Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edwinsyah
"Sumber utama yang dapat mendukung penyusunan sejarah kuna Indonesia adalah sumber-sumber tertulis. Prasasti sebagai salah satu sumber tertulis merupakan sumber yang mengungkapkan informasi di berbagai hal yang ada pada kehidupan masyarakat jaman dahulu. Dengan mempelajari tulisan-tulisan kuna di dalamnya, informasi tentang masa lalu dapat diungkap. Isi dari prasasti biasanya memuat keterangan yang berkisar pada peringatan suatu kejadian. Ada beberapa macam prasasti seperti penetapan sima, jayapattra, jayasong, rajaprasasti dan suddhapattra. Pada umumnyya prasasti yang banyak ditemukan berupa penetapan sima. Prasasti jenis ini di masa lalu merupakan peristiwa yang sangat panting menyangkut status tanah yang dipertahankan terus secara turun temurun. Prasasti Kawambang Kulwan 913 S merupakan jenis prasasti penetapan sima. Prasasti ini ditemukan di desa sendang Kamal, kecamatan Maospati, Madiun dan kini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor D.37. Prasasti ini telah dibaca oleh J.L.A. Brandes walaupun hanya 12 baris bagian awal pada sisi depan. Bentuk dasar dari prasasti Kawambang Kulwan ini berupa batu padas dengan bentuk blok berpuncak lancip dengan tinggi 187, lebar 105 dan tebal 92 cm. Huruf yang dipahatkan terdapat di seluruh sisi dengan huruf dan bahasa Jawa kuna dan pada bagian bawah dihiasi dengan pahatan hiasan bunga padma. Banyak kerusakan di beberapa bagian prasasti ini yang menyebabkan kesulitan dalam pembacaan dan sedikit mendapat informasi dari isi prasasti tersebut. Hasil pembacan Brandes yang hanya sebanyak 12 baris menjadi perhatian penulis untuk melakukan penelitian terhadap prasasti Kawambang Kulwan ini untuk diteliti lebih lanjut Riwayat dan isi prasasti ini sebagai berikut : sekitar 70 tahun setelah masa pemerintahan Sindok dari Mataram, diantara kurun waktu tersebut tidak didapat informasi mengenai pemerintahan raja-raja di rentang waktu tersebut, hingga munculnya pemerintahan raja Airlangga. Prasasti Kawambang Kulwan berada di kurun waktu yang kosong itu, dengan angka tahun 913 S. Walaupun nama raja pada prasasti ini tidak terbaca tetapi dari angka tahun dan sumber data lain yang mendukung seperti kitab Wirataparwa yang ditulis tahun 918 S menyebut diantara tahun tersebut diperintah oleh raja Dharmmawangsa Teguh. Seperti telah diketahui bahwa raja ini tewas dibunuh dalam serangan raja Wurawun dalam suatu pralaya, kisah ini tertulis dalam prasasti Pucangan yang dikeluarkan oleh raja Airlangga. Prasasti yang dikeluarkan oleh raja Dharmmawangsa Teguh sedikit sekali dan banyak yang rusak sehingga sulit digambarkan bagaimana masa pemerintahan raja tersebut. Informasi yang didapat pada prasasti Kawambang Kulwan adalah berupa penetapan sima di desa Kawambang Kulwan yang berupa sima swatantra dari sri maharaja (Dharmmawangsa Teguh) yang diteruskan oleh Pu Dharmmasanggramawikranta dan diterima oleh Samgat Kanuruhan Pu Burung tentang pendirian bangunan suci untuk dewa Siwa dan adanya ajaran kitab Siwasasana. Upacara tersebut dihadiri oleh para samgat dari berbagai daerah di sekitar desa Kawambang Kulwan. Prasasti berhenti pada bagian pemberian hadiah, tidak tertutup kemungkinan terdapat kelanjutan dari isi prasasti ini di bagian batu yang lain. Penulis melihat masih banyak yang belum terungkap dari isi prasasti Kawambang Kulwan ini baik dari segi aspek kehidupan masyarakat, sosial, ekonomi dan sebagainya belum terjawab semua. Penelitian lebih lanjut masih terbuka untuk mengkaji lebih dalam prasasti Kawambang Kulwan ini"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richadiana Kartakusuma
