Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jarot Arisona Aji Pambudi
"ABSTRAK
Setiap bagian candi. (kaki, badan,serta atap) umumnya terdiri dari perbingkain bawah, dinding,perbingkaian atas. Perbingkaian yang terdapat pada.candi-candi di Jawa Timur, mempunyai jumlah bingkai lebih banyak dibanding dengan perbingkaian candi.di Jawa Tengah.Candi pendharmaan di Jawa Timur yang jelas mempunyai batas waktu adalah candi masa Singosari .Pengamatan perbingkaian candi masa Singosari melalui perbandingan bentuk dan ukuran, belum pernah dilakukan. Berdasarkan alasan tersebut, dilakukan pengamatan dengan tujuan untuk memperlihatkan pola dan gaya candi masa Singosari. Tahapan kerja yang digunakan adalah memilahkan tiap bagian candi dan bagian tersebut dipilahkan lagi berdasarkan perbingkainya. Kemudian diuraikan berdasarkan bentuk dan ukuran , mulai dari candi yang paling tua. Selanjutnya, tiap perbingkaian dan bagian candi dibandingkan dari empat candi yang dijadikan sampel ( Kidal, Jago, Jawi, dan Singosari). Hasil yang diperoleh dari pengamatan perbingkaian adalah candi yang paling tua mempunyai pola yang lebih teratur dan mempunyai gaya yang lebih sederhana. Dengan demikian terdapat perbedaan kronologi jika dibanding dengan data sejarah, terhadap candi masa Singosari.

"
1986
S11563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Dwi Nugroho
"Skripsi ini membahas tentang menara sudut pipi tangga candi, khususnya pada candi masa Singhasari dan Majapahit dengan meninjau dari segi bentuk dan keletakannya. Data penelitian diperoleh melalui studi lapangan dan kepustakaan. Data lapangan diperoleh dengan melakukan pengamatan untuk kegunaan deskripsi dan dokumentasi. Data kepustakaan diperoleh melalui penelaahan terhadap sejumlah buku, jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan candi masa Singhasari-Majapahit. Data tersebut dikumpulkan dan kemudian diolah menggunakan analisis bentuk dan keletakan. Pada analisis ini beragam menara sudut pipi tangga yang terdapat pada candi masa Singhasari-Majapahit dikelompokan berdasarkan atribut bentuk dan keletakan. Hasilnya berupa gambaran mengenai bentuk-bentuk menara sudut yang terdapat pada candi masa Singhasari-Majapahit, fungsi serta peranannya dalam system arsitektur candi.
This study discusses about the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi), especially at the temples of Singhasari-Majapahit periods by reviewing the terms of form and position. The research data obtained through field studies and literature. Field data obtained by making observations for a description and documentation usability. Data obtained through a literature review of a number of books, scientific journals and research results related to the Singhasari-Majapahit temple. The data that was collected and then processed using the analysis of shape and position. In this analysis various the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi) that contained on the temples of Singhasari-Majapahit's periods are grouped based on attributes of shapes and position. The result is an overview of the forms contained on the corner tower of temples stairs (menara sudut pipi tangga candi) at the temples of Singhasari-Majapahit periods, function and role in the system of temple architecture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S228
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eggy Gustaman
