Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifin Pramono
"Beliung persegi, sebagai benda penting pada tingkat perkembangan kehidupan masa bercocok tanam atau masa neolitik yang ditemukan di DKI Jakarta, bahannya banyak yang dibuat dari batu-batu bermutu seperti rijang, yaspis dan kalsedon. Jenis-jenis bahan meliputi belincung, pahat dalam berbagai urutan, beliung penarah dan pacul. alat-alat itu saja dibuat dengan bentuk yang sempurna, tetapi juga sudah dipoles permukaannya dan diasah pada kedua belah sisi tajamannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I. B Dwipayana
"I.B. Dwipayana, 0795030096, Beliung Persegi dari Cikokol, Tangerang Jawa Barat. (Dibawah bimbingan Kresno yulianto, M. Hum), Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pada masa Iampau, kondisi disekitar manusia merupakan Iingkungan yang alami, meliputi iklim, tanah, vegetasi dan fauna. Perkembangan budaya mengakibatkan manusia mampu menciptakan benda-benda yang digunakan untuk memanfaatkan sumber Jaya yang diperlukan, kehidupan manusia pada masa itu menunjukkan bahwa penguasaan dan pemanfaatan alam untuk kebutuhan hidupnya maju dengan pesat, hal ini terlihat pada pembuatan alat-alat yang dihasilkan seperti beliung persegi. Beliung Persegi merupakan benda penting pada masa bercocok tanam atau masa neolitik. Daerah temuan beliung ini, secara luas ditemukan di Indonesia, terutama di Indonesia bagian barat, salah satu situsnya adalah Cikokol, Tangerang, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara dominasi bentuk tertentu dengan tipe kegiatan tertentu dan merevisi kembali pendapat Roger Duff mengenai bentuk-bentuk tipe beliung di Indonesia terutama Indonesia bagian barat serta menjelaskan arti pentingnya situs Cikokol bagi kehidupan masyarakat prasejarah pada masa bercocok-tanam. Data yang dipakai dalam peneiitian ini merupakan beliung dari Cikokol, Tangerang koleksi Pusat Arkeologi di Jakarta. Berdasarkan pengamatan terhadap klasifikasi beliung persegi dalam tipe dasar dan variasinya dapat disimpulkan bahwa pada umumnya beliung persegi yang berasal dari Cikokol, Tangerang, Jawa Barat ini terdiri dari 3 macam tipe yaitu; Tipe I (beliung persegi), Tipe II (pahat), Tipe III (belincung). Tiap tipe ini masih terbagi Iagi menjadi beberapa variasi yailu: Tipe I dengan 6 variasi, Tipe II dengan 2 variasi dan Tipe IlI dengan 5 variasi. Sudut tajaman beliung dibagi menjadi 3 kelas yaitu ; tajam, sedang, tumpul. Ukuran beliung dibagi menjadi 3 yaitu: pendek, sedang, panjang. Dari semua tipe dan variasi yang dihasilkan terdapat 1 buah variasi yang tidak terdapat di dalam klasifikasi Roger Duff, maupun klasifikasi yang dibuat oleh para peneliti lainnya, yaitu beliung Tipe II variasi B. Pengamatan terhadap bentuk beliung terlihat bahwa ada 3 bentuk beliung yaitu; empat persegi panjang, berpenampang punggung tinggi dan berpenampang punggung bulat, dari ketiga bentuk tersebut, bentuk beliung empat persegi panjang merupakan bentuk yang paling dominan. Analisis bahan beliung menunjukkan 3 jenis batuan yang dipakai dan merupakan bahan baku beliung yaitu: (1) batuan beku: batuan daslt. (2) Batuan sedimen : Jasper, Rijang (chert), Fosil Kayu (Silisifiedwood), batu lanau (silt stone). (3) Batuan Metamori : Batuan metagamping dan hornfels. Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta, Tangerang dan Bogor semua jenis batuan ini terdapat di sekitar DAS Cisadane. Batuan dasit terdapat di daerah Gunung Dago, Jasper didaerah Binong dan Peusar, Batuan Rijang Silisltledwood, batu lanau, metagamping terdapat di daerah Gunungsari, Cihuni, Cigaten. Batu gamplng terdapat di daerah Nagrak, Hawing dan Cipete. Pengamatan terhadap keragaman bentuk, sudut tajaman dan hubungannya dengan jenis kegiatan dapat disimpuikan: Tipe 1 ukuran pendek dan sedang dengan sudut tajaman tajam cenderung mengarah pada jenis kegiatan menyerut, menggergaji, memotong, mengikis, dan