"Nama Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung Sri Dharmmodaya Mahasambhu dikenal sebagai salah satu dari raja raja yang bertakhta pada periode Mataram kuno. Di antara raja-raja yang memerintah pada waktu itu Dyah Balitung termasuk raja yang banyak mengeluarkan prasasti setelah Pu Lokapala. Sekalipun demikian, keterangan keterangan yang diperoleh sampai saat ini belum dapat mengungkapkan secara lengkap kejadian di masa pemerintahannya yang dua belas tahun lamanya (898-910 M) Keterangan yang dianggap agak jelas tentang diri Dyah Balitung baru diketahui dari salah satu prasastinya yang terkenal, yaitu Prasasti Mantyasih yang berangka tahun 907 M ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyati Rahayu
"Penelitian terhadap prasasti di Indonesia adalah hal yang penting karena tingginya kualitas prasasti sebagai sumber penulisan sejarah kuna Indonesia. Untuk menyusun suatu kisah sejarah dibutuhkan empat aspek pokok yaitu waktu, tempat, tokoh dan peristiwa. Namun keempat hal ini belum diperoleh dari prasasti Hayu, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam terhadap prasasti Hayu. Prasasti Hayu adalah temuan yang relatif baru dan belum ada penelitian terhadap prasasti ini. Berdasarkan penelitian awal diketahui bahwa pada prasasti Hayu tidak ditemukan adanya unsur penanggalan, namun dari pengamatan terhadap aksara yang digunakan, yaitu aksara tipe standar, diperkirakan prasasti Hayu berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi-Rakai Watukura Dyah Balitung. Permasalahan dan tujuan penelitian ini ada dua, yang pertama adalah masalah isi prasasti Hayu. Analisis isi ini dapat dilakukan setelah diperoleh hasil bacaan dan terjemahan yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya sehingga akan diperoleh kejelasan tentang isi prasasti Hayu. Permasalahan yang kedua adalah masalah menempatkan prasasti Hayu pada kronologi yang tepat sehingga dapat diketahui latar belakang sejarah isi prasasti Hayu. PeneIitian ini menggunakan metode yang lazim digunakan dalam ilmu sejarah, yaitu :1. Heuristik, yaitu tahap pengumpulan data. 2. Kritik, yaitu tahap pengolahan data 3. Interpretasi dan historiografi yang merupakan tahap penafsiran atas isi prasasti Hayu dan kemudian menempatkannya dalam kronologi sejarah Indonesia kuna.Data utama dalam penelitian ini adalah prasasti Hayu, yang merupakan koleksi BPPP Jawa Tengah. Data bantu dalam penelitian ini adalah semua prasati sejaman, sebagai bahan perbandingan serta bahan-bahan pustaka lain yang menunjang .Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:1. Prasasti Hayu berisi tentang penetapan alam di desa Hayu oleh Sari Pamgat Wurutungal yang bernama Pu Wulat. Snrta ini diperuntukkan untuk membiayai prasada milik Sari Pamgat Biku yang terletak di Syakan, 2. Pada prasasti Hayu memang tidak ditemukan adanya unsur penanggalan. Berdasarkan perbandingan unsur-unsur pada prasasti Hayu dengan prasasti yang sejaman dapat dipastikan bahwa prasasti Hayu berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, 3. Pada masa Rakai Kayuwangi belum ada aturan yang baku mengenai penulisan prasasti soma. Hal ini berdasarkan atas pengamatan pada struktur dan susunan prasasti Hayu dan prasasti-prasasti lain dari masa Rakai Kayuwangi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah W. Dewi Sadjarwo
