Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108034 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gathut Dwihastoro
"Banten atau Banten Larva sekerang merupakan situs kepurbakalaan masa Islam. Bekas kota kesultanan Banten yang didirikan oleh Sunan Gunung Jati ini, masih tampak jelas pening_galannya, salah satunya: mesjid Kasunyatan. Mesjid ini dibangun pada masa pemerintahan Maulana Yusuf (1570-1580) dan putranya, Maulana Muhammad (1580-1596).Mesjid Kasunyatan terletak di desa Kasunyatan, kecamatan Kasemen, kabupaten Serang, Jawa Barat. Penelitian arkeologi pada situs kepurbakalaan Benten Lama sudah dimulai sejak tahun 1976. Baik yang dilakukan o_leh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslitarkenas), Fakultas Sastra UI, jurusan arkeologi, maupun oleh instansi atau lembaga terkait lain. Penelitian pada kompleks mesjid Kasunyatan yang bersifat pendahuluan ini, bertujuan untuk memberi gambaran sekilas dan sebagai sumbangan data bagi penelitian arkeologi di situs Banten Lama. Karena bangunan _mesjid dapat dikaitkan dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Dari segi arsitekturalnya mesjid Kasunyatan menarik untuk dibahas, seperti: denahnya, ragam hias, gapura, dan a_tapnya yang berbentuk tumpang sebagai ciri bangunan mesjid kuno di Indonesia. Metode atau cara pendekatan yang digu_nakan dalam pembahasan di sini, adalah: (1) Kajian kepustakaan (2) Pengamatan obyek penelitian (langsung dan tak lang_sung), dengan melakukan mendeskripsian, membuat gambar, foto, peta dan sebagainya. (3) Wawancara kepada instansi yang terkait."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S11856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Paulina S.
"Di Indonesia banyak terdapat peninggalan berupa monumen dari masa kolonial, termasuk bangunan benteng. Salah satunya adalah benteng Marlborough yang terdapat di propinsi Bengkulu. Benteng ini merupakan peninggalan bangsa Inggris yang dibangun pada tahun 1714 sampai dengan 1719. Keadaan benteng saat ini masih cukup baik dan dapat diamati secara arkeologis meskipun telah mengalami pemuga_ran. Alasan penelitian terhadap Benteng Marlborough dida_sarkan pada bentuknya yang jarang ditemukan pada benteng-_benteng Eropa lainnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan pemeri_an Benteng Marlborough secara rinci, menjelaskan hubungan antara bentuk dan fungsi bangunan. Selain itu mencoba pula untuk mengetahui pesan benteng Marlborough pada masa lalu. Tahap-tahap kerja dalam penelitian ini meliputi tiga tingkatan. Tahap pertama pengumpulan data, baik dari kepustakaan maupun lapangan. Tahap kedua pengolahan data berupa tinjauan arsitektural dan fungsi. Tinjauan ini dilakukan melalui perbandingan dengan data banding berupa kepustakaan dan data lapangan berupa beberapa benteng kuno di Indonesia. Juga dilakukan tinjauan perkembangan bentuk benteng Marlborough berdasarkan perbandingan lukisan kuno dengan keadaan benteng Marlborough sekarang ini. Tahap selanjutnya adalah membuat suatu penjelasan berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk-bentuk dan keletakkan tiap-tiap bagian pada benteng Marlborough menunjukkan fungsi bangunan tersebut sebagai bangunan pertahanan. Selain itu benteng Marlborough memi_liki komponen-komponen bangunan pertahanan sebelum dan sesudah abad ke 17. Fungsi benteng Marlborough pada masa lalu ternyata selain untuk kepentingan pertahanan juga untuk kepentingan ekonominya. Ternyata antara