"Tentang penggambaran tokoh bersorban berdasarkan relief cerita pada candi Jago, Induk Penataran, Pendopo Teras Pertama Penataran, Tegalwangi, Surawana dan Jawi. Untuk memisahkan tokoh bersrban itu ke dalam golongnnya masing-masing, maka ciri ikonografisnya harus benar-benar diperhatikan yang ditandai dengan kode variasi. Setelah tokoh-tokoh bersorban itu dipisahkan berdasrakan kombinasi variasi yang ternyata berjumlah 17, diketahui tokoh bersorban lebih banyak kesamaan ciri ikonografis terutama pada bentuk badan, bentuk sorban dan jenis bakaian yang dikenakan. Untuk ciri dengan adanya kumis dan jenggot hanya digunakan untuk ciri tambahan, kerena pada tokoh bersorban ini terdapat karakter tokoh wanita yang sudah pasti tidak berkumis dan berjenggot. Dari hasil penggolongan dan perbandingan dominasi penggambaran tokoh bersorban pada relief di candi-candi masa Singhari dan Majapahit ini, dapat terlihat bahwa tokoh bersorban yang diidenfikasi sebagai pertapa wanita merupakan tokoh yang paling banyak digambarkan dalam panil relief pada candi-candi masa Singhasari dan Majapahit dibandingkan tokoh-tokoh bersorban lainnya yang diidenfikasi sebagai rsi, pertapa pria dari suatu pertapaan dan pertapa pria di luar pertapaan..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Archangela Yudi Aprianingrum
"Pada bangunan candi banyak dijumpai berbagai bentuk hiasan. Salah satu bentuk ragam hias yang cukup menarik adalah bentuk hewan. Relief hewan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu relief ornamental (tanpa cerita) dan relief cerita. Pada relief cerita hewan, makna penggambaran tersebut dapat diketahui secara langsung melalui cerita yang digambarkan, sedangkan pada relief ornamental makna dari penggambaran hewan tersebut tidak dapat diketahui secara langsung. Penggambaran relief hewan ornamental ini banyak dijumpai pada candi di Jawa Timur, yaitu Candi Kidal, Candi Jago, Candi Simping, Candi Rimbi, Candi Surawana, Candi Sanggrahan, dan Kompleks Candi Panantaran. Hal inilah yang menjadi latar belaklang dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan penempatan jenis hewan tertentu pada bagian bangunan candi berdasarkan pola keletakan. Selain itu, juga menjelaskan bahwa relief hewan ornamental digambarkan tidak hanya sebagai hiasan, tetapi berhubungan dengan ajaran keagamaan tertentu. Penelitian dimulai dengan proses pengumpulan data berupa deskripsi dan foto relief hewan. Selanjutnya dilakukan pengidentifikasian bentuk masing-masing hewan dan pengintegrasian dengan keletakannya pada bangunan candi. Setelah itu dilakukan penafsiran data untuk memahami adanya hubungan antara pemilihan hewan, letak relief, dan makna khusus dari penggambaran hewan tersebut yang dikaitkan dengan religi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bangunan candi terdapat tiga puluh sembilan jenis hewan yang ditempatkan pada bagian kaki, tubuh, dan atap candi. Relief tersebut memperlihatkan adanya suatu pola dan penempatannya sesuai dengan konsep bhurloka, bhuvarloka, dan svarloka. Relief hewan ornamental ini dipahatkan tidak hanya sebagai hiasan, tetapi sebagai representasi dari dewi-dewi dan berhubungan dengan ajaran keagamaan yang dapat mengarahkan pikiran pemuja kepada dewi di pusat candi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto Sapto Nugroho
"Karya tulis ini mengkaji bentuk arsitektur candi-candi perwara yang merupakan bagian dari arsitektur kompleks candi-candi Buddha di Jawa Tengah yang didirikan pada abad VIII - IX Masehi. Adapun data yang digunakan adalah candi perwara Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan Lor. Penelitian ini dilakukan guna mengoreksi hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya. Dalam penelitian ini dilakukan pendeskripsian bentuk arsitektur candi-candi perwara di Candi Lumbung, Sewu dan Plaosan. Setelah dilakukan pendeskripsian diungkapkanlah perbedaan dan persamaan bentuk arsitektur pada keempat candi Buddha tersebut. Dari perbedaan dan persamaan bentuk tersebut tampaklah keragaman bentuk dari candi-candi perwara candi Buddha di Jawa Tengah. Pada tahap pengolahan data digunakan serangkaian metode arkeologi berupa pengumpulan data baik literatur, gambar, peta maupun foto, dilanjutkan dengan pengumpulan data kembali ke lapangan. Pada pengumpulan data di lapangan dilakukanlah pengamatan secara detail terhadap data utama. Agar didapatkan hasil perbandingan yang akurat, masing-masing obyek yang diteliti, terlebih dahulu dibagi