Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Setiawan
"Hal yang sangat menarik di antara sisa-sisa purbakala adalah keris. Keris merupakan senjata tradisial yang paling menonjol dari masa ke masa, bahkan sekarang masih dianggap sebagai sen_jata keramat oleh masyarakat pada umumnya. Keris banyak diteliti bukan berdasarkan disiplin arkeologi, melainkan penelitiannya le_bih didasarkan pada pendekatan antropologi, khususnya dalam men_duga adanya sifat magis yang dikandungnya. Bila ditilik dari sejarahnya, keris sulit untuk memberikan keterangan secara pasti. Tetapi untuk mengetahui gambaran sekilas dapat dibuktikan melalui beberapa sumber tertulis baik berupa nas_kah kuno maupun sumber lainnya berupa hasil peninggalan masa lampau. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud antara lain Kitab Suluk Tambangraras (Centini), Kitab Pararaton, ceritera pewayangan yang bersumber pada Kitab Mahabhrata _ Arjuna Wiwaha, dan beberapa pra_sasti, sedangkan sumber lainnya dapat dijumpai melalui beberapa relief candi khususnya yang menggambarkan. tentang senjata. Juga perlengkapan arca sebagai salah satu bagian dari laksananya. Hasil dari penelitian ini lebih menitikberatkan pada tipologi keris Jawa, disanping itu juga berusaha mengungkapkan peranan keris itu sendiri dalam masyarakat. Selanjuthya metode yang digunakan, tentu disesuaikan dengan tujuan yang hendak di_capai yaitu dengan menggunakan metode kiasifikasi dan analisis. Kemudian sebagai penunjang utama dalam penulisan ini menggunakan studi kepustakaan, tujuannya untuk memberikan gagasan informasi yang dibutuhkan di dalam penyelesaian masalah akhir dari penulisan ini, sehingga tercapai sasaran yang dimaksud."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Tyas D. Prasetyo
"ABSTRAK
Museum adalah tempat penimpanan benda-benda bersejarah. Di Museum Nasional Jakarta terdapat artefak meriam kuno yang berjumlah 86 buah. Pada meriam-meriam tersebut banyak yang menarik untuk diteliti diantaranya: bentuk, pola hias, tipologi, fungsi dan peranan meriam dalam sistem politik dan ekonomi. Hasil yang didapat adalah, bahwa meriam mempunyai 2 bentuk yang meliputi 3 kelompok ( bumbung, coak, lela) dan mempunyai 3 kelompok macam ukuran, yaitu kecil, sedang besar untuk ukuran diameter dan pendek, sedang, panjang untuk ukuran panjang. Sedangkan untuk ipenya terdiri dari 4 macam ( tipe B, K, A, dan tope U). Dari tope-tipe itu dapat diketahui fungsi meriam tersebut."
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia M. N. D
"Artefak adalah salah satu data arkeologi yang sangat penting peranannya dalam usaha merekonstruksi Kebudayaan masa lalu manusia melalui suatu penelitian. Untuk dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut, harus dilakukan tiga tahapan penelitian arkeologi, yaitu observasi (pengumpulan data), deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi (penafsiran data). Untuk penelitian ini digunakan sampel berupa cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari pulau Jawa. Selain menggunakan cermin perunggu sebagai data utama penelitian ini, digunakan juga Karangan-karangan yang membahas tentang cermin, baik cermin-cermin dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, seperti dari Cina dan Eropa. Setelah melakukan pendataan atas cermin-cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta, yang secara kwantitatif maupun kwalitatif telah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai data penelitian, hasil dari pendataan ini kemudian diolah. Pada pengolahan data dilakukan pemilahan untuk menetapkan data-data yang akan diteliti. Data-data ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok cermin dan kelompok tangkai. Masing-masing kelompok kemudian dipilah lagi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya. Dari basil pemilahan ini didapatkan ciri-ciri cermin dan tangkai. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri cermin perunggu, digunakan metode klasifikasi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, dimana penggolongan atas kelas dan tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Dalam penelitian ini, ciri-ciri dari hasil pemilahan yang dilakukan terhadap cermin perunggu dimaksudkan untuk membentuk tipe, karena tipe artefak sekurang-kurangnya harus menunjukkan perkaitan antara dua ciri. Pada cermin-cermin ini, ciri-ciri tersebut adalah atribut bentuk dan atribut hiasan. Setelah berhasil membentuk tipe-tipe serta variasinya, dapatlah diamati tipe dan variasi yang paling banyak muncul. Dengan melihat hubungan antara hiasan, ukuran serta berat cermin perunggu dengan bukti-bukti yang ada mengenai kegunaan cermin sebagai obyek yang berkaitan dengan kecantikan dan keagamaan, dapatlah kiranya disimpulkan bahwa cermin perunggu di pulau Jawa memang digunakan oleh wanita sebagai obyek kecantikan dan juga digunakan oleh para pendeta dan pertapa untuk upacara-upacara keagamaan maupun sebagai bekal kubur."
