Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Perdana Nusawan
"ABSTRAK
Proses kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala, membuat sifat keterbatasan yang dimiliki data arkeologi menjadi bertambah besar, baik secara kualitas maupun kuantitas. Keterbatasan ini tentu berakibat pada usaha arkeologi untuk memahami kebudayaan dan masyarakat masa lalu menjadi semakin terbatas pula sehingga menyebabkan para peneliti harus sekaligus mengupayakan pelestarian terhadap data yang ditelitinya. Oleh sebab itu perlu diupayakan untuk mengurangi ancaman terhadap data arkeologi agar keterbatasan tersebut tidak semakin besar. Hal ini juga untuk menjaga kesinambungan penelitian arkeologi selanjutnya. Kerusakan dan pelapukan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, yang selanjutnya dikategorikan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi keberadaan suatu peninggalan purbakakala, khususnya yang berada di tempat terbuka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Punden berundak Gunung Padang merupakan salah satu peninggalan purbakala yang terletak di tempat terbuka. Kondisi ini juga dipengaruhi lingkungan sekitarnya, tempat punden berundak itu berada. Studi ini dimaksudkan untuk memahami permasalahan yang timbul dalam usaha pelestarian peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala tersebut yang dalam studi ini adalah punden berundak Gunung Padang. oleh sebab itu studi ini bertujuan untuk:
(1) mengetahui jenis-jenis kerusakan dan pelapukan, besar, dan kecenderungannya,
(2) mengetahui beberapa faktor penyebab kerusakan dan pelapukan, terutama faktor lingkungan alam, dan
(3) menunjukkan kemungkinan hubungan antara beberapa jenis kerusakan dengan faktor penyebabnya.
Selanjutnya dalam studi ini dilakukan tahap-tahap penelitian yang terdiri dari (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, serta (3) penyajian dan penjelasan analisis data. Namun sebelumnya telah ditentukan sejumlah variabel datanya yang berdasarkan permasalah dan tujuan penelitian. Selanjutnya pemahaman data kerusakan dan pelapukan dilakukan dengan cara kuantifikasi data-data kualitatif, sehingga dapat meng_gambarkan besar kerusakan/pelapukan yang terjadi serta memungkinkan untuk menarik kesimpulan yang ada.Akhirnya, berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik tiga poin kesimpulan, sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, dan selanjutkan memberi beberapa saran guna kepentingan pelestarian peninggalan-peninggalan masa lalu, khususnya punden berundak Gunung Padang, yang menjadi data utama studi ini.

"
1996
S11605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Nugroho
"Penelitian ini mengenai bangunan berundak Situs Gunung Gentong yang terletak di Gunung Subang, Desa Legokherang Kecamatan Cilebak, Kuningan, Jawa Barat. Situs Gunung Gentong merupakan bangunan berundak dengan 6 teras dengan temuan berupa gentong, menhir, batu temugelang, batu lumpang, monolit, dan batu tegak. Bentuk bangunan berundak Situs Gunung Gentong belum diketahui. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk bangunan berundak Situs Gunung Gentong, apakah berbentuk anak tangga atau kah berbentuk piramida, dan atau kah berbentuk pola baru yang belum ditemukan sebelumya. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah deskripsi bangunan dan temuan yang terdapat di bangunan berundak Situs Gunung Gentong, data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis bentuk, setelah itu dilakukan perbandingan antara Situs Gunung Gentong dengan konsep dan teori mengenai punden berundak megalitik yang telah diungkapkan oleh para ahli arkeologi. Hasil penelitian ini menjukkan bahwa bangunan berundak Situs Gunun Gentong merupakan bangunan megalitik yaitu punden berundak dan temuan yang terdapat di dalamnya adalah gentong, menhir, batu temugelang, batu lumpang, monolit, dan batu tegak. Situs Gunung Gentong memiliki bentuk anak tangga dan menjadi situs perantara di kawasan Gunung Subang. Dilihat dari bentuk bangunan dan temuan yang terdapat di punden berundak Situs Gunung Gentong ada kemungkinan bangunan ini digunakan untuk pemujaan.