"Beberapa macam sumber sejarah dapat kita pakai untuk merekonstruksikan sejarah. Akan tetapi sampai saat ini yang dianggap mengandung data-data yang paling mendekati kebenaran, adalah prasasti. Seperti diketahui, prasasti selain memberikan data-data historis kepada kita juga memberikan data-data kemasyarakatan, perekonomian dan keagamaan [Boechari,1977c:91] . Kaitan yang amat erat antara sejarah politik dengan sejarah sosial, dimana perubahan-perubahan sosiallah yang mendukung terjadinya pergerakan politik, menyebabkan para sarjana menilai pentingnya mengadakan penelitian terhadap kehidupan masyarakat masa lampau [Boechari,1977b; Sartono Kartodirdjo,1972:1). Di dalam karya tulis ini prasasti yang akan dibahas adalah prasasti Luitan yang berangka tahun 823 Saka. Prasasti yang diketemukan pada tahun 1976 di Cilacap ini memuat suatu masalah sosial dari satu kelompok masyarakat, yaitu proses penduduk desa atas pajak yang terlalu tinggi_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D.S. Setya Wardhani
"Salah satu perioda di dalam sejarah Indonesia yang kini belum begitu lengkap gambarannya ialah apa yang biasa disebut Jaman Kadiri. Jaman ini mulai sejak raja Dharmawangsa Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu Pangjalu dengan ibukotanya Daha, dan Janggala dengan ibukotanya Jiwana (= Kahuripan), lama ibukota kerajaan Janggala ini ditemukan di dalam naskah Negarakrtagama yang ditemukan di Klungkung. Di samping naskah Negarakrtagama tersebut, dalam dua tahun terakhir juga ditemukan naskah Neagarakrtagama yang lain, yaitu di Amlapura, Bali, sebanyak satu naskah dan di Geria Carik Sideman, Bali, sebanyak dua naskah. Dengan demikian hingga sekarang sudah ditemukan lima naskah Nggarakrtagama.Di dalam naskah Negarakrtagama yang pertama, yang ditemukan di Lombok pada tahun 1894, pembagian kerajaan tersebut di atas disebutkan di dalam pupuh 68 : dan hanya menyebut Pangjalu dengan ibukotanya Daha. Rupa-rupanya pengutip naskah menghilangkan satu pada..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S11984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Widayanto
"Ilmu epigrafi sebagai ilmu yang mempelajari prasasti, memberikan banyak informasi yang amat penting dalam upaya merekonstruksi sejarah perkembangan masyarakat dan budaya di Indonesia, khususnya pada rnasa pengaruh Hindu-Buddha. Prasasti sebagai sumber data arkeologi memberikan banyak gambaran mengenai struktur kerajaan, keagamaan, kemasyarakatan, perekonomian, birokrasi, kepercayaan dan adat istiadat pada masa Indonesia kuno. Sebagai sumber utama penelitian ini adalah Prasasti Kusambyan yang terletak di dusun Grogol, desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. Keadaan prasasti pada saat ini terdiri dari lapik yang berbentuk padmasana berikut tubuh prasasti hanya bersisa sebagian (75 %), jadi bagian atasnya patah dan terpecah belah menjadi 9 pecahan. Apabila prasasti ini utuh diperkirakan berbentuk blok berpuncak running, serepa dengan bentuk prasasti pada masa Airlangga Aksaranya dipahatkan pada ke empat sisinya dengan bahasa dan aksara Jawa Kuna, dengan aksara yang sejenis dengan aksara masa pemerintahan Airlangga memerintah pada abad 11 M. Penelitian Prasasti Kusambyan ini bertujuan untuk mengetahui isi prasasti, dalam hal ini, analisis isi prasasti dapat dilakukan setelah melalui beberapa tahapan analisis, yaitu pembuatan alih aksara dan catatan alih aksara berupa koreksi kesalahan penulisan, serta penerjemahan dalam bahasa Indonesia berikut catatan terjemahan yang selanjutnya dilakukan penafsiran untuk menguraikan peristiwa yang terjadi. Dari tahapan pertama dapat diketahui juga masalah historiografi, yaitu penempatan data yang ada di prasasti ini pada kerangka sejarah, khususnya masa pemerintahan Airlangga. Dari penelitian yang dilakukan, prasasti