1989
S11784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewanto Soegiarto
"Dewanto Soegiarto. Klasifikasi Hata Tombak Koleksi Museum Nasional Jakarta. (Di bawah bimbingan Bambang Sumadio). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Mata tombak adalah salah satu benda hasil buatan manusia, yang sudah dikenal sejak jaman prasejarah hingga kini. Beberapa mata tombak dapat dijumpai sebagai koleksi Museum Nasional Jakarta, yang menunjukan keanekaragaman bentuk, ukuran, dan hiasan yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan bahan pustaka yang berkaitan dengan tombak dan yang berkaitan dengan metodologis penelitian artefak, maka disusun suatu metode untuk meneliti mata tombak kolek_si Museum Nasional Jakarta. Mengingat hanya dimensi bentuk yang cukup lengkap, maka penelitian ini lebih diarahkan untuk mengungkapkan masalah-masalah berdasarkan dimensi bentuk. Termasuk masalah dimensi waktu yang sudah tidak diketahui, namun diusahakan untuk dilengkapi. Data artefaktual berupa 28 mata tombak. Juga dipakai data bantu dari berbagai sumber sejarah, yaitu prasasti Pangumulan, Rukam, Lintakan, dan Wukajana, naskah Serat Centhini, relief Karmawibhangga candi Borobudur, arca Ardhanarisvara, dan arca Siva Mahaguru. Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan metode klasifikasi, yaitu klasifikasi taksonomi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan_-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, di mana penggolongan atas kelas atau tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Klasifikasi dilakukan dengan mula-mula melakukan pemilahan terhadap atribut-atribut mata tombak, yaitu bentuk dasar bilah, bentuk metuk, hentuk pesi, hiasan, dan ukuran. Bentuk dasar bilah masih dapat diperinci lagi menjadi bagian pangkal bilah, badan bilah, dan pucuk bilah. Lalu ditentukan atribut kuat dan atribut lemah. Atribut kuat, yaitu bentuk dasar bilah, bentuk metuk, dan bentuk pesi dipakai untuk menghasilkan tipe-tipe. Tipe-tipe ini selanjutnya dianalogikan dengan berbagai sumber sejarah dalam usaha untuk melengkapi dimensi waktu dari mata tombak tersebut. Setelah dilakukan perbandingan bentuk, maka terdapat 3 tipe dapat diberi dimensi waktu secara relatif"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Budiastra
Denpasar : Proyek Pembinaan Permuseuman Bali, 1993
739.72 PUT k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yantie Sugiarnie Y. Tingan
"Lampu digunakan sebagai alat penerang dalam kehidupan manusia, tetapi lampu juga dapat dimaknai lebih dari sekedar penerang biasa, antara lain sebagai simbol kehidupan dan pengetahuan. Keragaman bentuk dan ornamen yang dimiliki lampu juga dimaknai lebih dari sekedar penerang biasa karena ada maksud tertentu dibalik penggunaan bentuk dan ornamen tersebut.
