Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukmannul Hakim
"Islam di Indonesia berdasarkan bukti arkeologi diperkirakan telah muncul sejak abad sebelas masehi (M). Penemuan makam tertua di Indonesia ditemukan di Leran, Gresik yang berangka tahun 475 Hijriah (I-1) (1082 M). Makam atau kuburan adalah tempat dikuburkannya jasad manusia yang telah meninggal dunia. Makam Islam di Indonesia biasanya berbentuk persegi panjang dengan arah lintang utara_ selatan dan terdiri dari bangunan bawah dengan nama kijing atau jirat dan bangunan atas dengan nama nisan. Bentuk nisan bermacam-macam sesuai dengan agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan, atau sistem klasifikasi sosial yang berlaku di masyarakat pembuatnya. Nisan dianggap penting karena sering mencantumkan jati diri orang yang dimakamkan, seperti: nama, hari, tanggal , informasi kelahiran dan kematian. Nisan di Indonesia, mendapat pengaruh lokal seperti masa prasejarah, Hindu-Buddha, juga pengaruh dan luar, seperti Gujarat, Cambay dan Persia, bahkan tidak mungkin ada nisan yang diirnpor dilihat dari bahan dan gaya. Nisan kubur sebuah makam dapat dijadikan data untuk mengetahui keberadaan Islam di suatu daerah. Penelitian nisan di Situs Kulantung-Jasinga, Bogor bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri bentuk dan motif bisa serta mengetahui kronologi penanggalan. Hasil berupa tipologi akan diketahui bentuk seperti apa yang dominan digunakan masyarakat sekitar Situs Kulantung pada waktu itu dan menunjukkan waktu keberadaan Islam di situs tersebut. Tujuan tersebut dicapai dengan pengumpulan data kepustakaan, dengan cara menelusuri sumber-sumber tertulis tentang penelitian nisan. Dilanjutkan pengumpulan data di lapangan, dilakukan dengan cara mengukur, menggambar dan memfoto nisan-nisan. Data-data tersebut kemudian diolah dengan melakukan klasifikasi taksonomi dan perbandingan dengan situs Islam terdekat. klasifikasi yang dilakukan dihasilkan bahwa Situs Kulantung terdapat 11 tipe nisan, yaitu Tkl, A1B1C1D1 berjumlah 4 nisan; Tk2, A1B1C1D2 berjumlah 1 nisan; Tk3, AlB2C1D1 berjumlah 13 nisan; Tk4, A1B2C1D2 berjumlah 1 nisan; Tk 5, A1B2C1D3 berjumlah 1 nisan; Tk6, A1B3C1D1 berjumlah 1 nisan; Tk7, A1B3C1D2 berjumlah 1 nisan; Tk8, A2B4C2D2 berjumlah 3 nisan; Tk9, A2B4C3D2 berjumlah 8 nisan; Tk10, A2B5C2D2 berjumlah 1 nisan; T1C11, A2B5C3D2 berjumlah 9 nisan. Hasil perbandingan angka tahun menunjukkan di situs Kulantung menggunakan dua sistem penanggalan, yaitu masehi (M) dan hijriah (H). Penanggalan masehi terlihat pada nisan dengan angka tahun 1886 dan 1893, sementara nisan dengan angka tahun 1242, 1264, 1332 menggunakan penanggalan hijriah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endro Yuwanto
"Nisan-nisan di Komplek Makam Setono Gedong Kediri, Jawa Timur berjumlah sekitar 61 buah dan dibagi atas beberapa bagian, serta terdapat beberapa bagian yang memiliki cungkup Komplek Makam Setono Gedong, dengan jumlah yang berbeda pada masing-masing tipe. Selanjutnya dari 15 tipe dong menurut tradisi nsan merupakan makam para 'auliya' (penyebar Agama Islam) di Kediri. Dan hasil penelitian terhadap nisan-nisan di lokasi tersebut, memunculkan 13 jenis tipe nisan di Komplek Makam tersebut, 3 di antaranya memiliki persamaan dengan tipe nisan Demak.. Jika dihitung nilai frekuensinya adalah sebanyak 11 buah atau sekitar 20 persen dari seluruh obyek yang menjadi sampel penelitian. Hasil perbandingan variabel-variabel bentuk dasar, bentuk badan, bentuk kepala, bentuk kaki, dan hiasan juga memperlihatkan frekuensi persamaan yang cukup besar dengan nisan tipe Demak. Sehingga bisa diperkirakan, hasil penelitian ini menyatakan kesesuaian atau mendukung dan dapat memperkuat pernyataan dalam disertasi Hasan Muarif Ambary. bahwa nisan-nisan tipe Demak-Troloyo