mengerik. Tipe I ukuran pendek dan sedang dengan sudut tajaman sedang mengacu pada jenis kegiatan menarah, mengampak, dan membaji.Tipe II ukuran pendek dan sedang dengan sudut tajaman tajam cenderung mengarah pada jenis kegiatan : menyerut, memotong, mengergaji, mengikis dan mengerik. Tipe III berukuran pendek dan sedang dengan sudut tajaman tumpul cenderung mengarah pada jenis kegiatan membelah. Tipe III berukuran sedang dengan sudut tajaman sedang cenderung mengarah pada jenis kegiatan menarah, mengampak dan membaji. Tipe III berukuran panjang dengan sudut tajaman tumpul cenderung mengarah pada jenis kegiatan mem belah. Berdasarkan data yang dibuat oleh Departernen Dalam Negeri (1999), daerah Cikokol yang dilalui oleh DAS Cisadane ini, memiliki persediaan air yang berlimpah, keadaan solum tanah (unsur Kara) yang balk dan subur, flora dan fauna yang beragam, keadaan suhu dan curate hujan yang tetap dan teratur, memungkinkan menarik minat manusia untuk hidup dan menetap di daerah tersebut. Kondisi inilah setidak-tidaknya mendukung kegiatan bercocok tanam yang pada masa neoiitik mungkin masih berbentuk perladangan berpindah, kondisi lingkungan yang mendukung dan kegiatan yang dilakukan memungkinkan daerah tersebut dapat berkembang."
2000
S11576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
"ABSTRAK
Walaupun sejak lama diketahui bahwa diwilayah DKI Jakarta banyak ditemukan Beliung Persegi, namun penelitian yang mendalam mengenai benda ini masih amat terbatas, dan terkesan hanya bersifat pengumpulan artefak belaka. Analisis terhadap artefak ini hanya dilakukan sepintas. Para peneliti terdahulu antara lain Hoop (1941) Geldern (1945) Heekeren (1972) dan Pramono (1985) baru mengulasnya secara tipologis.
Berdasarkan kenyataan itu, penelitian ini berupaya mengkaji aspek fungsi beliung persegi dari jejak pakainya. Dari analisis jejak pakai diketahui bahwa beliung persegi dari beberapa situs di Jakarta digunakan sebagai alat untuk aktivitas nembelah (cleaving), mengampak (adzing), serta aktivitas mengerat /mengatam (whittling).
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Akbar
"Sebagaimana diketahui daerah Jakarta dan Bogor, terutama DAS Ciliwung, banyak menghasilkan temuan beliung persegi dari berbagai macam batuan. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sejauh ini belum menjawab mengenai nama batuan dan lokasi sumber bahan bakunya. Hasil analisis bahan beliung persegi dari DAS Ciliwung menunjukkan bahwa terdapat tujuh macam batuan yang dijadikan bahan beliung persegi. Bahan beliung persegi yaitu batuan chert, dacite, hornfels, jasper, metalimestone, silisifiedwood, dan siltstone. Metalimestone merupakan batuan yang paling banyak dijadikan bahan beliung persegi, sedangkan silisifiedwood dan siltstone merupakan batuan yang paling sedikit. Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta dan Bogor, chert, silisifiedwood, dan siltstone terdapat di DAS Ciliwung, yaitu di sekitar daerah Sugutamu, Depok. Sedangkan batuan lainnya tidak terdapat di DAS Ciliwung. Bila mengacu pada peta geologi, maka dacite, hornfels, jasper, dan metalimestone, yang terdekat terdapat di DAS Bekasi dan DAS Cisadane. Di DAS Bekasi ke empat batuan tersebut di atas, terdapat di sekitar daerah Cileungsi, Bogor. Chert, silisifiedwood, dan siltstone juga terdapat di daerah ini. Di DAS Cisadane ke empat batuan tersebut di atas terdapat di sekitar daerah Gunung Dago, Bogor. Sedangkan chert, silisifiedwood, dan siltstone terdapat pula di daerah ini, terutama di sepanjang aliran sungai Cisadane. Hasil ekskavasi di Kelapa Dua memberikan dugaan yang kuat bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu perbengkelan yang menghasilkan beliung persegi, sedikitnya Kelapa Dua merupakan situs perbengkelan tahap penyelesaian akhir, yaitu pada kegiatan penghalusan dan pengupaman. Beliung persegi yang ditemukan di Kelapa Dua terdiri