Kajian ini membahas tentang lampu-lampu perunggu Jawa Kuna koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari periode Klasik Tua dan Klasik Muda. Selain berbentuk gantung dan duduk, lampu-lampu perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta memiliki ornamen yang bervariasi, tetapi terdapat juga lampu-lampu perunggu gantung atau duduk yang tidak memiliki ornamen. Ornamen-ornamen yang digunakan untuk melengkapi lampu-lampu perunggu mengandung makna tertentu karena adanya beberapa ornamen yang memuat unsur kedewasaan, mitos, dan susastera."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Prasetyanti Lydia
"Selain sebagai sumber daya pangan, kerang ternyata juga dimanfaatkan sebagai salah satu alat atau sarana untuk melakukan suatu pekerjaan bagi manusia pada masa lalu. Hal inidibuktikan dengan adanya benda-benda peninggalan masa lalu yang berupa artefak alat kerang dari banyak situs-situs bersejarah, baik di dalam maupun di luar Indonesia. Artefak alat kerang yang dibahas dalam penelitian ini adalah berasal dari situs-situs gua Prasejarah di daerah Jawa Timur, dan yang menjadi koleksi dari Museum Nasional Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti, serta jenis-jenis kerang yang dipakai; (2) menjelaskan fungsi dari masing-masing jenis alat kerang tersebut, serta teknik buat dan cara penggunaannya (3) menjelaskan hubungan antara jenis dan bentuk-bentuk alat kerang yang dihasilkan dengan kondisi lingkungan sekitar situs tempat penemuan alat-alat kerang tersebut. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tahap pertama, dilakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Kemudian pada tahap selanjutnya, yaitu tahap pengolahan data, data yang telah dikumpulkan dicatat dan dianalisis melalui analisis khusus. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis kerang yang dipakai, ukuran, pola pecah, serta ciri-ciri khsuus yang dimiliki oleh masing-masing jenis alat kerang yang diteliti. Sedangkan untuk mengetahui fungsi, teknik buat, dan cara yang memuat data etnografi tentang kehidupan beberapa masyarakat tradisional yang masih memanfaatkan sumber daya kerang dalam kehidupannya. Karena masih sangat terbatasnya data kepustakaan yang ada maka untuk memperoleh gambaran dan pemahaman lebih jauh tentang penggunaan alat-alat kerang pad amasa lalu, dilakukan beberapa percobaan dengan menggunakan kerang-kerang dari jenis yang sama dengan kerang-kerang yang diteliti. Selain itu, juga dilakukan kajian terhadap sumber-sumber tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada tahap akhir dari penelitian ini, yaitu tahap penafsiran data, dibuat suatu rangkuman dari analisis yang telah dilakukan. Kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: artefak alat kerang koleksi Musium Nasional Jakarta yang berasal dari situs-situs gua Prasejarah di Jawa Timur, memiliki ciri-ciri khusus tertentu yang membedakannya dengan pecahan-pecahan kerang biasa pada umumnya, (2) kerang-kerang yang dipakai sebagai alat dari masa lalu tersebut, hanya berasal dari satu jenis kerang saja, yaitu: Polymesoda sp., (3) keseluruhan artefak alat kerang yang diteliti dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis alat, yaitu: kelompok Penyerut, serta kelompok Penusuk dan Penyerut. Masing-masing jenis alat kerang ini memiliki teknik buat yang pada dasarnya adalah sama, yaitu teknik pukul (teknik pecah) dengan menggunakan bantuan alat-alat lainnya. Sedangkan fungsi dan cara pakai dari masing-masing jenisalat kerang tersebut bila dikaji lebih jauh, ternyata berkaitan erat dengan kondisi flora dan fauna serta keadaan lingkungan dari situs-situs yang bersangkutan. Adapun kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah bersifat sementara, karen masih dibutuhkan pengujian dan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lani Kumarika Dharma
"ABSTRAK
Avalokitesvara merupakan Bodhisattva yang dianggap penting dalam agama Budha Mahayana. Bukti adanya pemujaan Avalokitesvara di Jawa Tengah selain diketahui dari pene_muan sejumlah arca Avalokitosvara, diketahui pula dari prasasti. Dalam penelitian ini yang dipergunakan sebagai data primer ialah 14 buah arca Avalokitosvara koleksi Museum Nasional Jakarta asal Jawa Tengah, bahan perunggu. Tujuan yang hendak dicapai ialah untuk mengetahui se_jauh mana ketentuan pengarcaan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala diikuti di Jawa Tengah. Ciri yang sama antara Avalokitosvara Jawa Tengah dengan ketentuan dalam Sadhanamala adalah hiasan pada mahkota yang berupa bentuk Amitabha. Identifikasi tidak berhasil dicapai. Tidak satu pun arca yang mengikuti semua ketentuan salah satu perwujudan Avalokitosvara seperti yang disebutkan Sadhanamala. Arca Avalokitosvara dipergunakan sebagai obyek meditasi. Mantra yang digoreskan pada umpak arca memperkuat dugaan tersebut. Kepustakaan yang dipergunakan berjumlah 63 buah, yang tertua tahun 1896, yang termuda tahun 1984_

"
1985
S11768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herna Lestari
"Menurut mitologi Hindu Harihara adalah satu bentuk Siva dan Vishnu dalam satu tubuh. Siva digambarkan pada sisi sebelah kanan dan Vishnu di sisi sebelah kiri. Harihara hadir untuk meredakan perselisihan yang terjadi antara penganut Sivaisme dengan penganut Vishnuisme yang jumlahnya cukup dominan di India. Perselisihan itu terjadi karena masing-masing penganut berusaha menunjukkan bahwa dewa utama yang mereka puja lebih 'hebat' dari dewa lainnya. Penelitian ikonografi dan gaya seni arca Harihara Jawa koleksi Museum Nasional Jakarta bertujuan untuk menguraikan ciri-ciri khan arca Harihara, bagaimana bentuk penggambarannya, adakah perbedaan penggambaran antara arca yang berasal dari Jawa Tengah dengan arca yang berasal dari, Jawa Timur, serta adakah persamaan dan perbedaan dengan arca Harihara di India.
