Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21071 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Yulita Masjhur
"Cangkang Mollusca, khususnya dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda, sering ditemukan di situs-situs arkeologi. Cangkang yang terbuat dari kapur ini tidak mudah hancur, suatu hal yang menguntungkan bagi interpretasi arkeologi. Situs Saentis yang berada di pantai Timur Pulau Sumatra bagian Utara yang merupakan situs sampah dapur (kjokkenmoddinger) berupa cangkang Mollusca, diakui keberadaannya sebagai sampah dapur adalah dengan adanya temuan-temuan artefak. Mollusca dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda yang cangkangnya ditemukan di situs Saentis, merupakan Mollusca yang hidup di laut, air payau, air tawar dan di darat. Dengan habitat-habitat seperti daerah pasang surut, muara sungai, hutan bakau, sungai, danau (bagi Mollusca yang hidup bukan di darat); dengan media seperti terumbu karang, pasir, lumpur, batu atau campuran antara pasir dan lumpur. Mollusca yang hidup di darat, media hidupnya adalah tumbuhan. Tidak semua Mollusca dari situs Saentis tersebut merupakan Mollusca pangan. Mollusca yang merupakan Mollusca pangan, ada yang beracun atau mengandung bisa yang mematikan. Sehingga perlu pengolahan khusus seperti masih yang dilakukan oleh masyarakat Irian. Umumnya Mollusca pangan sebelum dimakan dimatangkan terlebih dahulu dengan perebusan atau pembakaran seperti yang dilakukan oleh masyarakat Gindjingali yang hidup di tepi pantai Benua Australia bagian Utara. Tetapi ada yang dimakan tanpa dimatangkan dahulu; ada pula yang sebelum dimatangkan harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan racunnya. Dari situs Saentis ditemukan pula alat-alat batu yang mungkin ada hubungannya dengan penggunaan Mollusca sebagai pangan. Misalnya untuk melepaskan Mollusca dari media tempatnya hidup untuk mengeluarkan isinya (dengan memecahkan cangkangnya). Selain alat batu, ada kemungkinan digunakannya peralatan lain seperti lancipan atau sudip untuk membantu dalam perolehan dan pengolahan Mollusca. Meskipun peralatan yang terakhir ini tidak ditemukan di situs Saentis. Dalam akhir kajian dapat diperkirakan bagaimana lingkungan situs Saentis pada masa situs tersebut masih dihuni, yang merupakan sumber perolehan Mollusca pangan; dan bagaimana manusia masa lalu menggunakan lingkungan tersebut sebagai sumber pangan (hubungan antara lingkungan sebagai sumber pangan dengan situs sebagai sisa pangan)."
1987
S11971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
"ABSTRAK
Walaupun sejak lama diketahui bahwa diwilayah DKI Jakarta banyak ditemukan Beliung Persegi, namun penelitian yang mendalam mengenai benda ini masih amat terbatas, dan terkesan hanya bersifat pengumpulan artefak belaka. Analisis terhadap artefak ini hanya dilakukan sepintas. Para peneliti terdahulu antara lain Hoop (1941) Geldern (1945) Heekeren (1972) dan Pramono (1985) baru mengulasnya secara tipologis.
Berdasarkan kenyataan itu, penelitian ini berupaya mengkaji aspek fungsi beliung persegi dari jejak pakainya. Dari analisis jejak pakai diketahui bahwa beliung persegi dari beberapa situs di Jakarta digunakan sebagai alat untuk aktivitas nembelah (cleaving), mengampak (adzing), serta aktivitas mengerat /mengatam (whittling).
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan langkah awal dari suatu upaya untuk memahami hubungan manusia dan lingkungan pada masa lalu
di seluruh wilayah provinsi Jambi.
Keterangan mengenai lokasi situs-situs arkeologi dan keadaan sumber daya lingkungan alam di seluruh wilayah itu dikumpulkan terutama melalui data sekunder dan kemudian dipetakan dalam 2 jenis peta persebaran (situs dan lingkungan) untuk selanjutnya dikaji hubungannya melalui teknik tumpang(sumperimposed) antara kedua jenis peta
tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs-situs arkeologi berlokasi di daerah-daerah yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: Kelerengannya 0-2%, bentuk lahan berupa dataran aluvial, jenis batuannya tergolong batuan endapan aluvial,
jenis tanah aluvial, dan jaraknya ke sumber air kurang dari 500 meter. "
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari
"Situs yang menjadi objek dalam kajian ini adalah situs Banten Lama, yang terdiri dari Situs Kompleks Mesjid Agung, Situs Keraton Surosowan, Situs Keraton Kaibon, Situs Jembatan Rante, Situs Tasik Ardi dan Pengidelan, Situs Benteng Speelwijk, Situs Vihara Avalokiteswara, Situs Pelabuhan Karangantu dan sebnah Meriam Ki Amuk. Situs kawasan ini merupakan sumberdaya arkeologi yang dapat dimanfaatkan untuk beberapa kepentingan, posisi tawar¬menawar (bargaining position), menyebabkan terjadinya tarik-menarik antara beberapa faktor kepentingan.
