Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Basuki Lasmono
"ABSTRAK
Benteng tanah merupakan salah satu wujud dari kebutuhan manusia terhadap kebutuhan akan rasa aman. Bentuk, ukuran, keletakan, bahan pembuatannya, dan sebagainya dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti ekonomi, politik, kebudayaan, dan lain-lain. Sebab benteng tanah tidak dapat terlepas dari konteks manusia dan manusia membangun bangunan untuk mendukung dalam melaksanakan aktivitasnya.
Penelitian ini terbatas pada tiga benteng tanah yaitu benteng tanah di situs Pugungraharjo, Jabung dan Negara Saka. Meskipun benteng tanah di ketiga situs tersebut sama--sama memiliki peninggalan tradisi megalitik, ternyata memiliki beberapa perbedaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) membuat atau menyusun deskripsi tentang benteng tanah. (2) memberikan penilaian terhadap fungsi dari benteng tanah tersebut.
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah: (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data dan (c) intepretasi data. Pendekatan yang digunakan dalam tahap pengolahan data adalah analogi komparatif (perbandingan). Tujuan dilakukan analogi komparatif untuk menjelaskan keberadaan, persamaan, perbedaan antara ketiga benteng tanah dan memberikan penilaian fungsi dari benteng tanah tersebut.
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah: (1) Benteng tanah di situs Pugungrharjo, Jabung dan Negara Saka mempunyai bentuk, luas, jumlah dan lokasi yang berbeda antara satu dengan lainnya. (2) Benteng tanah di situs Pugungraharjo dan Negara Saka yang terletak di sisi sungai, bentuknya terbuka terhadap sungai. Sedangkan benteng tanah situs Jabung yang terletak jauh dari sungai, bentuknya tertutup, seperti melingkar. (3) Seperti halnya bangunan benteng, benteng tanah di ketiga situs tersebut memiliki areal yang luas, parit keliling dan sebagainya, benteng tanah ini berfungsi melindungi areal yang ada di salah satu sisinya. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat sementara. Oleh karena itu penelitian serta pengujian lebih dalam masih dibutuhkan.

"
1995
S11524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Triwurjani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
AS Sumijati
Cibulan,1977
913.926 S 422
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Sukendar
Cibulan: 1977
913.922 S 420
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Mudji Rahardjo
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
302.359 DJO b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rauf Suleiman
"Suatu kenyataan ialah bahwa walaupun masa prasejarah telah berakhir secara formal di Indonesia, namun demikian kelangsungan tradisi tersebut masih jelas tampak di beberapa tempat. Bahkan beberapa bagian daerah Irian Jaya dan Nusatenggara, belum mengalami perubahan yang berarti, sehingga terkesan masih berada dalam kehidupan prasejarah (Soejono, 1990: 306).
Salah satu tradisi prasejarah yang masih hidup hingga saat ini ialah tradisi megalitik. Perkembangan tradisi ini, berlangsung cukup lama yaitu dari masa neolitik hingga sekarang (Van Heekeren, 1958: 44). Oleh karena itu tidak mengherankan jika tradisi megalitik ini telah memberikan dasar yang kuat bagi budaya bangsa Indonesia. Bahkan tradisi megalitik, dengan sangat dinamis mengikuti corak perkembangan budaya yang masuk ke Indonesia.
Pemujaan terhadap arwah nenek moyang (ancestor worship) merupakan ciri khas dari tradisi megalitik, bahkan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Pendukungnya. Tradisi pemujaan ini berlangsung dan perkembangan terus menerus sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sampai sekarang. Persebarannyapun pada waktu Sekarang Menjangkau Wilayah Yang Cukup Luas, Seperti: Nias, Flores, Sabu, Timor, Sumba dan lain-lain (Soejono 1990: Sukendar, 1981/1982).
Pemujaan Terhadap Arwah Nenek Moyang Dari Tradisi Megalitik, Dilatar Belakangi Oleh Anggapan Bahwa Nenek Moyang yang meninggal itu masih hidup di dunia arwah. Arwah juga diyakini bersemayam di tempat-tempat tertentu yang dianggap suci, seperti gunung-gunung yang tinggi dan sebagainya (soejono, 1977). Prinsip inilah yang tinggi dan segenap monumen-monumen megalitik, baik yang sudah tidak berfungsi maupun yang masih berfungsi.
Di sulawesi selatan, peninggalan megalitik tersebar hampir di berbagai daerah. Tradisi hingga sekarang masih terus berlangsung dalam kehidupan masyarakatnya. Sebagai contoh di toraja, hingga saat ini penduduk setempat masih sering mendirikan menhir (simbuang). Simbuang tersebut ada kalanya dibuat dari batu maupun dari batang kayu, batang pinang dan bahkan batang bambu (rantepadang, 1989: 40). pelaksanaan pendirian simbuang ini erat kaitanya dengan kepercayaan aluk to dolo, yaitu kepercayaan lama yang berorientasi kepada pemujaan arwah leluhur (soejono, 1990: nadir, 1980).