kepentingan ekonomi dan pertahanan (politik) terdapat suatu kaitan yang saling mendukung. Unsur pertahanan (politik) perlu untuk menjaga kepentingan ekonomi dan unsur ekonomi perlu untuk menunjang/membiayai kepentingan pertahanan (politik)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek mihrab mesjid kuna yang ada di kota Benten, Jakarta, dan Cirebon, dengan memperhatikan segi-segi arsitektur, arah hadap dan ragam hiasnya. Rentang waktu yang digunakan adalah mihrab mesjid yang berasal dari abad 15 hingga 19. Tujuannya adalah untuk mengenali komponen yang terdapat pada mihrab-mihrab mesjid kuna, keragamannya dan frekwensi pemakaiannya. Juga untuk melihat unsur-unsur yang mempengaruhi ragam hiasnya, apakah ada unsur dari pra Islamnya atau dari Islamnya. Penelitian hanya dilakukan pada 16 obyek mihrab yang terdapat di ketiga kota tersebut di atas. Metode yang digu_nakan adalah deskripsi dan perbandingan hasil deskripsinae. Komponen yang diperhatikan adalah bentuk, ruangan, tiang, lengkungan, lalu arah hadap dan ragam hiasnya. Hasilnya me_nunjukkan adanya keragaman komponen dan frekwensi pemakaian_nya. Hal ini dapat digunaken sebagai dasar penelitian untuk mengenali gaya yang terdapat pada mihrab mesjid kuna, dan mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi ragam hiasnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji mesjid Kasunyatan sebagai obyek penelitiannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan sejarah pendirian mesjid kuno ini dan tinjauan arsitekturnya.
Dalam bahasan tentang sejarah mesjid dipermasalahkan hubungan antara nama mesjid dengan tokoh yang mendirikannya, kapan mesjid ini dibangun dan oleh siapa. Sedangkan bahasan terhadap bangunan mesjidnya dilakukan dalam tinjauan deskripsi untuk kemudian dilakukan kajian terhadap apa yang telah dideskripsikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk nemperoleh ganbaran mengenai sejarah pendirian mesjidhya yang berkaitan dengan tokoh pendirinya, waktu pendirian, dan hubungan antara nama mesjid dengan tokoh pendirinya. Tujuan lain adalah untuk memperoleh ganbaran mengenai pengaruh yang terdapat pada arsitektur mesjid ini.
Metode yang digunakan adalah Studi kepustakaan, observasi langsung kepada obyek, lalu di deskripsikan dan hasilnya diolah untuk disajikan dalam laporan penelitian.
Hasil penelitian memperlihatkan adanya hubungan antafa pendiri mesjid ini dengan hama mesjidnya, yaitu Pangeran Kasunyatan. Haktu pendiriannya diperkirakan pada masa awal pemerintahan Maulana Yusuf yang memerintah pada tahun 1570 hingga 1580 Masehi. Hasil yang berkaitan dengan arsitektur mesjidnya memperlihatkan bahwa mesjid ini didominasi oleh unsur lokal atau pra islam. Pada menara dan kolam wudhunya terlihat adanya pengaruh asing yaitu Portugis. Pada gapuranya terdapat pengaruh gaya "Moor"."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Witjaksono
"Salah satu tinggalan arsitektur Islam adalah Mesjid. Dalam sebuah masyarakat Islam bangunan mesjid tidak hanya memiliki peran dan fungsi sebatas tempat berkupulnya jamaah untuk melaksanakan shalat farhdu bersama-sama, namun lebih jauh mesjid memiliki fungsi sosial, ekonomi, politik, ilmu, seni dan filsafat. Berdasrkan kenyataan tersebut secara tidak langsung mengungkapkan bahwa apabila seorang ingin menyelidiki kehidupan keagamaan di salah satu pulau (Jawa), maka haruslah dimulai dengan mempelajari mesjid sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Pijper (1985).
