Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daruroh Sadadi
"DARUROH SADADI, (UM 0786030046, Kanal-kanal di Batavia abad ke-17 dan 18 : Sebuah Pendahuluan. (Dibawah bimbingan Bapak Ronny Siswandi, SS, MA). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1992 (xiii + 198 hal, 7 tabel., 12 gambar, 30 peta, 2 foto udara, 49 foto). Kanal, merupakan jalur air yang dibuat oleh manusia dengan jalan memotong dan menggali daratan untuk berbagai keperluan. Berdasarkan fungsi, kanal terbagi atas (1) kanal irigasi dan (2) kanal navigasi. Berdasarkan keletakan, terbagi atas (1) kanal arterial dan (2) kanal lateral. Keberadaan kanal di masa lalu memegang peranan penting baiksecara ekonomi, sosial maupun politis. Di Batavia kanal-_kanal tersebut dibuat oleh VOC dengan mengi kuL i cara yang dilakukan di negara asalnya. Penelitian ini terbatas pada kanal-kanal yang dibuat di Batavia dan sekitarnya pada abad ke-17 dan 18 serta yang didukung oleh data-data otentik.Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui perkembangan bentuk kanal-kanal di Batavia dan sekitarnya pada abad ke-17 dan 18. (2) Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya perkembang_an tersebut (3) Merekonstruksi keberadaan kanal-kanal tersebut di masa kini. Metode yang digunakan adalah metode induktif dengan pendekatan sistemik, dan pendekatan sejarah kebudayaan. Pendekatan sistemik dilakukan untuk menjelaskan posisi kanal dalam suatu sistem perkotaan yang terbagi lagi dalam sub_sistem pertahanan dan transportasi. Pendekatan sejarah kebudayaan dipergunakan pada saat pendeskripsian kanal-kanal berdasarkan ruang dan waktu. Kedua pendekatan tersebut dilakukan dengan metode induktif yang sangat membantu pendeskripsian kanal-kanal berdasarkan dimensi ruang dan waktu, serta dimasukan ke dalam perkembangan kebudayaan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa ada dua perkembangan bentuk (1) teratur, terkotak-kotak dan saling berpotongan tegak lurus antara satu dengan yang lain; bentuk ini terjadi pada kanal-kanal dalam kota. (2) Tidak teratur, tergantung dari kebutuhan secara ekonomi; bentuk ini terjadi pada kanal-kanal luar kota. Sedangkan faktor-_faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut adalah (1) faktor fungsi dan keletakan, (2) faktor sosio-ekonomi, dan (3) faktor alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Sundari Husen
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alice Armini
"BAB I PENDAHULUAN
1.1. Drama Klasik di Perancis, dan Konteks Sejarah Abad Ke--17.
Kiasisisme sebagai aliran sastra berkembang di Perancis selama abad ke-17, dan dirumuskan melalui peraturan-peraturan penu1isan yang ketat. Yang berkuasa menentukan peraturan tersebut adalah Academia, Francaise yang didirikan oleh, Richelieu pada tahun 1635 dengan tujuan mengarahkan kehidupan sastra. Sastra harus menggambarkan kebenaran yang dapat diterima oleh masyarakat (Vraisemb1able). Yang dituntut adalah kewajaran dan kebenaran dalam bentuk dan isi (Mieke Bal, 1987:158).
Drama Klasik abad ke-17 juga memiliki kaidah-kaidah yang harus dipatuhi, yang dikenal dengan les trois Unites (tiga kesatuan), yaitu unite d? action (kesatuan lakuan), unite de temps (kesatuan waktu), dan unite de lieu (kesatuan tempat) : cerita yang dipentaskan hanya boleh terjadi dalam satu hari, di satu tempat, dan lakuan harus sederhana, artinva terdiri dari satu alur saja dengan struktur dari paparan sampai selesaian. Selain aturan tersebut dituntut juga adanya kepatuhan akan konvensi moral, sosial dan bahasa (bienseance), yang telah disepakati masyarakat jaman itu.
