Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Kartika Sanur
"ABSTRAK
Penelitian terhadap bangunan Toko Merah yang terletak di Jalan Kali Besar Barat No. 11 Jakarta Barat telah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan ini dan selanjutnya untuk mengetahui apabila ada unsur-unsur budaya lain yang turut diterapkan pada bangunan ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data melalui studi kepustakaan yang bertojuaii untuk mengampulkan sumber-sumber kepustakaan yang dapat menunjang tercapainya tujuan penelitian ini. Selain itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan pengamatan dan perekaman yang terinci pada unsur-unsur bangunan Toko Merah. Selanjutnya pada tahap pengolahan data, dilakukan analisis komparatif dengan gedung Arsip Nasional dan sumber-sumber pustaka dalam hal kesamaan bentuk dan kesamaan ragam hias. Sebagai tahap akhir penelitian ini yaitu tahap penafsiran data. Pada tahap ini diperoleh asumsi bahwa bangunan Toko Merah dipengaruhi oleh gaya bangunan Barok yang banyak menampilkan hiasan berupa untaian daun, bunga, penggambaran tokoh dan warna-warria yang digunakan kebanyakan merah, emas dan hitam. Selanjutnya dapat diketahui bahwa selain pengaruh budaya Eropa, bangunan Toko Herah ini juga dipengaruhi oleh unsur budaya tradisional yang tampak pada hiasan kisi-_kisi pipih pada balustrade. Hiasan ini biasa terdapat di rumah-rumah Melayu.

"
1995
S11816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwardi Hagani
"ABSTRAK
Dalam penyebaran kebudayaan kadang terjadi sebuah proses percampuran kebudayaan. Proses ini diteliti lewat peninggalan kebudayaan, berupa bangunan kolonial tipe landhuis yang ada di Jakarta.
Ketika orang Belanda datang dan menjadi penguasa di Jakarta, mereka membawa kebudayaan negara asalnya, salah satunya adalah bangunan landhuis.
Landhuis sebagai sebuah bangunan yang pertama kali berkem_bang di Eropa pada jaman renaissance, merupakan sebuah bangunan yang didirikan di luar kota untuk tujuan kenyamanan.
Namun dalam kenyataannya landhuis yang ada di Jakarta men_galami proses percampuran unsur kebudayaan, hal ini pernah dinya_takan oleh Van de Wall dalam beberapa tulisannya.
Pada penelitian ini dipilih landhuis dari abad ke-18 M sebagai obyek penelitian, karena pada masa itu adalah masa kemak_rnuran hingga kebangkrutan kongsi dagang Belanda (VOC) yang ada di Jakarta.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah landhuis Gunung Sari, Reinier de Klerk, Cililitan Besar, Cimanggis dan Yapan. Dengan membahas keberadaan unsur bangunan tradisional Jakarta (Betawi) dan unsur bangunan Eropanya.
Variabel yang diamati adalah denah, bentuk atap, bahan atap, dak atap, pintu, jendela, tiang, pilar, pilaster dan ragam hias ornamental.

