Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzan Haryosoedigdo
"Penelitian terhadap motif hias tumpal yang terdapat pada pipi tangga candi-candi di Jawa Timur. Dari 23 buah bangunan candi yang terdapat 43 pasang pipi tangga atau 86 pipi tangga, terpahatkan 140 buah motif hias tumpal yang diambil sebagai data utama. Data tersebut diteliti berdasarkan morfologi, tipologi dan stilistiknya. Tujuannya untuk mengetahui dan mengenali tipologi tumpal, serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi, dan mengungkapkan maksud ditempatkannya motif hias tumpal pipi tangga candi. Pengumpu1an data dilakukan melalui sumber tertulis dan pengamatan langsung di lapangan dengan cara pencatatan, pengukuran, penggambaran, dan pemotretan. Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi taksonomi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya, juga menggunakan data bantu berupa sumber tertulis. Hasilnya menunjukkan adanya 15 macam tipe tumpal yang dapat dibagi lagi ke dalam tipe pasangan tumpal dalam pipi tangga, yaitu 18 tipe pasangan tumpal. Tetapi perbadaan tipe-tipe tersebut ternyata tidak merubah makna dari tumpal atau segi tiga yang mempunyai konsep Hiranya Gabha (rahim emas) sebagai lambang kesuburan dan kehidupan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Haryanto
"Relief gana mulai muncul pada candi-candi masa klasik tua di Jawa Tengah, seperti Dieng dan Gedong Songo. Pada candi candi tertua di Jawa Tengah ini, gana hanya muncul sangat sedikit. Penggambaran relief gana mulai berkembang pesat pada candi_-candi di Jawa Tengah selatan sekitar abad ke-8-10 M. Ketika pusat kerajaan berpindah ke Jawa Timur, tradisi penggambaran gana dalam bentuk relief masih juga muncul meski dengan frekuensi yang tidak terlalu banyak. Gana, tidak hanya digambarkan dalam bentuk relief di candi-candi melainkan dipahatkan pula pada yoni, dengan posisi menyangga carat Yoni. Berdasarkan bahan dasar pembuatannya, relief gana ada yang dibuat dari batu dan ada pula dari tanah liat. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analisis. Relief gana ditelaah dari segi variasi bentuk hingga makna penggambarannya. Penyelusuran relief gana di Jawa Timur meliputi l3 candi di Jawa Timur, relief gana yang ada di Museum serta relief gana pada yoni yang masih in sitar, di Jebuk, Kediri, Sementara sebagai data banding, sekitar 15 candi di yogyakarta dan Magelang juga dikunjungi. Penelusuran makna penggambaran gana meliputi literatur tentang candi-candi di India, naskah Jawa kuna, prasasti dan literatur sejarah eni dan kebudayaan Jawa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa relief gana pada masa klasik tua di Jawa Tengah, umumnya digambarkan dengan sikap khas, yakni posisi tangan menyangga, naturalis, ekspresi biasa atau tersenyum, alat kelamin tidak diperlihatkan. Pada masa kemudian, yakni klasik muda di Jawa Timur. Frekuensi penggambaran gana pada candi tidak sebanyak di Jawa Tengah. Relief gana juga digambarkan berbeda dengan masa Jawa Tengah, yakni dengan ciri khas, penggambaran relief secara kaku dan pipih dengan sudut pandang meyamping, ekspresi menyeramkan dan alas kelamin yang selalu diperlihatkan. Bentuk relief gana yang pipih dan kaku di Jawa Timur merupakan pengaruh dari seni wayang kulit yang tengah berkembang pesat. Agaknya pengaruh seni Indonesia lama sangat kuat mempengaruhi tradisi penggambaran relief. Pada relief gana, selain digambarkan kaku dan pipih, juga digambarkan ekspresi wajah yang menyeramkan. Tradisi penggambaran wajah gana yang menyeramkan dan alat kelamin yang diperlihatkan, tidak popular di India maupun di Jawa Tengah. Ekspresi wajah yang scram dan penggambaran alat kelamin, mengingatkan pada tradisi prasejarah yang menganggap bahwa wajah seram dan alat kelamin merupakan simbol penolak bala yang utama, terutama mengusir roh-roh jahat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widma Primordian Meissner
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana bentuk, aturan-aturan yang berlaku, serta perkembangan dari busana dan perhiasan yang digambarkan dalam relief cerita Sudamala dan Sri Tanjung pada candi-candi Majapahit di Jawa Timur.
Hasil dari penelitian ini adalah dapat terlihat perbedaan serta persamaan bentuk busana dan perhiasan yang dikenakan oleh para tokoh dalam relief berdasarkan kategorisasi yang telah dibuat.