Kusambyan kurang lebih menyebutkan tentang karaman i kusambyan yang dijadikan sima sawah atas perintah Sri maharaja... terdapat sesuatu yang menarik pada prasasti Kusambyan ini yaitu dituliskannya tokoh rahyan iwak, siapa rahyan iwak ini belum diketahui asal usulnya dan belum pernah disebutkan dalam prasasti masa Airlangga lainnya, namun nampaknya tokoh rahyan iwak ini merupakan tokoh yang cukup penting dalam prasasti Kusambyan ini karena kata rahyan iwak tertulis berulang-ulang pada bagian depan prasasti. Dari kata sandang rahyan dapat kits lihat bahwa tokoh ini merupakan orang yang mempunyai derajat cukup tinggi di masyarakat pada masa itu. Alasan lain mengapa tokoh rahyan iwak merupakan seorang tokoh yang penting, karena nama tokoh rahyan iwak muncul kembali di dalam prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Jayanegara yang memerintah pada abad 14 M dan juga terdapat prasasti Tuhanaru, salah sate prasasti dari masa Jayanegara. Isi dari prasasti itu diantaranya menyebutkan mengenai turunnya perintah Sri Maharaja pada desa Tuhanaru dan Kusambyan, perintah raja dilaksanakan dan ditandai dengan prasasti berlencana ikan. Dari data ini dapat disimpulkan adanya kesinambungan tokoh yang sama dan nama daerah yang sama yang terpaut rentang waktu yang cukup lama kurang lebih 200 tahun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Tara Wiguna
"Prasasti merupakan sumber terpenting dan paling outentik dalam penulisan Sejarah Kuna Indonesia pada umumnya dan Sejarah Bali Kuna khususnya. Di Bali, benda--benda purbakala yang mempunyai latar belakang sejarah termasuk prasasti khususnya, di beberapa daerah sampai saat ini masih tetap disimpan dengan ketat, dikeramatkan serta disungsung oleh masyarakat yang menyimpan benda-benda tersebut. Oleh karena itu penyelidikan Epigrafi Bali khususnya, yang menyangkut masalah prasasti lebih sering mengalami dukanya dari pada sukanya ( Goris, 1950: 1-2; Sukarto K. Atmojo, 1967: 5-6; 1973: 21-22; Ginarsa,l973: 27 ). Seperti telah disebutkan di atas prasasti-prasasti tersebut pada umumnya masih dihormati dan dikeramatkan oleh penyungsungnya, maka tidaklah dapat diteliti secara mandadak atau pada saat-saat yang dikehendaki oleh peneliti. Hal ini sangat berlainan dengan keadaan di Jawa atau di daerah lain. Di sini prasasti atau benda-benda purbakala tersebut dapat diambil, dipotret_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baru-baru ini Bapak Letkol (Purn) Dihar Ronggoprawiro dari Mojoroto (Kediri) memperlihatkan sebuah lempengan lembaga bertulis kepada Universitas Kediri (P.R II Dr. Hartono Moedjisunu) dan selanjutnya faksimil..."
BARK 6 (1-2) 1985
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhenne Ivon Treviana
"ABSTRAK
Dalam upaya menyusun sejarah kuna Indonesia diperlukan sumber_-sumber tertulis seperti prasasti, naskah dan berita asing sebagai sumber penelitian. Prasasti sebagai salah satu data arkeologi memiliki kelebihan dibanding data arkeologi lainnya, yaitu seolah dapat berbicara dan berkisah mengenai perilaku kehidupan manusia dan lingkungannya hingga tidak salah jika dikatakan bahwa prasasti merupakan tulang punggung penulisan sejarah kuna Indonesia.
Prasasti Airpulyan merupakan salah satu prasasti yang baru ditemukan dan belum sempat diteliti secara intensif. Prasasti yang ditemukan di Temanggung ini sekarang ditempatkan di Kantor SPSP Jawa Tengah, dipahatkan di atas batu padas, menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Secara garis besar isinya memuat masalah pertikaian masalah pajak dan merupakan jenis prasasti jayapatra yang sangat sedikit ditemukan.