Permasalahan yang dihadapi dalam kajian ini adalah bagaimana pemanfaatan sumberdaya arkeologi situs Banten Lama dilihat dari sudut pandang masyarakat Banten lama, Pemda Banton dan dad Manajemen Sumberdaya Budaya. Kajian ini menggunakan metode penelitian arkeologi yang bersifat terapan (applied research) dan melihat juga undang-undang serta aturan-aturan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam menjawab permasalahan yang dihadapi bertujuan mengetahui potensi sumberdaya arkeologi, lanskap budaya dan kehidupan masyarakat Banten Lama serta menemukan cara yang arif. bijaksana , tepat dalam Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya budaya arkeologi disitus Banten Lama.
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa situs Banten Lama dapat dimanfaatkan untuk kepentingan untuk agama, sosial, kepariwisataan, pendidikan, penelitian dan ilmu pengetahuan. Pengelolaan Situs Banten Lama harus melibatkan empat komponen yang berkepentingan terhadap situs Banten Laman keempat komponen adalah Keluarga Kesultanan Banten, Pemda Tk I dan Tk II, Bapeda Serang, Tokoh Masyarakat dan kepemudaan , Suaka dan dinas kepariwisaraan serang/propinsi. Keseimbangan pertimbangan kepentingan antara terhadap beberapa faktor kepentingan yang baik di situs ini. Situs ini juga telah didukung oleh museum situs sebagai tempat penampungan dan penyelamatan hasil penelitian dan penyajian kepada masyarakat. Sehingga keberadaan sumberdaya arkeologi ini diharapakan tidak hanya dapat mengaktualisasikan suatu nilai yang memiliki sejarah yang panjang, tetapi dapat pula ikut berpatisipasi dalam pembangunan bangsa yang ditekankan pada peningkatan taraf hidup masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tawalinuddin Haris
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini diungkapkan berbagai-aspek berkenaan dengan Situs dan Peninggalan Arkeologi Gunung Pujut yang berlokasi di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi Situs Gunung Pujut itu sendiri dan bangunan-bangunan-suci atau yang dianggap suci seperti Pedewa' Dapur, Pedewa' Pujut dan Masjid Kuno Pujut. Bangunan-bangunan ini merupakan tempat dan. Obyek pemujaan penganut Islam waktu Telu dimasa lampau. Jika dari segi ajarannya, Islam Waktu Telu adalah perpaduan antara ajaran Islam dengan unsur-unsur agama pra-Islam , tentunya perpaduan itu akan tampak/terlihat pada bangunan-bangunan yang menjaditempat atau obyek pemujaan mereka. Permasalahannya adalah seberapa jauh unsur-unsur kepercayaan/ajaran yang membentuk agama Islam Waktu Telu-itu dapat terdeteksi pada Situs dan Peninggalan Arkeologi gunung Pulut. Dengan demikian penelitian ini bertujuan memberikan informasi serta sumbangan data bagi penelitian arkeologi di Lombok, hemat belum banyak dilakukan selama ini.
Untuk menjawab permasalahan panelitian, selain telaah kepustakaan, dilakukan penelitian lapangan, termasuk diwawancarai tokoh-tokoh masyarakat Desa Sengkol yang menyaksikan dan pernah ikut serfa ( ambil bagian ) dalam upacara-upacara ritual keagamaan di Situs Arkeologi Gunung Pulut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Salmah Nurhayati
"Situs Sangiran adalah situs prasejarah yang banyak mengandung fosil dan artefak manusia purba yang masih terletak in-situ. Salah satu potensi situs ini adalah banyaknya fosil manusia Homo erectus yang ditemukan, yaitu lebih dari 50% populasi Homo erectus di dunia. Sehingga situs ini mampu memberikan data mengenai kehidupan manusia kala Plestosen. Hal ini menjadikan situs ini sebagai salah satu barometer dunia dalam penelitian evalusi manusia (Widianto, et al., 1998:1). Keberadaan situs yang sedemikian penting kemudian menjadikan Situs Sangiran sebagai satu-satunya situs prasejarah di Indonesia yang terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage List-UNESCO) melalui komite World Heritage yang diadakan di Merida, Mexico pada tanggal 2-7 Desember 1996."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sulistyanto
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D1578
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ezwin Budiman Rosyadi
"Moluska merupakan jenis hewan invertebrate yang terdiri dari tujuh kelas. Dua kelas diantaranya adalah Gastropoda dan Pelecypoda. Kemunculan moluska (khususnya dari habitat air laut) dalam jumlah besar di satu situs ceruk/ gua yang terletak di wilayah yang cukup jauh dari pantai menunjukkan adanya proses transformasi yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya oleh manusia. Pada masalalu kemungkinan manusia mencari dan memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka bertahan hidup, salah satunya adalah memanfaatan moluska sebagai salah satu sumber pangan pada masalalu ataupun sebagai bahan baku artefak. Beberapa jenis artefak yang terdapatdisitus ini antara lain: alat serut, penesuk, dan ornamen dari cangkang moluska. Habitat moluska yang ada di situs Song Gentong II adalah darat, air tawar, dan laut..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
E. Wahyu Saptomo
"Liang panas merupakan sebuah ceruk besar, sebuah situs hunian dari masa prasejarah di daerah perbukitan Gamping."
2008
T24761
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>