Seluruh arca Harihara yang diteliti merupakan koleksi Museum Nasional Jakarta. Ada 11 arca koleksi Museum Nasional Jakarta yang diidentifikasikan sebagai arca Harihara, terdiri dari 10 arca berasal dari Jawa Timur dan 1 dari Jawa Tengah. Arca-arca tersebut dipotret dan diukur untuk kemudian dilakukan pemerian dengan menggunakan Model Deskripsi Arca Tipe Tokoh (Sedyawati 1983). Kajian kepustakaan yang digunakan berupa tulisan-tulisan yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan objek yang dibahas. Kitab-kitab agama Hindu yang berkenaan dengan data ikonografi, ikonometri dan mitologi, tidak digunakan kitab-kitab aslinya, melainkan basil kutipan dan terjemahan dari kitab-kitab tersebut yang telah diterbitkan.
Hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengarcaan Harihara koleksi Museum Nasional Jakarta dari Jawa Timur ber-beda dengan dari Jawa Tengah. Arca Harihara Jawa Tengah dapat dikatakan mempunyai ciri-ciri yang lebih mendekati kesamaan dengan arca Harihara di India dibandingkan dengan Jawa Timur. Ciri-ciri yang biasa ditemukan pada arca Harihara, seperti sikap berdiri samabhanga, mahkota berbentuk sebelah kanan kirilamakula dan sebelah kiri jamalakuta, tangan kanan memegang Laksana Siva dan tangan kiri memegang Laksana Vishnu, dan di samping kanan dan kiri arca terdapat vaharaa berupa Nandi dan Garuda, dijumpai pada arca Harihara Jawa Tengah. Sedangkan pada arca Jawa Timur ciri-ciri yang pada umumnya dijumpai adalah sikap berdiri dan Laksana yang dipegangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Purnaeni
"ABSTRAK
Penelitian mengenai ragam hias kain dilakukan berdasarkan ragam hias kain pada arca-arca batu di Museum Nasional Jakarta ( MNJ ). Tidak seluruh dari arca batu koleksi museum ini yang mempunyai ragam hias pada kainnya, hanya beberapa kain arca batu yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang mempunyai ragam hias. Hal inilah yang menjadi satuan pengamatan pokok.
Dari hasil pengamatan terhadap ragam hias yang terdapat, diketahui ada beberapa tipe dan variasinya. Meskipun demikian masih dapat terlihat persamaan pada bentuk dasarnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada kaitan antara ragam hias pada kain arca dengan ragam hias batik, untuk mengetahui ragam hias apa saja yang digambarkan atau dipahatkan pada arca dan juga untuk mengetahui simbol atau lambang apa yang terkandung pada ragam hias dan kaitannya dengan status seseorang.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi, yang bertujuan untuk membentuk tipe dan kemudian menggunakan data kepustakaan hal ini disesuaikan dengan apa yang terdapat pada kain batik.
Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa ragam hias yang terdapat pada kain arca setelah disesuaikan dengan ragam hias pada kain batik ternyata mempunyai persamaan dalam penggambaran bentuk pola dasarnya.
Dari bentuknya, ragam hias ini mempunyai persamaan dengan ragam hias jenis kawung, ceplokan, swastika (banji), ragam hias pinggiran tumpal dan udan liris pada kain batik. Ragam-ragam hias ini mengandung suatu arti perlambang (simbol) yang penting, sehingga kain dengan ragam hias ini khusus dipahatkan pada arca yang merupakan perwujudan seseorang. Pemakaian kain dengan ragam hias tertentu ini disebut ragam hias larangan pada kain batik. Di mana hanya kaum ningrat saja yang boleh memakainya, karena perkembangan zaman tirnbul hal yang menyebabkan teriadinya pergeseran di mana arti perlambang tidak lagi dianggap penting sehingga siapa saja baleh memakai ragam hias tertentu tanpa ada peraturan yang melarangnya.

"
1990
S11915
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>