Tujuan utama penelitian ini adalah 1) membaca, membuat alih aksara dan terjemahan berikut catatannya; dan 2) mengungkap latar historis isi prasasti. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, digunakan tiga tahap penelitian yang lazim digunakan dalam cara kerja ilmu sejarah. Ketiga tahapan kerja itu adalah: Heuristik, tahap pengumpulan data, mengumpulkan keterangan seluas-luasnya mengenai data utama, yaitu Prasasti Airpulyan, pembuatan foto dan abklats dan data bantu lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Kritik teks, merupakan tahap pengolahan data. Terdiri dari kritik ekstern yang mencari kepastian bahwa data yang digunakan autentik sebagai data sejarah; dan kritik intern yang menganalisis isi prasasti untuk mendapatkan detail yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan untuk dicocokkan dalam suatu hipotesis dan konteksnya. Interpretasi dan historiografi, sebagai tahap penafsiran data yang diperoleh dari hasil pembacaan dan tafsiran isi prasasti dengan rujukan data bantu lainnya serta asumsi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Walaupun Prasasti Airpulyan tidak memuat dengan jelas latar peristiwa penulisannya, dapat diperoleh sedikit kejelasan isinya. Pihak yang bersengketa adalah seorang pejabat wanua (tuha banua) dan pejabat watak (patih) yang melawan penduduk desa Airpulyan. Persengketaan tersebut diduga berlatar belakang pada masalah pajak, dan perkara ditangani oleh Samgat Puluwatu bernama Pu Mrsi. Atas kesaksian yang diberikan Pu Naga, maka persengketaan dimenangkan oleh penduduk desa Airpulyan, dengan dikukuhkannya kembali dharmnasima di desa Airpulyan.
Akhir dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kehidupan masyarakat atas peristiwa yang terjadi pada waktu prasasti tersebut dikeluarkan, untuk kemudian ditempatkan dalam susunan rangkaian panjang rekonstruksi sejarah kuna Indonesia secara kronologis.

"
2001
S11570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Endah Nurvita
"Masa pemerintahan Tribhuwana dapat dikatakan merupakan titik awal kejayaan kerajaan Majapahit. Dalam masa pemerintahannyalah muncul tokoh-tokoh yang sangat terkenal dalam sejarah dan berperan penting atas kejayaan Majapahit. Tokoh_tokoh yang dimaksud adalah Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan Prapanca. Selama 22 tahun Tribhuwana memegang tahta, telah ditemukan 7 buah prasasti termasuk prasasti Palungan yang berangka tahun 1252 Saka (1330 M). Prasasti Palungan ini menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Prasasti tersebut pernah diteliti sebelumnya oleh N.J. Krom pada tahun 1913 dan L.Ch. Damais tahun 1955. Penelitian sementara yang telah dilakukan oleh Krom menghasilkan tanggal dikeluarkannya prasasti, sedangkan penelitian Damais menghasilkan 3 baris alih aksara dari keseluruhan barisnya sehingga informasi yang dapat diperoleh sangat sedikit. Informasi tersebut adalah unsur-unsur pertanggalan dan nama raja yang mengeluarkan. Akan tetapi untuk menyusun sebuah kisah sejarah dibutuhkan unsur waktu, tokoh, peristiwa, dan tempat. Keempat unsur tersebut belum Iengkap digali dan diteliti lebih mendalam. Untuk dapat mengetahui empat unsur pokok sejarah prasasti Palungan di atas, maka dilakukan alih aksara dan alih bahasa terhadap prasasti Palungan yang menghasilkan lengkapnya keseluruhan isi prasasti dan keempat unsur pokok sejarah. Selain itu untuk mengetahui apakah data ini layak atau tidak, maka data harus diuji dengan serangkaian tahap analisis yang dimulai dengan tahap Heuristik, kemudian dilanjutkan Kritik Teks ( Ekstem dan Intern ), Interpretasi, dan terakhir Historiografi. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa prasasti Palungan yang berangka tahun 1252 Saka ini ditulis sesuai dengan jamannya dan bukan merupakan prasasti tiruan atau palsu sehingga Iayak untuk dijadikan sebagai data Sejarah Kuna Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>