Ada dugaan bahwa tradisi serupa pernah juga berkembang di daerah-daerah seperti sengkang dan sidenreng (sidrap) (tjitrosoepomo, 1987: 82)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jimmy N.
"Ternyata peninggalan megalitik yang ada di bukit Kasur berada pada bagian puncak bukit, yaitu sebuah bangunan berundak lima teras yang pada teras teratasnya terdapat peninggalan-peninggalan lainberupa batu datr yang oleh masyarakat setempat disebut batu kasur, kursi batu, susunan batu pondasi segi empat, batu bergores, batu segi enam, batu kodok dan batu-batu monolit besar. Peninggalan-peninggalan yang terpusat pada teras teratas bangunan berundak ini, memperlihatkan bahwa aktivitas ritus cendrung dilakukan pada tempat tertinggi. Pendapat ini didasarkan kepercayaan masyarakat pendukung tradisi megalitik yang beranggapan bahwa tempat tertinggi merupakan tempat yang paling suci, yaitu tempat bersemayam roh-roh nenek moyang..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S11787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Herwandi
"Situs Mejan Tinggi terletak di desa Talago Gunung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Situs Mejan Tinggi mempunyai keanehan jika dibandingkan dengan situs makam kuno Islam lainnya di Kabupaten Tanah Datar. Nisan-nisan di situs ini didirikan satu buah saja setiap kubur, berbeda dengan situs-situs lain di Kabupaten Tanah Datar yang mempunyai dua nisan dibagian kepala dan kaki pada setiap kubur.
Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa nisan-nisan di situs Mejan Tinggi jauh Iebih sederhana dari nisan-nisan di situs-situs makam kuiro Islam lainnya di Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini jnga mengungkapkan bahwa telah terjadinya proses kelanjutan budaya tradisi megalitik ke Islam yang ditandai dengan adanya kelanjutan fungsi dan bentuk-bentuk menhir ke nisan di situs-titus makam kuno Islam dan situs Mejan Tinggi di Kabupaten Tanah Datar. Selanjutnya penelitian ini juga mengiidentifikasi bahwa sesungguhnya telah terjadi proses a less extreme a culturation di Pedalaman Sumatera Barat ketika Islam memasuki daerah ini dengan damai.
Situs ini diperkirakan telah muncul pada kitaran masa kitaran akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pada masa-masa transisi, ketika budaya tradisi megalitik masih berpengaruh kuat di daerah setempat dan Islam telah memasyarakat di dalam kalangan pehduduk desa Talago Gunung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Tahapan Deddy Zulfian
"Wadah kubur adalah salah satu media yang penting dalam upacara kematian. Pada kelompok masyarakat yang masih memperlihatkan tradisi megalitik, wadah kubur memiliki peran sebagai media perantara antara dunia orang mati dan dunia mereka. Adanya media perantara seperti wadah kubur bersumber pada gagasan bahwa antara dunia orang mati, dalam hal ini khususnya para nenek moyang. dengan dunia mereka atau diri mereka sendiri terdapat hubungan yang saling timbal balik. Masvarakat itu membutuhkan nenek movang untuk menjaga hidup mereka dari bencana atau bahaya yang lain, sementara para nenek moyang tidak mampu lagi untuk hidup mandiri di dunianva. Mereka membutuhhan para keturunannya yang masih hidup untuk turut memelihara hidup mereka melalui sesaji atau persembahan yang lain. Salah satu kelompok masyarakat yang masih mempertahankan tradisi megalitik tersebut adalah masyarakat Batak Toba di Pulau Samosir. Tradisi itu dapat diamati pada berbagai macam upacara dan secara khusus pada wadah-wadah kubur yang tersebar di pulau itu. Hal yang menarik adalah bahwa Pulau Samosir adalah unit geografis yang khusus dari seluas 50.000 km2 tanah Batak dan wadah-wadah kubur yang terdapat di Pulau itu memperlihatkan bentuk dan hiasan yang beragam. Bentuk dan ragam hias yang terdapat pada wadah-wadah kubur tradisi megalitik di Pulau Samosir adalah data utama dalam penelitian ini karena bentuk dan ragam hias adalah komponen yang penting dalam mengamati sebuah wadah kubur tradisi megalitik dari Pulau Samosir secara utuh, selain karena bentuk dan ragam bias itu memiliki ciri dan variasi yang beragam."
2000
S12019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>