dari seluruh macam batuan yang ada. Berdasarkan hal tersebut di atas tidak tertutup kemungkinan beliung persegi yang terdapat di Kelapa Dua didatangkan dari luar, mengingat tidak terdapatnya batuan dacite, hornfels, jasper, dan metalimestone. Terdapat kemungkinan bahwa beliung persegi Kelapa Dua berasal dari daerah Cileungsi atau dari daerah Gunung Dago, atau mungkin keduanya. Di kedua daerah tersebut juga dapat dijurnpai batuan chert, silisifiedwood, dan siltstone. sehingga terdapat kemungkinan ketujuh macam batuan yang dijadikan bahan beliung persegi didatangkan dari luar Kelapa Dua. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, tidak dijurnpai bukti-bukti perbengkelan di sekitar daerah Cileungsi dan Gunung Dago, Bogor. Hal ini membuka kemungkinan bahwa semua macam batuan yang dijadikan bahan beliung persegi didatangkan dari luar Kelapa Dua, baik berbentuk bongkahan maupun bentuk setengah jadi. Di Kelapa Dua dilakukan penyelesaian akhir sehingga menghasilkan beliung persegi yang telah berpermukaan halus dan siap dipakai. Dari Kelapa Dua kemungkinan besar didistribusikan ke lokasi-lokasi lain di DAS Ciliwung. Mengingat Kelapa Dua mempunyai sumber bahan chart, silisifiedwood, dan siltstone, yang dekat dengan lokasi, tampaknya ketiga bahan tersebut berasal dari daerah yang relatif sangat dekat, yaitu daerah Sugutamu, Depok. Hasil analisis menunjukkan bahwa batuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan pembuatan beliung persegi adalah metalimestone. Beliung persegi dan bahan tersebut tersebar di 7 dari 10 lokasi temuan di DAS Ciliwung. Pada uraian sehelumnya telah disampaikan bahwa secara geologis, di DAS Ciliwung tidak terdapat metalimestone. Dapatlah kiranya diperkirakan bahwa pada masa bercocok tanam telah terjadi kegiatan pertukaran, sehingga beliung persegi yang bahannya tidak terdapat di DAS Ciliwung, ditemukan di wilayah tersebut. Kegiatan pertukaran juga terjadi antar lokasi di DAS Ciliwung, sehingga lokasi yang tidak mempunyai sumber bahan, tetap dapat ditemukan beliung persegi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sarkoro Boedi Santoso
"Beliung Persegi merupakan salah satu alat batu dari tradisi Neolitik atau masa bercocok tanam yang banyak di-temukan tersebar di kepulauan Indonesia, terutama di Indonesia bagian barat. Sebagai suatu peralatan batu yang dipakai untuk bekerja, beliung persegi tampak memperlihatkan keanekaragaman dalam hal bentuk, ukuran, bahan dan kekerasannya, besarnya sudut tajaman, jenis kerusakan, dan letak keru sakan. Adanya keanekaragaman itu merupakan masalah utama yang akan dibahas dalam penelitian ini. Masalah lain yang menjadi perhatian adalah mengenai fungsi beliung dilihat atas dasar bentuk jejak pakai yang ditinggalkan, sehingga akan jelas bagaimana hubungan antara jejak pakai pada be_liung dengan teknik (cara) pemakaiannya.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah beliung persegi koleksi Museum Nasional Jakarta dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang kesemuanya merupakan temuan lepas (bukan basil ekskavasi) berasal dari daerah Bogor, dengan jumlah temuan sebanyak 225 buah yang dapat diidentifikasikan.
Analisis dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri bentuk, ukuran, bahan dan kekerasan, besarnya sudut tajaman, jenis kerusakan dan keletakannya pada mata tajaman. Untuk dapat menganalisis fungsi beliung, harus diketahui terlebih dahulu beberapa macam fungsi alat batu dengan masing-masing ciri-ciri kerusakannya yang digunakan oleh beberapa suku bangsa, di samping itu juga dari beberapa percobaan yang telah dilakukan oleh beberapa ahli, melalui kajian kepustakaan yang digunakan sebagai data banding. Setelah terkumpulnya data banding tahap selanjutnya adalah. milakukan analogi etnografi berdasarkan kajian kepusta_kaan, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan tentang berbagai macam fungsi beliung.