Perkembangan drama klasik sesuai dengan rejim politik dan situasi social budaya, dibagi tiga periode yang berhubungan dengan tiga zaman yaitu :
1. Masa pemerintahan Ratu Marie de Medicis dengan Perdana Menterinya Kardinal Richelieu, yang mewakili kekuasaan anaknya Louis XIII, yang baru berusia 9 tahun ketika harus naik tahta.
2. Masa Pemerintahan Perwalian berikutnya setelah kematian Louis XIII dan Richelieu pada tahun1643, adalah pemerintahan Anne d' Autriche, ibu Louis XIV, yang pada masa itu masih berusia 5 tahun. masa itu ditandai oleh meletusnya La Fronde, yakni pemberontakan kaum bangsawan dan sekelompok pemuka dalam parlemen Peraneis yang ingin pula berkuasa.
3. Setelah Mazarin wafat pada tahun 1661 Masa pemerintahan Monarki Absolut oleh Louis XIV ini merupakan masa kejayaan klasisisme sebagai paham yang mengagungkan keteraturan tatanan di segala bidang.
Pada akhir masa pemerintahan raja Henri IV kondisi teater dan drama dianggap kurang baik, karena belum mendapat perhatian dan bantuan keuangan dari pemerintah, dan dianggap kurang pantas bagi kaum intelektual dan dipertunjukkan di hadapan Pemuka Istana. Baru pada awal pernerintahan Richelieu, kondisi drama mulai berubah dan membaik. Perhatian Richelieu pada karya seni sangat besar, dia memberi semangat dan sekaligus perlindungan pada pengarang dan pemain drama, juga mendirikan sebuah tempat pertunjukan teater.
Berkat dorongan dari Richelieu, banyak pengarang drama mulai mengarahkan perhatiannya pada peraturan bentuk drama. Pada tahun 1629, para pemain drama Raja (Les Comediens du roi) menetap di Hotel de Bourgogne1. Untuk pertama kali drama menjadi genre sastra yang sangat dihargai dan mulai dipentaskan di hadapan kalangan bangsawan dan kalangan istana; jenis sastra ini mulai menghormati konvensi-konvensi klasik seperti Bienseance, agar para penonton tidak merasa khawatir atau tersinggung pada waktu menyaksikan sebuah adegan drama (Scherer, 1986:426)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek mihrab mesjid kuna yang ada di kota Benten, Jakarta, dan Cirebon, dengan memperhatikan segi-segi arsitektur, arah hadap dan ragam hiasnya. Rentang waktu yang digunakan adalah mihrab mesjid yang berasal dari abad 15 hingga 19. Tujuannya adalah untuk mengenali komponen yang terdapat pada mihrab-mihrab mesjid kuna, keragamannya dan frekwensi pemakaiannya. Juga untuk melihat unsur-unsur yang mempengaruhi ragam hiasnya, apakah ada unsur dari pra Islamnya atau dari Islamnya. Penelitian hanya dilakukan pada 16 obyek mihrab yang terdapat di ketiga kota tersebut di atas. Metode yang digu_nakan adalah deskripsi dan perbandingan hasil deskripsinae. Komponen yang diperhatikan adalah bentuk, ruangan, tiang, lengkungan, lalu arah hadap dan ragam hiasnya. Hasilnya me_nunjukkan adanya keragaman komponen dan frekwensi pemakaian_nya. Hal ini dapat digunaken sebagai dasar penelitian untuk mengenali gaya yang terdapat pada mihrab mesjid kuna, dan mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi ragam hiasnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Kartika Sanur
"ABSTRAK