Dalam sejarah perkembangan Islam Khususnya di Pualau Jawa, wilayah Pesisir Utara Jawa Barat memiliki arti dan peran yang sangat strategis. Pesisir Utara Jawa Barat merupakan distrik pertama dimana Islam dikenal. Keletakan wilayah Pesisir Utara Yang strategis serta merupakan jalur perlintasan pelayaran dan perdagangan merupakan faktor pendukung yang mempercepat proses datangnya Islam ke Wilayah ini. Sehinga tidak mengherankan bila bangunan mesjid kuno dari masa-masa awal (abad 16-17Masehi) ditemukan di daerah pesisir ini.
Permasalahan dari penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana bentuk-bentuk mesjid di Jwa Barat, apakah mesjid-mesjid di pessisir Jawa Barat memiliki berbagai variasi yang pada akhir mampumembedakan dengan mesjid-mesjid di Jawa Barat pada umumnya. Sedangkan tujuan dari penelitian ini yaitu selain untuk melihat variasi gaya dan bentuk dari mesjid di pesisir Jwa Barat, juga untuk mengetahui apakah mesjid-mesjid di pesisir Jawa Barat memiliki persamaan dengan mesjid-mesjid di Jawa pada umumnya.Berdasarkan hasil penelitian tergambar bahwa secara umum bentuk-bentuk mesjid di Pesisir Jawa Barat tidak memiliki perbedaan yang khusus dengan mesjis-mesjid di Jawa pada umumnya..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitra Widinanda
"Menara mesjid merupakan sebuah bangunan sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan pada awal perkembangannya. Seiring perkembangannya, terdapat pula fungsi-fungsi lainnya. Terdapat berbagai istilah untuk menyebutkan menara yang berasal dari bahasa Arab. Ma'dhana dan Mi'dhana yang berarti tempat menyerukan adzan dan Sawma'a yang berarti ruangan. Dalam bangunan mesjid sendiri bangunan menara bukan sesuatu hal yang wajib ada. Agam Islam sendiri tidak memberikan aturan khusus dalam pembangunan menara. Namun, di pulau Jawa beberapa mesjid memiliki bangunan yang bentuknya beragam. Pada menara-menara mesjid di pulau Jawa abad ke 15-19 M terdapat gaya-gaya yang di pengaruhi oleh budaya asing. Berdasarkan peiode waktunya maka pengaruh-pengaruh tersebut berasal dari Belanda, Arab, dan Hindu-Buddha.

The mosque's minaret have a lot of functions, one of them is for adzan. Originally the term minaret (menara) is from Arabic language: Ma'dhana, Mi'dhana and Sawma'a. Ma'dhana and Mi'dhana mean a place for adzan, while Sawma'a means a chamber. It is not essential for a minaret to be part of a mosque, as Islam doesn't have specific rules about minaret. However, in Java there are minarets in many forms from the 16-19th century. The styles of those minarets were influenced from the Hindu-Buddhist culture, Arabic countries and the Netherlands."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12044
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Herrystiadi
"Mesjid Agung Banten adalah salah satu komponen penting di dalam situs arkeologi kota Banten Lama yang belum pernah diteliti secara khusus dari begitu banyak penelitian di situs tersebut.
Penelitian terhadap Mesjid Agung Banten ini bertujuan memaparkan gaya bangunan (arsitektural) dan seni hias (orna_mental) yang terdapat di komplek mesjid tersebut. Di samping itu mencoba memberi gambaran mengenai arti serta fungsi bangunan-bangunan kuno di sana, memperkirakan kronologi pembangunannya serta berusaha mengetahui peran dan fungsi mesjid tersebut di masa lampau.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini selain meng_gunakan sumber kepustakaan, juga diadakan pengamatan lang_sung terhadap objek yang diteliti serta mengadakan pemerian terhadapnya. Kemudian dilakukan pula kaji banding dengan data-data yang diperoleh dari kajian kepustakaan serta bangunan-bangunan lain sebelum menarik kesimpulan.