"
1995
S12056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daruroh Sadadi
"DARUROH SADADI, (UM 0786030046, Kanal-kanal di Batavia abad ke-17 dan 18 : Sebuah Pendahuluan. (Dibawah bimbingan Bapak Ronny Siswandi, SS, MA). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992 (xiii + 198 hal, 7 tabel., 12 gambar, 30 peta, 2 foto udara, 49 foto). Kanal, merupakan jalur air yang dibuat oleh manusia dengan jalan memotong dan menggali daratan untuk berbagai keperluan. Berdasarkan fungsi, kanal terbagi atas (1) kanal irigasi dan (2) kanal navigasi. Berdasarkan keletakan, terbagi atas (1) kanal arterial dan (2) kanal lateral. Keberadaan kanal di masa lalu memegang peranan penting baiksecara ekonomi, sosial maupun politis. Di Batavia kanal-_kanal tersebut dibuat oleh VOC dengan mengi kuL i cara yang dilakukan di negara asalnya. Penelitian ini terbatas pada kanal-kanal yang dibuat di Batavia dan sekitarnya pada abad ke-17 dan 18 serta yang didukung oleh data-data otentik.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui perkembangan bentuk kanal-kanal di Batavia dan sekitarnya pada abad ke-17 dan 18. (2) Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perkembang_an tersebut (3) Merekonstruksi keberadaan kanal-kanal tersebut di masa kini. Metode yang digunakan adalah metode induktif dengan pendekatan sistemik, dan pendekatan sejarah kebudayaan. Pendekatan sistemik dilakukan untuk menjelaskan posisi kanal dalam suatu sistem perkotaan yang terbagi lagi dalam sub_sistem pertahanan dan transportasi. Pendekatan sejarah kebudayaan dipergunakan pada saat pendeskripsian kanal-kanal berdasarkan ruang dan waktu. Kedua pendekatan tersebut dilakukan dengan metode induktif yang sangat membantu pendeskripsian kanal-kanal berdasarkan dimensi ruang dan waktu, serta dimasukan ke dalam perkembangan kebudayaan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa ada dua perkembangan bentuk (1) teratur, terkotak-kotak dan saling berpotongan tegak lurus antara satu dengan yang lain; bentuk ini terjadi pada kanal-kanal dalam kota. (2) Tidak teratur, tergantung dari kebutuhan secara ekonomi; bentuk ini terjadi pada kanal-kanal luar kota. Sedangkan faktor-_faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut adalah (1) faktor fungsi dan keletakan, (2) faktor sosio-ekonomi, dan (3) faktor alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brousson, H. C. C. Clockener
Jakarta : Komunitas bambu , 2007
959.82 BRO gt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Suryanti Adisoemarta
"Arsitektur bangunan dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dan lain-lain. Sebab arsitektur tidak dapat terlepas dari konteks manusia dan manusia membangun bangunan untuk melaksanakan aktivitasnya. Penelitian ini terbatas pada dua bangunan yaitu gedung Mahkamah Agung dan Gedung Balai Seni RUpa. Meskipun gedung mahkamah Agung dan gedung Balai Seni Rupa sama-ama merupakan bangunan peradilan sama-sama bergaya Neo-Klasik, ternyata memiliki beberapa perbedaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui pola tata ruang dan unsur yang menjadikan indikator bangunan peradilan. (2) pemberikan penilaian terhadap gaya seni yang diserap antara kedua bangunan tersebut. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah: (a) pengumpulan data, (b) pengolah data dan (c) interpretasi data. Pendekatan yang digunakan dalam tahap pengolahan data adalah analogi dan arkeologi keruangan. Adapun tahap arkeologi keruangan yang digunakan terbatas pada tahap mikro dan semi-mikro. Tujuan dilakukan analogi untuk memberikan penilaian gaya seni dan untuk mengetahui unsur yang dapat dijadikan indikator banguna peradilan. Tujuan dilakukan arkeologi keruangan, dalam tahap mikro untuk mengetahui masing-masing bangunan secara mendalam sedangkan dalam tahap semi-mikro untuk menjelaskan keberadaan, persamaan, perbedaan dan hubungan antara kedua bangunan tersebut. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah: (1) Gedung Mahkamah Agung menyerap gaya seni Neo-Klasik Romawi dengan dipengaruhi oleh berbagai ragam seni lainnya. Sedangkan gedung Balai Seni Rupa murni menyerap gaya seni Neo-Klasik Yunani. (2) Untuk disebut sebagai bangunan peradilan harus memiliki sebuah ruang utama yang berukuran besar dan berapa di tengah bangunan dan ruang utama tersebut dikelilingi oleh ruang-ruang lain yang berukuran lebih kecil. Fungsi ruang utama sebagai ruang peradilan utama sedangkan fungsi ruang-ruang keliling sebagai kantor administratif yang menunjang kegiatan peradilan. (3) Perbedaan yang terdapat pada kedua bangunan tersebut dipengaruhi pula oleh perbedaan tingkat peradilan (karena kedua bangunan berfungsi sebagai bangunan peradilan), keadaan ekonomi dan situasi politik pada masa itu. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih dalam masih dibutuhkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Arlisabetha
"Keluarga merupakan pilar terpenting dalam kehidupan masyarakat Cina. Istilah keluarga, yang telah menjadi kata yang umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, akan menjadi lebih rumit apabila kemudian diterjemahkan ke dalam pengertian keluarga Cina, yang dalarn bahasa Cina disebut sebagai Jia. Masyarakat Cina percaya pada konsep keluarga ideal, yaitu keluarga yang terdiri dari lima generasi yang hidup bersama dalam satu atap, satu anggaran yang sama, satu tungku dapur yang sama dan dibawah satu kepala keluarga (jiazhang). Komposisi keluarga ideal seperti ini disebut Five Generation Co-residing (lima generasi yang tinggal bersama-sama). Orang Cina sendiri memiliki dua pilar panting di dalamnya, keduanya terwujud dalam organisasi kekerabatan yaitu lineage (marga) dan clan (klan). Clan (shizu) merupakan organisasi yang terbentuk herdasarkan kekerabatan keluarga atau pertalian darah, namun yang lebih panting oleh karena kewajiban dan hak bersama. Clan sebagai sebuah organisasi juga memiliki properti bersama, salah satunya adalah kelenteng leluhurl marga (zu tang). Kelenteng marga tertua di Jakarta diketahui berasal dari dua keluarga besar dan berpengaruh di Jakarta saat itu yaitu, marga Tan (Chen) dan Lim (Lin). Kelenteng Chenshi Zu dari marga Tan (Chen) dan Kelenteng Tian 1-Iou dari keluarga"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Retnowati
"Penyebaran Islam ke berbagai belahan bumi selama berabad-abad memberikan warna terhadap khazanah arsitektur dunia pada umumnya dan arsitektur Islam pada khususnya. Jejak Islam dapat ditemukan di berbagai bangunan peninggalan muslim dalam beragam gaya termasuk pada mesjid. Kubah sebagai salah satu bentuk penutup atap pada mesjid-mesjid telah ada selama berabad-abad dan dapat ditemukan di berbagai wilayah di dunia yang pernah mendapatkan pengaruh Islam.
Seiring dengan perjalanan waktu, bentuk-bentuk kubah mengalami perkembangan dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yang dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Begitu lekatnya keberadaan kubah pada mesjid selama kurun waktu yang panjang memberikan pandangan bahwa keduanya tidak dapat dipisahkan meskipun kubah sebagai penutup atap pada mesjid bukanlah merupakan suatu keharusan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Witjaksono
"Salah satu tinggalan arsitektur Islam adalah Mesjid. Dalam sebuah masyarakat Islam bangunan mesjid tidak hanya memiliki peran dan fungsi sebatas tempat berkupulnya jamaah untuk melaksanakan shalat farhdu bersama-sama, namun lebih jauh mesjid memiliki fungsi sosial, ekonomi, politik, ilmu, seni dan filsafat. Berdasrkan kenyataan tersebut secara tidak langsung mengungkapkan bahwa apabila seorang ingin menyelidiki kehidupan keagamaan di salah satu pulau (Jawa), maka haruslah dimulai dengan mempelajari mesjid sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Pijper (1985).
Dalam sejarah perkembangan Islam Khususnya di Pualau Jawa, wilayah Pesisir Utara Jawa Barat memiliki arti dan peran yang sangat strategis. Pesisir Utara Jawa Barat merupakan distrik pertama dimana Islam dikenal. Keletakan wilayah Pesisir Utara Yang strategis serta merupakan jalur perlintasan pelayaran dan perdagangan merupakan faktor pendukung yang mempercepat proses datangnya Islam ke Wilayah ini. Sehinga tidak mengherankan bila bangunan mesjid kuno dari masa-masa awal (abad 16-17Masehi) ditemukan di daerah pesisir ini.
Permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana bentuk-bentuk mesjid di Jwa Barat, apakah mesjid-mesjid di pessisir Jawa Barat memiliki berbagai variasi yang pada akhir mampumembedakan dengan mesjid-mesjid di Jawa Barat pada umumnya. Sedangkan tujuan dari penelitian ini yaitu selain untuk melihat variasi gaya dan bentuk dari mesjid di pesisir Jwa Barat, juga untuk mengetahui apakah mesjid-mesjid di pesisir Jawa Barat memiliki persamaan dengan mesjid-mesjid di Jawa pada umumnya.Berdasarkan hasil penelitian tergambar bahwa secara umum bentuk-bentuk mesjid di Pesisir Jawa Barat tidak memiliki perbedaan yang khusus dengan mesjis-mesjid di Jawa pada umumnya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Sejarah mata uang di Indonesia telah berlangsung lama yaitu kira-kira sejak abad 6 Masehi. Penggunaan mata uang seringkali disebutkan di dalan prasasti-prasasti dan naskah-naskah kuno pada jamannya, ditambah lagi dengan catatan orang-orang asing yang pernah singgah dan melakukan kegiatan berdagang di Indonesia. Keterbukaan bangsa Indonesia melakukan diplomasi dagang ini merupakan awal mula dikenalnya mata uang. Hubungan dengan bangsa India dan Cina pada awal-awal abad Masehi jelas membawa dampak beredarnya mata uang mereka di bumi Nusantara. Mata Uang yang beredar pada masa Klasik tersebut adalah mata uang ma (yaitu mata uang untuk satuan ukuran emas) yang ditulis dengan huruf Prenagari yang berasal dari India Utara dan mata uang kepeng dari Cina atau mata uang lokal. Berita Cina dan isi prasasti Bendosari dari masa Majapahit menyiratkan bahwa mata uang-mata uang yang beredar itu mungkin dibuat di tempat asalnya untuk kemudian dibawa ke Indonesia untuk dipergunakan di dalam perdagangan. Hal ini diperkuat pula dengan kenyataan-kenyataan di jaman berlangsungnya kerajaan-kerajaan islam di Indonesia. Pada sekitar abad 14-17 masehi telah beredar beberapa jenis mata uang diantaranya mata uang picis, mata uang real Belanda, mata uang Cruzadon (Portugis), mata uang Tanga (Siam), mata uang real Spanyol mata uang Piaster (Spanyol) dan beberapa jenis mata uang lokal. Mengamati mata uang berarti melacak sejarah. Pada fungsinya sebagai alat pembayar, pengamatan mata uang akan membawa kita kepada perkembangan perekonomian. Banyak aspek akan saling terkait di dalam kegiatan perekonomian itu, misalnya-peranan penguasa, petani, pedagang, pialang, letak geografis, iklim, teknologi perkapalan, keadaan alam dan lain-lainnya. Namun pada sisi lain, sebagai alat pertukaran, benda upacara atau jimat, mata uang (coin) merupakan benda yang mempunyai arti magis dan tidak dipergunakan sebagai alat pembayar. Mata uang ini pada umumnya diukir dengan gambar-gambar yang melambangkan suatu kepercayaan tertentu dan mempunyai suatu tujuan tertentu pula. Misalnya, menggambarkan lambang-lambang penciptaan dunia dalam wujud tumbuhan dan binatang. Adapun tujuan yang lazim termaktub dalam lukisan-lukisan tersebut adalah memperoleh keselamatan, pemujaan pada kesuburan dan ruwat. Maknanya lebih jauh akan semakin jelas apabila dihubungkan dengan naskah-naskah keagamaan pada masa yang sama. Pada masa berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam, masih ada pula mata uang-mata uang yang semula berfungsi sebagai alat pembayaran pada masa sebelumnya kemudian digunakan sebagai jimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>