Penelitian terhadap bangunan Toko Merah yang terletak di Jalan Kali Besar Barat No. 11 Jakarta Barat telah dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan ini dan selanjutnya untuk mengetahui apabila ada unsur-unsur budaya lain yang turut diterapkan pada bangunan ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah tahap pengumpulan data melalui studi kepustakaan yang bertojuaii untuk mengampulkan sumber-sumber kepustakaan yang dapat menunjang tercapainya tujuan penelitian ini. Selain itu juga digunakan studi lapangan (pengamatan langsung) dengan cara melakukan pengamatan dan perekaman yang terinci pada unsur-unsur bangunan Toko Merah. Selanjutnya pada tahap pengolahan data, dilakukan analisis komparatif dengan gedung Arsip Nasional dan sumber-sumber pustaka dalam hal kesamaan bentuk dan kesamaan ragam hias. Sebagai tahap akhir penelitian ini yaitu tahap penafsiran data. Pada tahap ini diperoleh asumsi bahwa bangunan Toko Merah dipengaruhi oleh gaya bangunan Barok yang banyak menampilkan hiasan berupa untaian daun, bunga, penggambaran tokoh dan warna-warria yang digunakan kebanyakan merah, emas dan hitam. Selanjutnya dapat diketahui bahwa selain pengaruh budaya Eropa, bangunan Toko Herah ini juga dipengaruhi oleh unsur budaya tradisional yang tampak pada hiasan kisi-_kisi pipih pada balustrade. Hiasan ini biasa terdapat di rumah-rumah Melayu.

"
1995
S11816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Tofano
"Skripsi ini membahas gaya hidup masyarakat kolonial di Batavia pada abad ke-19 dengan pendekatan sosial yang dilihat melalui pakaiannya. Pakaian yang akan dibahas pada tulisaan ini dibagi menjadi : pakaian kerja, pakaian sehari-hari, pakaian pesta dan juga pakaian olaraga. Pada penelitian ini pakaian akan dibahas secara mendetail dari unsur-unsur atau variasi yang berada pada pakaian tersebut. Detail pakaian itu akan menunjukan fungsi, gaya pakaian dan juga life style yang mempengaruhi terhadap perubahaan pakaian orang asing khusunya Eropa di Batavia.

This thesis studies colonial society lifestyle in Batavia, 19th century by social approach observing through the clothes. The clothes which will discussed on the thesis divided into work wear, daily wear, formal wear, and also sport wear. In the research, clothes will be discussed in detail from its elements or variation. Details of the clothes will show the function, the style, and also lifestyle that affect changes of or apparel in Batavia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni
"Istiwa adalah salah satu alat untuk mengetahui waktu masuk shalat yang menggunakan petunjuk matahari yang ditemukan pada mesjid-mesjid kuno di Jawa Dalam bahasa Jawa penunjuk matahari ini disebut befzeer, sedangkan istilah istiwa dikenal dalam bahasa Sunda yang berasal dari bahasa Arab (lihat bahasa khat al-istiwa, equator) yang artinya sama dengan khatulistiwa atau paralet. Bahasa Arab yang sebenarnya untuk penunjuk matahari adalah mizala. DipiIihnya istiwa sebagai obyek penelitian, berdasarkan pada keunikannya dibandingkan komponen bangunan rnasjid lainnya Pada obyek ini secara langsung berhubungan dengan gejala alam yaitu sinar matahari untuk mengetahui berfungsinya obyek tersebut. Pembahasan komponen istiwa diharapkan dapat menerangkan beberapa hal, diantaranya penggunaan istiwa sebagai alat penunjuk waktu shalat di rnasa lalu terutama (dari terbit hingga terbenam matahari) dan bentuk - bentuk Istiwa yang ada serta bagaimana penerapan rnedia tersebut pada mesjid-mesjid kuno di Pulau Jawa. Tampaknya cara-cara mengetahui waktu masuk shalat melalui istiwa mulai ditinggalkan dengan digunakannya teknologi yang lebih modern dan rnekanik, yaitu teknologi jam. Akibatnya, istiwa yang berfungsi sebagai alat penunjuk waktu shalat di masa lalu pada mesjid-mesjid kuno, menjadi kurang berfungsi dan kurang terurus penanganannya. Istiwa pada umumnya digunakan pada mesjid ataupun tempat peribadatan untuk shalat lainnya (mushola, saran, langgar dan lain-lain). Ruang lingkup penelitian terhadap istiwa