Hasil analisis tentang fungsi beliung persegi, menunjukkan bahwa beliung persegi digunakan sebagai alat untuk mengerat/meraut (whittling), penarah/pengetam/penyerut (planning), menggergaji (sawing), memotong/mengiris (cutting/slicing), membelah (chopping), mengampak (axing), mengikis/mengerik (scraping), baji (wedging)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresno Yulianto Soekardi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bida Kus Supartina
"Perpustakaan umum DKI Jakarta di Tanah Abang merupakan salah satu perpustakaan umum yang ada di Wilayah DKI Jakarta. kehadirannya cukup diperlukan o1eh masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya penyediaan bahan pustaka secara tepat agar dapat dimanfatkan secara optimal. Berdasarkan hasi1 evaluasi pemanfaatan koleksi bahan pustaka non referens, maka dapat dikatakan bahwa pengunjung perpustakaan cukup homogen di1ihat dari latar belakang pendidikan yang dimi1ikinya. Sedangkan status pengunjung perpustakaan adalah pelajar, mahasiswa dan karyawan. Dari analisis data berdasarkan daftar pengrakan penekanan koleksi pada bidang Teknologi dan Ilmu- Ilmu Sosial. Sedangkan koleksi yang banyak dipinjam adalah bidang Teknologi, I1mu- i1mu Sosial dan Agama. Namun ada juga koleksi yang jarang digunakan yaitu bidang karya Umum, Kesenian serta Bahasa. Buku-buku fiksi lebih banyak dipinjam oleh pengunjung yang berstatus karyawan, dan buku-buku non fiksi oleh para pelajar dan mahasiswa. Sedangkan buku-buku non fiksi dapat memuaskan pengunjung bila dibandingkan dengan buku-buku fiksi. Namun tingkat penemuan koleksi yang ada di perpustakaan masih cukup rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triani Budiyanthi
"ABSTRAK
PT. Aneka Bina Cipta Central Food Industry atau lebih dikenal dengan sebutan PT. ABC Food selaku produsen Teh ABC melakukan kegiatan periklanan dengan mengelonjarkan biaya yang cukup besar untuk kegiatan tersebut, dengan harapan iklan Teh Alam ABC dapat menciptakan perhatian, minat, keinginan, dan tindakan membeli produk yang ditawarkan iklan tersebut, serta sekaligus dapat meningkatkan hasil penjualan. Teori yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah teori dari E. K. Strong yaitu response tanggapan) seorang konsumen terhadap suatu obyek melalui serangkaian tahapan attention, interest, ·ctesire, dan action sebelum mengambil keputusan membeli suatu produk tertentu ( atau lebih dikenal dengan sebutan "Model AIDA" ) Untuk menjawab masalah ini dikumpulkan informasi melalui studi kepustakaan dan studi lapangan keperusahaan PT. ABC Food selaku produsen Teh Alam ABC dengan melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa manager, serta menyampaikan kuesioner kepada konsumen di lima wilayah DIG. Jakarta dengan menyaksikan sendiri pengisian kuesioner tersebut. Hasil studi menunjukkan melalui uji korelasi Pearson ternyatan hubungan yang positif antara kenaikan biaya periklanan dengan kenaikan hasil penjualan. Hal ini berarti usaha yang selama ini dilakukan PT. ABC Food dengan meningkatkan biaya periklanan untuk mencapai hasil penjualan yang meningkat merupakan suatu kebijaksanaan pemasaran yang dapat dilakukan. Dari segi response ( tanggapan ) konsumen terbadap iklan Teh Alam ABC, hasil studi menunjukkan ternyata iklan Teh Alam ABC berhasil membuat responden yang melihat iklan tersebut timbul perhatian, minat, keinginan, dan tindakan membeli produk yang ditawarkan iklan tersebut . Namun tingkat keberhasilan iklan Teh Alam ABC sebagian besar baru berhasil membujuk responden berada pada tahap attention ada perhatian responden sehingga mereka mengetahui adanya produk dan interest responden mulai tertarik terbadap produk yang ditawarkan iklan tersebut. Dari hasil uji hubungan Kendall, ternyata faktor pendidikan responden menunjukan hubungan positif yang kuat dengan keberhasilan iklan Teh Alam ABC. Sedangkan faktor tingkat pengetahuan responden terhadap pesan iklan, frekuensi