The focus of this study is discussing about the form, rules that applies, and also the development of clothing and jewelry that are depicted on the narative reliefs of Sudamala and Sri Tanjung found in Majapahit temples in East Java.
The goal of this study is to determine the differences and also the similarity of form in clothing and jewelry which are wore by the characters on the reliefs, based on the categorization made.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S496
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Candi-Candi di Jawa dalam masa Hindu~Buddha (abad 3-15 M
secara _arsizektur perbedaan bentuk bangunan. candi-candi yang
dibangun di wilayah Jawa Tengah dalam periodse Klasik tua (abad
8--10 M) dapat dikelompokkan dalam satu gaya bangunan, para ahli
sering menamakannya candi Jawa Tengah. Sedangkan Candi-candi di
wilayah Jawa Timur dalam periode Klasik Muda {abad 11--15 H)
berbeda-Leda satu sama lain, Gan dapat dikelompokkan dalam
bermacam gaya. hal yang ingin diketahui lebih lanjut adaiah gaya
bangunan caudi~candi yang ada di wilayak Jawa Timur. Juga
dicari kemcugkinan adanya hubungan sejarah arsitektur dengan
candi~candi periode klasik Tua di Jawa Tvngah.
Pengamatan langsung ataupun tidak Iangsnng dilakukan L¢rhaJup
r 1*
candi~candi tersebut, terutama pads candi~candi Jawa Timur
Hasil 'pengematan tersebut kemudian dikaji dan'~badukan dengan
uraian karya sustxn sezeman, dan juga pendaput para
terdahulu yang pernah meneliti candi di Jawa Timur. _
A __
' .
ahli
Hasil kaiian ini dapat diketahui bahwa pada abad-10-~13 ML di
Jawa Timur aerdapah sayu gaya arsitektur uandi saja, yaitu Gnya
Singhasari. Sementara itu dalam mbaé 14~-13 H terdapa%_ L+~ma+nm
gaya arsifektur candi. Seiuin Cuya Sinnhnsari f~n¢ RCIIQ
bétlanjui, iétdupii Qulm Gayu Jugo, Guyu Bruhu, din aru;LckLur
punden berundak. Dengun éemikinn dalmm ora Kerajuan Hvfupah;t
dikenal banyak gaya &1Sil¢K£UY usnéi. para seniman ;wmb&D2un
Candi dapaz menentukan tarlebih dahulu gaym Gaudi yan( Shan
dibuatnya. Hal yang bélum dikctahui edaluh lain! belakanf ?Wun-
tusn gaya-gaya tersebut.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LAPEN 03 Mun a
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 994
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Rani Nuansa Br
"Penelitian ini mengkaji variasi bentuk dan hiasan pipi tangga candi-candi di Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi pipi tangga yang dapat dilihat dari bentuk baik pada candi Hindu maupun Buddha. Melalui deskripsi dan klasifikasi, penelitian ini akan memaparkan hasil variasi bentuk pada pipi tangga berupa tipe pipi tangga berdasarkan pola dasar bentuk dan kombinasi komponennya, serta variasi hiasan-hiasan pada pipi tangga. Tipe-tipe pipi tangga yang diperoleh juga memberikan gambaran tipe yang sering diterapkan pada candi Hindu dan candi Buddha. Hasil klasifikasi bentuk pipi tangga juga dapat menghasilkan kronologi serta tidak mengubah peranan dan fungsi pipi tangga sebagai transisi dalam bangunan candi abad ke-8-10 M.