pada mesjid-mesjid di Jawa dibatasi pada periode masa abad XVI hingga abad XIX. Untuk istiwa mesjid-rnesjid kuno di Jawa yang dianggap tertua menunjukkan periode abad XVI. Konsep dasar pembuatan istiwa memang erat tautannya dengan hukum islam, tetapi wujud fisiknya sendiri sesungguhnya bersifat sekuler. la lepas dari ketentuan hukum dan dengan demikian memberi kesempatan kepada si-pembuat untuk mengembangkan daya kreasinya Dari ragam bentuk istiwa dapat disimpulkan persamaan umum yang menandakan dan nnembedakan karakteristik istiwa dibandungkan komponen lainnya yaitu pada kawat penunjuk waktu dalam penampangnya (gnomon)."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Sulistyo
Bandung: Nakara Aksara Dunia, 2022
959.822 ARY g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gathut Dwihastoro
"Bangunan gudang-gudang VOC di Batavia mempunyai struktur bertingkat, dan umumnya bertingkat tiga. Semua bangunan pada ketiga kompleks berkonstruksi bata dan kayu. Bahan dasar bangunan berupa bata dan kayu yang kemungkinan sebagian besar diperoleh dari daerah lokal. Adanya besi kekang sebagai komponen pada bangunan gudang mempunyai nilai fungsional (struktural) sebagai penguat struktur bangunan. Pada bagian kaki bangunan mempunyai fondasinya dari susunan bata di atas balok dan papan, yang dilapisi atau diperkuat lagi dengan pecahan kerang, pasir dan batu karang. Biasanya jenis fondasi ini digunakan pada tanah yang lunak dengan kandungan atau permukaan air tanahnya tinggi. Seperti kondisi tanah dimana gudang-¬gudang (Pakhuizen) VOC berada. Orientasi bangunan gudang-gudang tersebut menghadap ke arah kanal atau sungai, sebagai jalur transportasi air. Di samping orientasi bangunan mengarah ke pelabuhan sebagai jalur utama. Hal ini menunjukkan bahwa gudang-gudang tersebut mengandalkan jalur air. Jalur transportasi air melalui kanal dan sungai ini memang penting dan mempunyai nilai strategis, terutama bagi aktivitas perdagangan. Pengaturan tata letak bangunan gudang-gudang (pakhuien) dalam aktivitas perdagangan VOC di Batavia, sengaja dibuat dengan orientasi bangunan menghadap..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Semiawan
"Penelitian ini merupakan penelitian mengenai seni bangunan masa kolonial Belanda yang bertujuan untuk mengetahui gaya apakah yang mempengaruhi pendirian suatu bangunan pendidikan di Batavia pada abad ke-19 dan ke-20 dan untuk melengkapi kajian sejarah dan kebudayaan di Batavia pada masa lalu. Dari 10 bangunan yang menjadi objek penelitian, 8 diantaranya dipengaruhi oleh Indische Stijl yang menandakan bahwa kebudayaan pribumi juga mempengaruhi pendirian bangunan pendidikan di Batavia pada masa tersebut, selain itu juga terdapat gaya arsitektur lain yang juga berpengaruh, yaitu Neo Klasik, De Stijl, Fungsionalism, dan Eclecticsm.

This research is about the art of Dutch colonial buildings which aims to determine whether the style affecting the establishment of an educational building in Batavia in the 19th and 20th century, and to complete the study of history and culture in Batavia in the past. From the 10 buildings that the object of the study, 8 of them are influenced by the Indische Stijl indicating that indigenous cultures are also influencing the establishment of educational buildings in Batavia at that time, but there is other architectural styles that have an influence at that time, there is Neo Classic, De Stijl, Fungsionalism, dan Eclecticsm."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44346
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>