banyak ditemukan di daerah Pantai Utara Jawa, daerah pedalaman Jawa Timur dan Tengah, Palembang, Banjarmasin, dan Lombok, Selain itu hal yang menarik adalah ditemukannya motif hias tumpal, ikal, dan sinar Majapahit yang dominan pada beberapa nisan di komplek makam tersebut, selain motif polos (tanpa hiasan) yang juga dominan. Motif-motif tumpal, ikal. dan sinar Majapahit telah dikenal sejak masa sebelum Islam masuk ke Indonesia. Hal ini menunjukkan pembuat nisan di Komplek Makam Setono Gedong, ternyata masih terus mempertahankan tradisi yang telah ada pada masa sebelumnya."
2000
S11809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herwandi
"Situs Mejan Tinggi terletak di desa Talago Gunung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Situs Mejan Tinggi mempunyai keanehan jika dibandingkan dengan situs makam kuno Islam lainnya di Kabupaten Tanah Datar. Nisan-nisan di situs ini didirikan satu buah saja setiap kubur, berbeda dengan situs-situs lain di Kabupaten Tanah Datar yang mempunyai dua nisan dibagian kepala dan kaki pada setiap kubur.
Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa nisan-nisan di situs Mejan Tinggi jauh Iebih sederhana dari nisan-nisan di situs-situs makam kuiro Islam lainnya di Kabupaten Tanah Datar. Penelitian ini jnga mengungkapkan bahwa telah terjadinya proses kelanjutan budaya tradisi megalitik ke Islam yang ditandai dengan adanya kelanjutan fungsi dan bentuk-bentuk menhir ke nisan di situs-titus makam kuno Islam dan situs Mejan Tinggi di Kabupaten Tanah Datar. Selanjutnya penelitian ini juga mengiidentifikasi bahwa sesungguhnya telah terjadi proses a less extreme a culturation di Pedalaman Sumatera Barat ketika Islam memasuki daerah ini dengan damai.
Situs ini diperkirakan telah muncul pada kitaran masa kitaran akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pada masa-masa transisi, ketika budaya tradisi megalitik masih berpengaruh kuat di daerah setempat dan Islam telah memasyarakat di dalam kalangan pehduduk desa Talago Gunung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajime Yudistira
"ABSTRAK
Perkataan Nisan berasal dari kata maejan, yang dalam bahasa Arabnya adalah sapid (saksi). Arti umum dari nisan adalah tanda, yang mana di Jawa arti tersebut dikenal dengan kata tetenger dan sering diasosiasikan dengan anti maesan. Bentuk dari nisan beraneka ragam, demikian juga ragam hiasnya. Dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling raga. Di Indonesia sudah banyak penelitian tentang nisan, diantaranya dilakukan oleh Muarif Hasan Ambary dan Halina Eiudi Santosa. Permasalahan yang ingin diketahui, adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk nisan di Komplek Makam Tirtonatan, selanjutnya adalah, mengetahui nisan seperti apa yang paling dominan, serta bagaimana hubungan nisan yang ada di kompleks makam Tirtonatan dengan penelitian tentang nisan di Indonesia. Penelitian ini berdasarkan anggapan bahwa artefak merupakan refleksi dari ide atau gagasan manusia dalam bentuk materi dan juga merupakan refleksi dari tingkah laku yang berpola yang diterima atau disepakati oleh masyarakat.Hasil penelitiannya diperoleh bentuk-bentuk nisan berbentuk: dasar persegi paniang dan trapesium terbalik. Bentuk-bentuk nisan ini tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam nisan, seperti bagian atas nisan, bagian tengah nisan, bagian bawah nisan, sayap nisan dan ragam hiasnya. Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian nisan yang pernah dilakukan di Indonesia. Kemudian kesimpulannya bahwa nisan kubur di Komplek Makam Tirtonatan ini mempunyai persamaan bentuk dengan tipe Demak dan Tipe Troloyo pada penelitian Hasan Muarif Ambary. Bertolak dari penelitian ini, maka diharapkan ada penelitian selanjutnya mengenai nisan di berbagai tempat di Indonesia.