This research on the building site of Mount Gentong terraces located on Mount Subang, Village District Legokherang Cilebak, Kuningan, West Java. Mount Gentong a building site with 6 terraces with the findings of the barrel, menhirs, stone enclosure, mortar stones, monoliths, and the upright stone. Shape of the building site of Mount Gentong is unknown. Problems in this study is how the shape of the building terraces of Mount Gentong Site, whether stair shaped or pyramid shaped, or whether new shape patterns that have not been found previously. The steps in this research is a description of buildings and the findings contained in the Site of Mount Gentong building terraces, the data are then analyzed using analysis of form, after it carried out the comparison between the site of Mount Gentong with concepts and theories about punden megalithic terraces that has been expressed by the archaeologist. The results of this study indicate that the building site of Mount Gentong terraces are the megalithic buildings which is punden terraces and the findings contained therein are the keg, menhirs, stone enclosure, mortar stones, monoliths, and the upright stones. The site Mount Gentong has the shape stairs and into the site an intermediary in the region of Mount Subang. Judging from the shape of the building and the findings contained in the Site of Mount Gentong punden terraces there is a possibility the building used for worship."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S88
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Junus Satrio Atmodjo
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan monografi yang khusus membicarakan bangunan punden berundak di Gunung Penanggungan, suatu jenis bangunan kuna keagamaan Hindu yang bukan termasuk 'candi' dan biasanya hanya didirikan pada daerah sekitar gunung. Keaneka ragaman bentuk arsitektur dan penggarapan punden merupakan perhatian utama dalam skripsi ini, termasuk usaha mencari latar belakang dari alasan pendirian bangunan ini secara keagamaan maupun arsitektur.Metode yang dipakai adalah metode perban_dingan analitis. Melalui metode ini semua bangunan contoh penelitian diperbandingkan satu dan lainnya untuk mendapatkaa ciri umum dasar bentuk arsitektur yang berlaku bagi seluruh punden Situs Penanggungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua punden situs ini dibuat berdasarkan satu pola yang sama; yaitu selalu membagi badan bangunan menjadi tiga bagian terpisah. Yang oleh penulis disebut sebagai tanggul bawah, bangunan induk, dan tiga altar utama. Juga terbukti bahwa tidak ada dua atau lebih punden situs yang bentuknya mirip sama, se_tiap punden memiliki varisi bentuk dan pe_ngerjaan yang berbeda. Selain itu pemilihan arsitektur punden sendiri.yang berteras memperlihatkan adanya hubungan dekat antara praktek-praktek pemujaan arwah nenek moyang sebagai tradisi keagamaan Indonesia asli dengan unsur-unsur agama Hindu dalam-bentuk perpaduan .Secara keseluruhan disimpulkan bahwa ba_ngunan punden berundak Gunung Penanggungan adalah hasil perpaduan antara unsur budaya Indonesia asli dengan agama Hindu dalam u_jud baru yang mewakili keduanya.Yaitu bagunan berteras yang membawa corak Hindu."
1986
S11753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Leida M.R. Th
"Angka Kematian Bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58 per 1000 kelahiran hidup, dengan pola penyakit penyebab kematian masih berkisar penyakit infeksi yaitu ISPA, tetanus neonatorum dan diare, campak. Pola ini hampir serupa dengan penyebab kematian Balita. Masih tingginya angka kematian bayi dan balita disebabkan oleh karena upaya-upaya yang dilakukan pada tingkat pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) lebih menekankan pada aspek promotif dan preventif, sebaliknya upaya kuratif dan rehabilitataif kurang mendapat perhatian. Selain itu, penanganan kasus masih bersifat terkotak-kotak pada setiap penyakit. Dengan demikian, kondisi tersebut ikut memberikan sumbangan terhadap meningkatnya resiko kematian. Selain penyebab masalah program, diduga masalah kinerja petugas juga perlu diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi fenomena pelayanan kesehatan saat ini.
Untuk itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana tatalaksana kasus yang telah mempunyai standar baku dari Depkes pada tingkat operasional dilapangan. Pertanyaan tentang konsistensi tatalaksana baku kemudian menjadi penting,apakah telah dilaksanakan oleh petugas dan bagaimana peranan sarana pendukung sehingga ikut meningkatkan tatalaksana yang berkualitas.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yang bertujuan melihat hubungan dengan besarnya kualifikasi petugas, sarana dan logistik serta pengetahuan teoritis mengenai tindakan medis dan non medis dengan kualitas tatalaksana kasus pada bayi dan balita yang menderita ISPA, Diare, Campak dan KKP. Jenis studi berbentuk cross sectional. Populasi yang diteliti sekaligus merupakan sampel penelitian, yaitu semua bayi dan balita yang datang ke 12 Puskesmas dengan gejala batuk pilek atau panas atau mencret.
Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan program STATA versi 3.1 dan SPSS Versi 6.0 for Windows versi 3.1.1.
Dari hasil penelitian didapatkan cut off point untuk kualitas tatalaksana sebesar 60%, dengan proporsi pada tiap kasus yang sangat rendah yaitu dibawah 20%, hasil analisis bivariat pada kasus gabungan menunjukan bahwa ada hubungan antara jumlah staf yang cukup, tersedianya obat, barang cetakan serta pengetahuan dengan kualitas tatalaksana kasus, sedangkan pada kasus ISPA variabel yang berhubungan adalah lama kerja, staf dan pengetahuan. Untuk kasus diare hanya obat dan barang cetakan yang berhubungan dengan kualitas tatalaksana.
Analisis multivariat, dengan cara logistic regresi didapatkan tiga model yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kualitas tatalaksana kasus, sehingga model tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk membuat strategi tatalaksana kasus yang berkualitas di Kabupaten Cianjur.

The Factors Which Influence of the Babies Case Management Quality and Children Under Five Years Old Sick at Public Health Centre of Cianjur, West Java The infant mortality in Indonesia are being high enough at least for about 58/1000 birthness, by the pattern of that case about infectious or Acute Respiratory Infection (ARI), Tetanus neonatorum, Diarrhea and Measles, this pattern almost the same as chlidren under five rears old mortality. The highest infant and child mortality because of health service effort in this case caressingly on preventive and promotive aspects, other wise rehabilitative and curative lack of attention. Beside that to do the case is still, so that the condition like this will give an increasingly of deadness risk. Beside amain case problem it seems that the human resources need to be though over , it's as a factor influence of health services phenomena.
So, this research would to know how a case management has standard from health department on a filed operational. The question about consistency that would be important weather it has already done by the provider and how supporting materials in order to increase of management quality.
The objective of this descriptive analytical study, the main point in order to be known a link or relation with provider qualification, logistic and facility and also theoretic knowledge in handling medically and non-medically, by the quality of case management how got ARI, diarrhea, measles and malnutrition. The design of the study was cross sectional. A population was researched as a research sample, all babies and child under five years old who are coming to 12 public health centers by a symptom of cought, fever and "menceret".
These data?s were collected by interviewing and observation then analyzed by using STATA program of version 3.1, SPSS for version 6.0 windows version 3.1.1.
From the result of research could be got cut of point for management quality 60% with a proportion each case very low 20%. The result of bivariate analysis in combined case, showed that there were a number of relations among staff available of drug, printed materials and also knowledge of case management quality, but in the case of ARI variable association was duration of working, staff and knowledge. For the case diarrhea were drugs and printed materials only wich management quality.
Multivariate analize by logistic regression cold be got three models, which influence of case management quality. So that those models as a consideration to make case management strategy, in order to be had quality in Cianjur regency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T3978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Hendhycas Bambang P.
"Bangunan-Bangunan Punden Berundak Di Situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit Abad 15-6 Masehi: Tinjauan Arsitektur. 368 halaman, 35 gambar, 13 tabel, 8 peta, 4 sketsa, 54 foto, 70 acuan (1845 - 1993). Beberapa laporan penelitian dari tahun 1845 - 1993 menjelaskan tentang penemuan beberapa kepurbakalaan di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit maupun daerah di sekitarnya. Sebagian besar kepurbakalaan tersebut adalah berupa bangunan punden berundak, yang lazimnya dijumpai di banyak situs gunung di Jawa Timur. Laporan-laporan tersebut merupakan dasar utama di dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan di lapangan. Salah satu tujuan utama penelitian ini adalah mengungkapkan pola bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit dalam tinjauan arsitektur.
Di dalam analisa pembahasan arsitektur bangunan punden berundak ini selain melakukan komparasi terhadap situs sejenis, terutama situs Gunung Penanggungan, juga berdasarkan atas pengamatan lingkungan secara geografis, geomorfologis maupun geologisnya. Untuk itu tidak terlepas akan peranan beberapa peta yang berhubungan, baik peta topografi maupun peta geologi situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit.
