of Central Java (8th-10th Century) and East Java (13th -15th century), also have its own distinctive styles. There are styles of Central Java and East Java with respect to plans, forms of biaro, frames, kala-makara, use of materials, the shape of the guard statues of human figures and lion. The art styles, that characteristics of the archeological Padang Lawas, are the shape and arrangement of the main and perwara temple or biaro, statues of a crocodile and elephant-shaped guard, and the placement of human-shaped statues guard beside the makara.
Sculptural art style of the Central Java and East Java that found in Padang Lawas, such as a carved figure of a soldier in the mouth of makara and decoration of garlands flowers shaped. Although Padang Lawas?s makara forms are similar to those found in Prambanan, yet stylish designs have its own typical of carving.
The special styles of carving found in Padang Lawas are carved lion statue guards and having different body shapes from Java?s. Forms of female guard maybe adjusted to local figures. Regarding the religious background of archeological Padang Lawas, based on studies of the statues and reliefs iconography, depicting scary faces and a brief Tantric?s inscription spells, clearly proves that the people of Padang Lawas biaro worshipers were followers of the Vajrayana school of Buddhism. The interesting things are the presence of findings such as Ganesha and Yoni statues found at Biaro Tandihat, Bahal 2 and 1 when the sites were cleaning out. It is inevitable that these two types of findings are strong indication of the presence of the Hindu Shaivas flow were adopted in Padang Lawas. Presumably there were community of ancient Hindu Shiva there, Yoni and statues of Ganesha could have moved when the object were no longer used. In addition to these two findings, there are others which could be assumed as indication of the Hindu Shiva, which are the dragon decorated pedestal and the holding trident statue, however these had proved that the two artifacts are not related to the Hindu Shiva, so the religious background of archeological in Padang Lawas is Vajrayana Buddhism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27955
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herna Lestari
"Menurut mitologi Hindu Harihara adalah satu bentuk Siva dan Vishnu dalam satu tubuh. Siva digambarkan pada sisi sebelah kanan dan Vishnu di sisi sebelah kiri. Harihara hadir untuk meredakan perselisihan yang terjadi antara penganut Sivaisme dengan penganut Vishnuisme yang jumlahnya cukup dominan di India. Perselisihan itu terjadi karena masing-masing penganut berusaha menunjukkan bahwa dewa utama yang mereka puja lebih 'hebat' dari dewa lainnya. Penelitian ikonografi dan gaya seni arca Harihara Jawa koleksi Museum Nasional Jakarta bertujuan untuk menguraikan ciri-ciri khan arca Harihara, bagaimana bentuk penggambarannya, adakah perbedaan penggambaran antara arca yang berasal dari Jawa Tengah dengan arca yang berasal dari, Jawa Timur, serta adakah persamaan dan perbedaan dengan arca Harihara di India.
Seluruh arca Harihara yang diteliti merupakan koleksi Museum Nasional Jakarta. Ada 11 arca koleksi Museum Nasional Jakarta yang diidentifikasikan sebagai arca Harihara, terdiri dari 10 arca berasal dari Jawa Timur dan 1 dari Jawa Tengah. Arca-arca tersebut dipotret dan diukur untuk kemudian dilakukan pemerian dengan menggunakan Model Deskripsi Arca Tipe Tokoh (Sedyawati 1983). Kajian kepustakaan yang digunakan berupa tulisan-tulisan yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan objek yang dibahas. Kitab-kitab agama Hindu yang berkenaan dengan data ikonografi, ikonometri dan mitologi, tidak digunakan kitab-kitab aslinya, melainkan basil kutipan dan terjemahan dari kitab-kitab tersebut yang telah diterbitkan.
Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengarcaan Harihara koleksi Museum Nasional Jakarta dari Jawa Timur ber-beda dengan dari Jawa Tengah. Arca Harihara Jawa Tengah dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri yang lebih mendekati kesamaan dengan arca Harihara di India dibandingkan dengan Jawa Timur. Ciri-ciri yang biasa ditemukan pada arca Harihara, seperti sikap berdiri samabhanga, mahkota berbentuk sebelah kanan kirilamakula dan sebelah kiri jamalakuta, tangan kanan memegang Laksana Siva dan tangan kiri memegang Laksana Vishnu, dan di samping kanan dan kiri arca terdapat vaharaa berupa Nandi dan Garuda, dijumpai pada arca Harihara Jawa Tengah. Sedangkan pada arca Jawa Timur ciri-ciri yang pada umumnya dijumpai adalah sikap berdiri dan Laksana yang dipegangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>