"
1996
S11863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djafar
"Berbeda dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat `miskin` akan peninggalan masa lalu berupa candi. Namur, citra itu mulai berubah selelah ditemukannya sejumlah bukit kecil (unur) oleh Tim Arkeologi Universitas Indonesia tahun 1984 di daerah Batujaya, Karawang. Mulai saat itu, penelitian percandian di situs Batujaya ini dilakukan secara bertahap. Saat ini baru diteliti 12 situs dari 24 situs yang telah di survei.Namun demikian, belum diperoleh kejelasan tentang gaya arsitektur, kronologi dan sistem pcrcandiannya. Hal lain yang memaksa untuk melakukan penelitian di percandian di daerah Batujaya ini adalah pertimbangan lokasi berupa sawah sehingga mengancam keleslarian bangunan candi akibal genangan dan resapan air. Di samping itu, aktivitas sehari-hari penduduk dalam mengerjakan sawah dengan cara mencangkul dan memperluas petak sawah dapat merusak dan menghabisi unur yang di dalamnya terpendam candi.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan lemuan baru tenlang kebudayaan dan masyarakat masa lalu, khususnya percandian di Jawa Barat Secara khusus yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah (I) rekonstruksi bentuk bangunan candi, arsitektur, ornamental dan latar keagamaan, (2) Kronologi bangunan candi, dan (3) sistem percandian di sites Batujaya.
Penelitian ini mcrupakan kegiatan arkeologi lapangan (field archaeology) yang penekanannya pada kegiatan penggalian (excavation). Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan metode survei dan ekskavasi, dengan fokus untuk mengetahui data fisik bangunan dan lingkungannya. Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis bahan, bangunan dan kontekstual untuk mengetahui teknik dan fungal bangunan candi. Sedangkan pada pengolahan data dilakukan analogi sejarah (historical analogy) dan data lapangan (site comparative) dalam rangka penyusunan scjarah kebudayaan.
Hasil penelitian yang telah dicapai pada tahun kedua ini sasungguhnya masih perlu diteliti lagi secara intensif. Bangunan candi yang ditemukan semuanya terbuat dari bata. Umumnya bangunan candi yang ditemukan hanya tinggal bagian kaki atau bagian dasar bangunan Struktur bata bagian atas umumnya sudah rusak dan tidak beraturan lagi. Situs-situs yang diteliti intensif dalam penelitian ini adalah SEG I, SEG II-A, SEG H -B, SEG III-A, SEG IV, SEG V, SEG IX, TLJ I-A, TLJ I-B, TLJ I-C, TIJ V, DAN TLJ VIII
Adapun kesimpulan sementara yang dapat diberikan adalah:
a. Masing-masing bangunan candi.memiliki gaya arsitektur yang beraneka ragam
b. Bangunan candi tersebut memiliki latar agama Buddha
c. Kronologi absolut pereandian Batujaya belum diketahui karena sampel untuk uji laboratorium masih kurang dari memadai. Namun demikian, secara relatif diduga berasal dari dua tahap yaitu tahap pertama abad V--VII M (Tarumanagara), dan tahap kedua abad V11-X M (pengaruh Kerajaarl Sriwijay-a)
d. Sistem pencandian, dalam hal ini sistem peribadatan agama Buddha, baru terbatas pada 11 situs yang diteliti."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wari Saraswati
"Penelitian dilakukan terhadap Nisan-nisan Kolonial dari Abad XVII-XVIII di Museum Taman Prasasti Jakarta. Penelitian ini mengenai nisan-nisan kolonial masa VOC (dari awal sampai berakhimya VOC di Indonesia, 1602-1799). Hal-hal yang dikaji pada penelitian ini adalah mengenai aksara yang digunakan pada nisan-nisan ini, serta beberapa deskripsi dan penjelasan mengenai lambang heraldik yang terdapat pada nisan. Beragamnya variasi Aksara (Aksara Latin) yang ada pada nisan-_nisan ini dan kaitan antara aksara dengan aspek sosial, budaya dan politik pada masa VOC ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Selain itu juga pendeskripsian nisan-nisan abad ke-17 sampai abad ke-18, lalu melakukan analisis kritis dan mengungkapkan bentuk-bentuk aksara latin serta mengkaji kaitan antara bentuk aksara, bahan nisan, ukuran nisan, dan bahasa yang digunakan pada nisan dengan kehidupan politik, sosial dan ekonomi dari orang yang dimakamkan inilah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode Heuristik (pengumpulan data), Kritik teks (Pengolahan data), Interpretasi (penafsiran) dan Historiografi. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran sumber tertulis dan pencatatan data lapangan yang meliputi: pengamatan, pencatatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan kondisi situs secara umum. Data yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 33 buah nisan yang keseluruhannya berada di Museum Taman Prasasti Jakarta. Pengolah data dengan menggunakan metode tabel klasifikasi berdasarkan angka tahun, aksara dan jabatan sosial pemilik nisan. Penafsiran data berupa kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil analisis. Hasil dari penelitian adalah: bahwa berdasarkan kajian kritik ekstem dapat disimpulkan bahwa nisan-nisan ini dibuat sesuai dengan kronologi yang tercantum dalam isi nisan. Selain itu diketahui bahwa aksara yang paling banyak digunakan pada nisan-nisan pada masa ini adalah Aksara Latin tipe Roman. Kemudian setelah berbagai penelitian dan pengklasilikasian melalui tabel, dapat disimpulkan pula bahwa aspek politik, sosial dan budaya tidak berpengaruh pada pemilihan aksara pada nisan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Kinanti
"Penelitian ini mencoba mengidentifikasi variasi tipologi serta kronologi terhadap temuan-temuan pecahan keramik pada situs Teluk Kijing. Situs ini dipilih karena lokasinya yang terletak di patahan Sungai Musi merupakan jejak jalur perdagangan yang prominen pada masa Sriwijaya. Selain itu artefak-artefak yang diperoleh dari ekskavasi pada tahun 2006 silam mengindikasikan kronologi relasi yang panjang dari abad 9 sampai 19 M. Hasil analisis tipologi yang dilakukan pada penelitian ini menemukan 12 tipe bentuk keramik berbahan stoneware dan porselen, 10 tipe warna glasir, juga 12 tipe ragam hias. Namun terdapat pula artefak yang tidak berhasil dianalisa secara bentuk dan asalnya.

This research tries to identify various typology along with chronology of ceramic postsherds from the site Teluk Kijing. The site was chosen since its location that lies next to the steep curve of Musi River was a prominent trading route imprint from the Srivijaya era. Furthermore the collected artifacts from the 2006 excavation indicate a long period of chronological relations as far back as 9 AD to 19 AD. The results of typological analysis from this research found 12 types of ceramic shapes from stoneware to porcelain, 10 types of colored glazes, and also 12 types of different ornamental decorations. However there are also artifacts that were unsuccessful to be analyzed in a manner of its shape and origin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ramadhani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai tipologi manik-manik pada Situs Subang Larang, Kota Subang, Provinsi Jawa Barat berdasarkan atribut bentuk, warna, bahan, corak hias, dan ukuran. Manik-manik akan dibagi kedalam kelompoknya masing-masing sesuai dengan atribut yang sama. Manik-manik pada penelilitian ini terbagi kedalam dua jenis temuan yaitu temuan manik-manik yang diperoleh melalui proses ekskavasi pada tahun 2018, dan temuan yang diperoleh dari hasil temuan masyarakat sekitar. Oleh karena itu dari tipologi yang dihasilkan dapat dibandingkan kedua temuan tersebut berdasarkan persamaannya untuk membuktikan bahwa manik-manik dari hasil temuan masyarakat merupakan temuan arkeologi.