Dari inskripsi yang dijumpai, diperkirakan situs ini berasal dari abad ke-15--6 Masehi. Atas perbandingan dengan data serupa dan masa yang sama di situs Gunung Penanggungan, maka pola arsitektur yang tampak pada sebagian besar bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuna dan Gunung Ringgit terdiri atas pola halaman, bangunan induk serta altar. Pola arsitektur tersebut terungkap selain atas jenis bahan batuan yang digunakan pada sebagian besar konstruksi bangunan punden berundak maupun pada sebagian besar area adalah berupa jenis pirokiastika, .iuga atas' dasar asumsi perhitungan Hukum mekanika yang diterapkan.
Berdasarkan atas analisa pets geologi, ternyata jenis batuan piroklastika banyak dijumpai di situs Gunung Arjuno dibandingkan di Gunung Ringgit. Namun meskipun demikian masih dijumpai sebuah bangunan punden berundak di situs Gunung Ringgit yang diperkirakan menggunakan jenis batuan pirokiastika pada konstruksi bangunan induknya. Berdasarkan atas pengamatan peta topografi, terutama atas kemiringan lereng gunungnya dan beberapa penelitian geomorfologi atas perkirakan persebaran daerah permukiman, maka sebagian besar kepurbakalaan di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit tersebar di lereng sebelah timur.
Berdasarkan atas data di lapangan, terdapat dua jenis bangunan induk, yaitu berdasarkan atas kemiringan lereng dan bangunan induk yang menyerupai bangunan piramid terpenggal di bagian puncaknya. Namun dari kedua jenis bangunan induk tersebut hal yang tetap dipertahankan adalah bentuk teras undakan. Beberapa peneliti sebelumnya mengungkapkan bahwa teras undakan pada bangunan berundak merupakan bagian dari prosesi keagamaan yang pernah dilakukan. Namun dalam penelit.ian ini belum mengungkapkan keagamaan yang berkembang terut.ama yang berhubungan dengan kehadiran bangunan-bangunan punden berundak di situs Gunung Arjuno dan Gunung Ringgit pada abaci 15-6 Masehi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Santoso
"Bangunan megalitik dibangun atas dasar kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan akan hal ini dimanifestasikan dalam berbagai bentuk megalitik. Pada beberapa punden berundak, kepercayaan ini dapat dibuktikan dengan adanya altar dengan orientasi ke tempat yang lebih tinggi atau penempatan menhir sebagai perwujudan roh nenek moyang. Keumuman yang ada di teras-teras punden berundak adalah ditemukannya menhir yang ditempatkan pada teras utama. Permasalahan penelitian dalam kaitannya dengan hal ini adalah batu lumpang di situs Pasir Lulumpang memiliki keunikan dengan ditempatkan pada teras teratas punden berundak. Tentunya dengan kondisi yang demikian, batu lumpang punden berundak situs Pasir Lulumpang memiliki kekhasan dalam hal organisasi ruang yang ada. Adanya upaya untuk mencari jawaban dengan analogi etnografi tentu saja menjadi alternatif bagi peneliti sebagai sumber interpretan yang juga menjadi bantuan analisis dengan permasalahan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas. Adanya penempatan batu lumpang di teras teratas setidaknya menunjukkan bahwa ada yang dibedakan dalam hal penempatannya jika dibandingkan dengan fenomena di punden berundak lainnya. Di sini demikian nyata adanya fenomena pertandaan. Dengan kenyataan tentang permasalahan penelitian di atas maka adanya batu lumpang di puncak punden berundak ini menimbulkan berbagai pertanyaan, yaitu:Komponen-komponen apa saja yang termasuk dalam fenomena pertandaan pada punden berundak?, Apakah yang menjadi ground dalam pertandaan? Termasuk qualisign, sinsign, atau legisign? Apakah yang termasuk dalam ikon, indeks, dan simbol dalam hubungan antara tanda dengan referent-nya?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrich Oktober