Dari penelitian di atas diketahui bahwa Mesjid Agung Banten memiliki dua unsur arsitektural, yakni arsitektur lokal yang meneruskan tradisi dari masa sebelum Islam dan arsitektur asing, dalam hal ini arsitektur Belanda. Seni hiasnya (ornamental) hampir keseluruhannya juga memakai motif-motif yang telah dikenal pada masa sebelum Islam.
Mesjid Agung Banten ternyata dibangun secara bertahap dan setiap bangunan yang terdapat di sana memiliki fungsi khusus. Menara misalnya, selain berguna sebagai tempat azan, juga berfungsi sebagai sarana pengawas pantai. Mesjid Agung Banten sebagai mesjid kerajaan mempunyai peran penting pada zamannya. Peran dalam pemerintahan dan kemasyarakatan turut pula dimilikinya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Qadarini
"Sejak pertama kati didirikan, sosok menara hampir sela\u ditemukan di setiap bangunan mesjid dan gereja. Keduanya sama-sama berfungsi sebagai tempat untuk memanggil umatnya beribadah; bagi muazin untuk menyerukan adzan dan bagi gereja untnjk membunyikan Ionceng. Selain itu menara juga dapat diartikan sebagai lambang kekuatan dan kemenangan serta pemberi identitas_ Kevertikalannya menggambarkan adanya pengakuan akan Tuhan yang dipuja oleh manusia. Namun terkadang keberadaan menara pada bangunan ibadah ini kurang mendapat perhaiian karena ia bukan tempat dilakukannya kegiatan beribadah.
Seiring dengan perjalanan waktu, maka éangat banyak gaya menara yang telah dihasilkan. Jika dahuiu kebanyakan menara memiliki bentuk dasar berupa balok dan silinder, mqka saat ini banyak ditemukan menara déngan pengolahan bentuk yang lebih bebas. Apakah menara tersebut tidak lagi difungsikan sebagaimana mestinya, hal itu sepertinya tidak terlaln menjadi masalah selama ia dapat dijadikan sebagai salah satu bembentuk image dan identitas sebuah bangunan ibadah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48294
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Sani
"Sebagai obyek penulisan skripsi, pemilihan judul di atas didasarkan berbagai hal. Pokok bahasan yang utama yaitu Kompleks Makam Gede Ing Suro yang terletak di Kelurahan I Ilir Palembang, sebagai pekuburan Islam ternyata mempunyai corak dan gaya bangunan masa Hindu Majapahit yang terlihat pada bentuk, bahan, dan ragam hiasnya. Kompleks Makam Gede Ing Suro merupakan peninggalan kepurbakalaan yang paling tua dari masa awal masuknya agama Islam ke Palembang. Dari catatan sejarah, diketahui bahwa kompleks makam Gede Ing Suro adalah tempat dimakamkannya cakal bakal dari raja-raja Islam Palembang kemudian, sampai berakhirnya kerajaan itu pada pertengahan abad ke-19. Mereka sebenarnya adalah para bangsawan dari kerajaan Demak yang melarikan diri ke Palembang, karena tidak mau tunduk kepada penguasa yang baru. Di Palembang mereka mendirikan kerajaan sendiri tetapi masih di bawah kekuasaan Jawa, baru pada pertengahan abad ke-17 kerajaan tersebut me-lepaskan diri dari pengaruh Jawa. Banyak para arkeolog yang meneliti kawasan kompleks makam Gede Ing Suro, tetapi penelitian mereka berdasarkan penelitian klasik dan prasejarah dengan tujuan untuk mencari lokasi dari kerajaan Sriwijaya. Pene_litian dari sudut arkeologi Islam justru tidak ada. Untuk itulah, penu_lisan skripsi ini ditekankan ke masa Islam ditinjau dari sudut ilmu ar_keologi, sebagai bahan masukan kepustakaan bagi arkeologi Islam.Pada abad ke-20 ini, bangunan kompleks makam yang dibuat dari batu bata itu terancam kehancuran total akibat pengaruh alam. Selain itu, dampak negatif dart pabrik pupuk Sriwijaya yang terdapat di sebelah selatan kawasan kampleks makam Gede Ing Suro, jika tidak segera ditanggu_langi dapat merusak bangunan kepurbakalaan yang ada di sana. Untuk itu selain dipugar, diharapkan adanya kesadaran darti masyarakat di sekitar areal kompleks makam Gede Ing Suro untuk menj aga kelestarian bangunan peninggalan nenek mayang kita."