ABSTRACT
The focus of this study is about typology of a beads from Subang Larang, Subang, West Java base on the shapes, colors, materials, ornaments, and sizes of the beads. All the beads will be grouped base on the same attributes. Beads in this site are divided by two types of artifacts, the one that are found by the 2018 excavation and one that found by the community. From the typology beads that from the excavation and from community will be compared due to proven that the community found beads are also an archaeological artifacts."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Thoha Idris
"ABSTRAK
Situs Garisul - Jasinga terletak di sebelah Utara Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor memiliki bentuk-bentuk nisan yang menarik. Nisan-nisan tersebut tersebar di Lima Komplek makam antara lain :
a. Komplek makam di bukit kampung Garisul,
b. Komplek makam di bawah bukit kampung Garisul,
c. Komplek makam di bukit pinggir jalan raya kampung Garisul,
d. Komplek makam di bukit pinggir jalan raya kampung Parungsari dan,
e. Komplek makam di bukit kampung Parungsari.
Oleh Uka Tjandrasasmita diuraikan bahwa bentuk-bentuk nisan tersebut menunjukkan kubur laki-laki dengan delapan sisi (oktagonal) berangka tahun 1200 H = 1822 M dan kubur wanita mempunyai ukiran-ukiran saja, tetapi hingga saat ini secara tegas belum dapat diuraikan keseluruhan bentuk-bentuk nisan tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini berbeda dengan penelitian yang pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini mencakup keseluruhan bentuk-bentuk nisan di lima komplek makam tersebut diatas, selain itu diperbandingkan dengan bentuk-bentuk nisan di situs Banten Lama dan di daerah-daerah lainnya.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa situs Garisul - Jasinga banyak memiliki kesamaan bentuk pada nisannisan di situs Banten Lama yang diklasifikasikan dengan tipe Aceh dan tipe Demak - Troloyo, baik bentuk Silindrik maupun bentuk pipih. Disamping itu pula diuraikan aspek sejarahnya sesuai yang terpahat pada nisan-nisan tersebut yaitu abed 19, salah satu keunikan dari nisan-nisan itu memuat inskripsi Arab dengan gaya kaligrafi Naskhi dan kufi, berbahasa Jawa yang berada di lingkungan orang-orang berbahasa Sunda. Hasil penelitian tentang Hubungan antara Gerakan-gerakan masyarakat Muslim Banten dengan situs Garisul - Jasinga Kabupaten Bogor : Kajian tipologi nisan dapat memberikan khazanah ilmu Kepurbakalaan Islam di Indonesia.

ABSTRACT
Garisul-Jasinga Site is located in northern part of Bogor Regency, West Java, with interesting form of tomb-stones. The tombstones scattered in five grave complexes, namely:
The complex in a hill of Garisul village;
The complex in lower part of the hill in Garisul village;
The complex in a hill beside the road of Garisul village;
The complex in a hill beside the road of Parungsari village; and
The complex in a hill of Parungsari village.
Oka Tjandrasasmita describes that the forms of concerned tombstones related with the gender where the graves of men characterized by octagonal forms while women graves by en-graved forms; but up to now, there has not been explained distinctly the complete forms of the whole tombstones found in these complexes.
The study carried out by the writer is differ with those carried out previously. This study covers the whole forms of tombstones found in the five complexes mentioned above, and they are also compared with those found in Ban-ten Lama Site and other sites in different regions.
Based on this study it could be concluded that the form of tombstones found in this Garisul-Jasinga Site has many similarities with those found in Banten Lama Site, which all are classified as Aceh and Demak-Troloyo types, which both are in cylindric and slab. In addition, there are also described historical aspects which were engraved on concerned tombstones dated in 19th century. One of the unique things, there found Arabic inscription on the tombstones with Naskhi and Kufi style of calligraphy, written in Javanese language while they are located in Sundanese area.
The study on relationship between the movement of Moslem community in Banten with Garisul-Jasinga Site; and study on typology of tombstones could provide a valuable source for Islamic archaeology in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>