"Kemunculan jenis-jenis kerusakan pada tiap candi yang ditunjukan oleh jenis-jenis kerusakan yang sering muncul pada bidang candi. Kecenderungan kemunculan jenis-jenis kerusakan dan pelapukan pada seluruh bidang candi di Dieng dapat memperlihatkan pola kemunculannya di Gugusan Bangunan Kura Dieng. Kemudian dapat diketahui juga besar kerusakan dan tingkat kelestarian candi-candi Dieng. Tingkat kerusakan rata-rata percandi di Dieng adalah 24,47%, dan tingkat kelestarian rata-rata percandi adalah 75,53%. Perincian besar kerusakan dan tingkat kelestarian rata-rata masing-masing candi di Dieng, yaitu: Candi Bima besar kerusakan rata-ratanya adalah 32,22% dan tingkat kelestariannya adalah 67,78%. Candi Gatot kaca besar kerusakan rata-ratanya adalah 11,59% dan tingkat kelestariannya adalah 88,41%. Candi Dwarawati besar kerusakan rata-ratanya adalah 20,70% dan besar kelestariannya adalah 79,30%; dan Candi-candi Kelompok Arjuna besar kerusakan rata-atanya adalah 33,37% dan tingkat kelestariannya adalah 66,63%. Urutan kemunculan jenis-jenis kerusakan dan pelapukan dari yang terbesar sampai yang terkecil, di gugusan bangunan kuna Dieng, adalah: pertumbuhan lichen (13,81%), pertumbuhan lumut (12,65%), pengelupasan (11,27%), penggaraman (11,09%), pertumbuhan ganggang (10,61%), kerenggangan (9,20%), pecah hilang (8,46%), lubang-lubang kecil dan bisul batu (8,29%), keretakan (6,19%), pertumbuhan tumbuhan tinggi (5,83%), pengikisan (erosi) (1,78%), dan kemelesakan (0,82%). Faktor-faktor lingkungan yang diduga berperan dalam proses kerusakan dan pelapukan batuan candi di Dieng, adalah: geotopografi, flora-fauna, kiimatologi, dan polusi udara berbentuk uap belerang."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Abdullah
"Dedy Abdullah. Bangunan Berundak di Jawa Barat : Kajian Aspek Bentuk dan Keletakan (dibawah bimbingan R. Cecep Eka Permana, M.Si.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Penelitian tentang bangunan berundak di Jawa Barat ini dilakukan terhadap 20 bangunan berundak berdasarkan kajian aspek bentuk dan keletakannya. Kajian yang dilakukan terhadap data pada dasarnya adalah pengamatan terhadap unsur-unsur atau variabel bentuk dan variabel keletakan yang merupakan atribut utama. Kajian ini termasuk dalam kajian deskriptif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dengan melakukan klasifikasi taksonorni yang bertujuan membentuk tipe, dan melakukan korelasi yang bertujuan mendapatkan generalisasi tentang bangunan berundak yang terdapat di Jawa Barat. Pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa atribut yang paling kuat yang merupakan atribut pembentuk tipe adalah atribut denah halaman. Dan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada 5 tipe utama bangunan berundak dengan jumlah yang berbeda-beda, dan beberapa tipe diantaranya memiliki beberapa lagi sub tipe bangunan berundak. Yang pertama adalah bangunan berundak tipe anak tangga yang terdiri dari 4 sub tipe. Kemudian bangunan berundak tipe piramida yang terdiri dari 3 sub tipe. Selanjutnya bangunan berundak tipe teras berderet yang terdiri dari bangunan berundak saja. Yang keempat adalah bangunan berundak tipe segitiga dan terdiri dari 1 bangunan berundak saja. Dan yang terakhir atau yang kelima adalah bangunan berundak tipe setengah lingkaran yang terdiri dari 4 sub tipe. Mengenai pola keletakan antara bangunan berundak dengan beberapa variabel keletakan yaitu antara lain gunung, sumber air, pemukiman, sawah, ladang, dan hutan adalah sebagai berikut: letak gunung adalah selalu di belakang situs, dimana gunung tersebut menjadi arah hadap dari bangunan berundak. Kemudian letak pemukiman dan sumber air terletak di depan bangunan berundak. Hal ini mungkin disebabkan lokasi yang lebih rendah dan permukaan tanahnya cenderung lebih rata, sehingga diperkirakan akan mempermudah dalam mendapatkan sumber air dan melakukan aktivitas para pendukung budaya bangunan berundak yang bersifat profan. Sedangkan keletakan sawah, ladang, dan hutan dari bangunan berundak tidal: menunjukkan adanya suatu pola tertentu. Sawah, ladang, atau hutan terletak secara acak di sekitar situs bangunan berundak, bisa di depan situs, di samping situs, ataupun di belakang situs"
2000
S11845
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Punden berundak Gunung Padang merupakan hasil temuan kembali pada tahun 1979, sebelumnya temuan ini pernah dicatat oleh N.J Krom pada tahun 1914. Sejak penemuan kembali pada tahun 1979, berturut-turut telah dilakukan penelitian oleh tim baik dari Direktorat Purbakala..."
JSIO 13:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Poisonous crabs familia xanthidae: study and hypothesis factors causes....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>