Depok: Universitas Indonesia, 1983
S11941
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuruddin
"Seorang ahli arsitektur Belanda N.P. van der Wall di dalam sebuah bukunya mengenai keberadaan bangunan-bangunan perumahan di Indonesia pada abad ke-17 - ke-18, mengemukakan bahwa bangunan-bangunan perumahan tersebut dibangun dengan gaya neo-klasik, baik neo-klasik Yunani maupun neo-klasik Romawi. Penelitian terhadap bangunan Gedung Kesenian Jakarta, sebagai salah satu bangunan dari abad ke-19 di Batavia terbatas pada penelitian terhadap unsur-unsur arsitektural dan ornamental secara deskriptif. Tiga topik yang menjadi tujuan utama adalah; (1) mengetahui aspek-aspek fungsi beberapa komponen arsitektural, dan mengidentifikasi pemakaian unsure-_unsur ornamental yang variatif, (2) mengidentifikasi pengaruh gaya seni bangunan pada bangunan GKJ, dan (3) mengetahui pengaruh bangunan tambahan terhadap bangunan lama. Cara atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode penelitian arkeologis yang terdiri atas tiga tahapan kerja, yaitu(l) pengumpulan data, (2) pengolahan data, dan (3) penafsiran data. Pada tahap pengumpulan data, yang dilakukan adalah observasi data kepustakaan dan observasi data lapangan yang meliputi perekaman data secara verbal dan piktorial. Analisa terhadap data yang terkumpul dilakukan dengan melakukan analisis fungsional dengan maksud untuk mangungkapkan fungsi beberapa komponen bangunan arsitektural dan ornamental. Pengolahan data juga menggunakan teknik analogi, yaitu suatu proses penyamaan (mencari kesamaan) antara data-data penelitian dengan data-data visual di dalam kepustakaan, terutama penyamaan dalam hal atribut-atribut langgam bentuk (form;., langgam (style) dan teknologi (technology). Hal-hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi eksistensi bangunan GKJ secara keseluruhan, terutama mengenai langgam atau gaya dan makna seni dekoratifnya, serta pengaruh gaya seni bangunannya dengan indikator berupa unsur-unsur bangunan yang dianalisa. Setelah melalui suatu proses analisa (analisis), maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa selain komponen-komponen bangunan yang berfungsi teknis, terdapat juga komponen-_komponen ornamental yang selain berfungsi sebagai unsur estetika bangunan juga berfungsi sebagai simbol aktivitas bangunan. Berdasarkan atas analisa komponen-komponen arsitektural dan ornamental menunjukkan adanya percampuran gaya yang terdapat pada bangunan Gedung Kesenian Jakarta, yaitu gaya neo-klasik Yunani dan neo-klasik Romawi (Greco-Roman). Pengaruh gaya seni bangunan Romawi atau neo-klasik Romawi lebih dominan, baik untuk komponen arsitektural maupun komponen ornamentalnya. Munculnya bangunan baru di bagian belakang yang menempel bangunan lama secara teknis tidak mempengaruhi bentuk bangunan lama. Dibuatnya bangunan baru ini hanya karena, pada bangunan lama tidak memungkinkan untuk dibuat ruang baru untuk tempat penyimpanan peralatan. Selain itu juga mengingat masalah keaslian ruangan bangunan lama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S11934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>