melihat iklan, tingkat ketertarikan yang ditimbulkan iklan, tingkat keinginan yang ditimbulkan iklan, tingkat kesesuaian rasa Teh Alam ABC, dan tingkat penghasilan responden menunjukkan hubungan positif yang cukup kuat dengan keberhasilan tersebut. Begitu juga melalui hasil uji hubungan Cramer, ternyata faktor jenis kelamin responden mempunyai hubungan positif cukup kuat dengan keberhasilan iklan tersebut. Sebaliknya faktor tingkat pengetahuan responden terhadap produk dan usis responden menunjukkan hubungan positif yang lemah sekali (hampir tidak ada hubungan) dengan keberhasilan iklan tersebut. Hendaknya biaya periklanan yang relatif cukup tinggi di imbangi dengan pembuatan pesan iklan yang semenarik mungkin, sehingga konsumen terkesan pada iklan Teh Alam ABC dan dapat mendorongnya untuk mencoba produk yang ditawarkan serta bahkan membeli produk tersebut. Untuk itu penulis menyarankan agar gambar iklim Teh Alam ABC pada media cetak dibuat lebih hidup, sehingga dapat merangsang perasaan emosional konsumen untuk mencoba produk yang ditawarkan iklan tersebut. Buatlah isi naskah yang singkat, padat dan jelas yang dapat menggugah perasaan konsumen, sehingga timbul keinginan untuk mencoba bahkan membeli produk tersebut. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, B.F.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
T36465
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Sulaikin
"ABSTRAK
Dalam Garis - Garis Besar Haluan Negara Tahun 1988 - 1993 di bidang hukum dinyatakan bahwa pembangunan hukum ditujukan untuk memantapkan dan mengamankan pelaksanaan pembangunan dan hasil - hasilnya, menciptakan kondisi yang lebih mantap sehingga setiap anggota masyarakat dapat menikmati iklim kepastian dan ketertiban hukum, lebih memberi dukungan dan pengarahan kepada upaya pembangunan untuk mencapai kemakmuran yang adil dan merata serta menimbulkan dan mengembangkan disiplin nasional dan rasa tanggung jawab sosial pada setiap anggota masyarakat.
Selanjutnya GBHN Tahun 1988 - 1993 tersebut menyatakan bahwa dalam rangka pembangunan hukum perlu lebih ditingkatkan upaya pembaharuan hukum secara terarah dan terpadu antara lain kondisi dan unifikasi bidang-bidang hukum tertentu serta penyusunan perundang undangan baru yang sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung pembangunan di berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan serta tingkat kesadaran hukum dan dinamika yang berkembang claim masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pembangunan nasional dan pembangunan hukum nasional, hukum Islam telah berpartisipasi aktif karena hukum Islam ini bersumber pada sumber yang abadi, yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah, serta dilengkapi pula dengan Ijtihadlar-Ra'yu, yang manifestasinya berupa Ijma' dan Qiyas. Suatu kenyataan pula bahwa masyarakat Indonesia sebagian besar beragama Islam, dan karenanya dapat dipahami apabila ada keinginan agar dalam penyusunan hukum nasional pihak berwenang mengindahkan hukum Islam.
Salah satu upaya menuju ke arah pembangunan hukum sebagaimana ketentuan di dalam GBHN tersebut, yang berhubungan dengan perkawinan dan hukum fikih Islam telah ada yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang-Undang Perkawinan ini diundangkan tanggal 2 Januari 1974 dan melalui peraturan pelaksanaannya yaitu PP No.9 Tahun 1975, berlaku secara efektif mulai Tanggal 1 Oktober 1975.
Undang-Undang ini mengatur tentang perkawinan secara nasional, jadi berlaku bagi semua golongan dalam masyarakat Indonesia. Adanya undang-undang yang bersifat nasional ini memang mutlak perlu bagi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia karena selain sifatnya yang nasional itu, juga menampung prinsip-prinsip dan memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini berlaku dan menjadi pegangan bagi berbagai golongan dalam masyarakat.

"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>