This research describes the form and ornament variation of candi balustrade in Central Java. The purpose of this research is to clasify the form and balustrade variation in Hindu and Buddhist candi. Based on a description and clasification, this research describes the result of the variation specifically type of balustrade. Type is the result from combine archetype of form and component combination. This type of balustrade also describe the usually used type in Hindu and Buddhist candi. Besides that the form of balustrade can give information about chronologi and didn rsquo t change the balustrade function as transition in the 8th 10th Central Java candi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
Jakarta: Wedama Widya Sastra, 2012
738.2 WAN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Nurhadi
"Berdasarkan pengamatan dan laporan penelitian arkeologi pada candi-candi di sekitar Prambanan, terdapat berbagai jenis bahan bangunan candi. Secara umum bahan bangunan candi di wilayah ini terdiri dari dua jenis batu, yaitu batu andesit dan batu tufa. Khusus mengenai pemakaian batu tufa pada candi-candi di sekitar Prambanan, rupa-rupanya telah menarik perhati_an peneliti terdahulu. N.J. Krom (1923) adal,ah peneliti pertama yang menelaah masalah ini, terutana pemakaian batu tufa pada Candi Lara Jonggrang, Plaosan dan Sajiwan. Krom melihat bahwa pada umumnya semua candi dibangun dengan batu vulkanis yang masif atau andesit, sedangkan pada ketiga candi tersebut ditemukan batu jenis lain yang tidak keras, yang digunakan untuk bangunan candi bagian bawah. Oleh Krom disebutkan batu itu adalah sejenis mer-gelsteen yang mempunyai struktur berpori (porous). Janis batu ini berasal dari bukit Ratu Baka, di sekitar kepurbakalaan Ratu Baka. Di sana ada bekas penambangan batu yang menunjukkan sisa-sisa batu yang seakan-akan tersusun membentuk anak tangga. Bahan-bahan itu mudah dikerjakan dengan alat penatah karena jelas terlihat batu-batu itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Uli Jati Utami
"Salah satu bangunan suci masa Hindu-Buddha di Nusantara adalah patirthan atau pemandian air suci. Di dalam bangunan suci terpahatkan berbagai jenis ragam hias atau ornamen yang merupakan bentuk hasil dari kesenian yang biasa disebut dengan seni hias, yang bertujuan untuk memperindah suatu bangunan. Ragam hias menjadi suatu pelengkap dan memberikan petunjuk mengenai fungsi dari suatu benda atau bangunan.
Penelitian ini membahas mengenai Patirthan Bebitra di Gianyar yang memiliki ragam hias ornamental. Perumusan masalah yang ada di dalam penelitian ini yang pertama, yaitu mengenai bagaimana bentuk dan keletakan ragam hias di Patirthan Bebitra, kedua mengenai bagaimana fungsi dan kronologi relatif ragam hias pada Patirthan Bebitra. Patirthan Bebitra dibuat pada sebuah lorong buntu yang membentang dengan arah utara-selatan. Lorong terdiri dari dinding sebelah barat dan dinding sebelah timur yang memiliki berbagai macam ragam hias.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Keletakan ragam hias yang terpahat pada Patirthan Bebitra berdasarkan urutan keletakannya yang dimulai dari dinding lorong sebelah barat, yaitu dua relief manusia, tiga relief tantri kamandaka dan terakhir jaladawra burung garuda. Kemudian dilanjuti dengan keletakan ragam hias pada dinding lorong sebelah timur yang dimulai dari arah utara ke selatan, yaitu berupa relief kala sungsang, relief raksasa, relief hanoman, relief yang tidak dapat diidentifikasi, relief perempuan, dan relief laki-laki.
Berdasarkan ragam hias yang terpahatkan di Patirthan Bebitra dapat diketahui bahwa patirthan tersebut memiliki 12 relief dan hanya 11 relief yang dapat diketahui bentuknya. Berdasarkan bentuk dan keletakan dari ragam hias yang ada di Patirthan Bebitra maka dapat dikethahui fungsinya, yaitu untuk merefleksi diri petapa atau kaum agamawan sebelum melakukan meditasi dan Patirthan Bebitra ini berasal dari sekitar abad ke-14-15 Masehi.

One of the sacred buildings of the Hindu-Buddhist period in the Archipelago is patirthan or holy water baths. In the sacred building carved various types of decoration or ornaments which are the form of the results of art commonly called ornamental art, which aims to beautify a building. The decoration becomes a complement and gives instructions regarding the function of an object or building.
This study discusses Patirthan Bebitra in Gianyar which has a variety of ornamental ornaments. The first formulation of the problem in this study, which is about how the shape and layout of the ornamental variations in Patirthan Bebitra, secondly about how the function and chronology of the relative decoration in Patirthan Bebitra. Patirthan Bebitra is made in a dead-end alley that runs north-south. The hallway consists of the west wall and east wall which have various kinds of decoration.
The method used in this study, namely data collection, data processing, and data interpretation. The layout of the ornamental sculptures carved on Patirthan Bebitra based on the location of the sequence that starts from the western aisle wall, namely two human reliefs, three reliefs of Kamandaka tantri and finally the eagle bird. Then followed by the placement of decoration on the east hallway wall that starts from north to south, namely in the form of reliefs when breech, giant reliefs, hanoman reliefs, relief that can not be identified, female reliefs, and reliefs of men. Based on the decoration carved on Patirthan Bebitra, it can be seen that the patirthan has 12 reliefs and only 11 reliefs can be identified.
Based on the shape and layout of the various decorations in Patirthan Bebitra, the function can be known, which is to reflect on the ascetic or religious figures before meditating and Patirthan Bebitra originates from around the 14th-15th century."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>