ke dalam komponen-komponen unit observasi. Setelah data lapangan terkumpul, langkah berikutnya adalah pengolahan data berupa analisa data dengan memperbandingkan tiap komponen unit observasi. Sebagai langkah akhir dilakukanlah penginterpretasian semua hasil analisa terhadap data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing candi perwara memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya sekalipun itu berada dalam satu kompleks yang sama. Namun dari beberapa atribut yang dimiliki oleh semua candi perwara tersebut menunjukkan bahwa pada umumnya berdenah bujur sangkar dengan arah hadap menyesuaikan dengan susunan deretnya. Hal menarik yang terdapat pads hasil akhir dan penelitian ini adalah di candi perwara Plaosan Lor ada bentuk kepala kala di dinding luar tubuh memiliki dagu (rahang bawah) dan bercakar, seperti halnya bentuk kala gaya Jawa Timur. Hal menarik lainnya adalah ditemukannya bentuk lapik arca di candi perwara Sewu deret l no. 20, diduga bentuk arca yang pemah mendiami bilik candi tersebut terbuat dari bahan perunggu (Kusen dick 1993: 51-2). Jadi candi perwara pun tenyata berhak untuk ditempati oleh arca berbahan perunggu. Secara keseluruhan penelitian ini menyumbangkan sedikit inforrnasi yang bersifat mengoreksi terhadap hasil penelitian-penelitian sebelumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sri Hardiati
Jakarta: Museum Nasional, 2005
726.1 END c;726.1 END c (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudianto
"Pada kajian ini, akan dilihat umur relatif suatu benda sejarah berupa bangunan candi melalui perbingkaiannya. Perbingkaian sendiri merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari arsitektur bangunan, karena suatu perbingkaian akan membentuk satu profil bangunan. Pada bangunan keagamaan masa Hindu-Buddha, perbingkaian juga merupakan bagian dari bangunan fisiknya. Berdasrkan tinggalan bangunan yang adaini, kemudian akan dilihat kronologi yang ada dengan berdasarkan pada perubahan perbingkaiannya. Perjalanan waktu yang panjang selalu memungkinkan suatu bentuk berkembang, tak terkecuali perbingkaian itu sendiri. Perubahan benntuk ini kemudian diharapkan membawa petunjuk suatu indikasi perkembangan. Pada tahap analisis digunakan metode seriasi dengan tujuan mendapatkan urutan kronologi candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Rosawati Tunggono
"ABSTRAK. Cerita Ramayana merupakan salah satu cerita yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dua bangunan candi yang berasal dari lokasi dan masa yang berbeda. Kedua candi tersebut adalah candi Ciwa Prambanan di Jawa Tengah serta candi Panataran di Jawa Timur. Ditinjau dari gaya penyajiannya di relief, cerita Rama_yana ditampilkan di candi Ciwa Prambanan dalam langgam ga_ya Jawa Tengah, sedangkan di candi Panataran, cerita terse-but ditampilkan dalam 1anggam gaya Jawa Timur (1anggam wayang). Padahal dalam sejarah perkembangan gaya seni, langgam Jawa Timur tersebut merupakan perkembangan dari langgam Jawa Tengah. Penelitian terhadap relief Ramayana di kedua candi tersebut, antara lain pernah dil akukan oleh W. F Stutter dan J.Kats. Dari penelitian mereka diperoleh deskripsi tentang jenis-jenis gaya yang dimiliki masing-masing relief. Dalam penelitian ini, penulis mengadakan perbandingan dengan bentuk penyajian beberapa adegan cerita Ramayana yang ditampilkan di kedua candi tersebut dari sudut seni rupa (artistik), untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang terjadi. pada gaya penyajian cerita tersebut pada relief kedua candi tersebut. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa ada beberapa unsur seni yang mengalami perubahan dan ada yang tidak. Perkembangan dan perubahan gaya panyajian tersebut jelas nampak pada konsep pemilihan tokoh, cara menampilkan tokoh, bentuk dan gaya penyajian itu sendiri, serta pengisian bidang kosong. Adanya persamaan dan perbedaan dalam cara penyajian tersebut, kemungkinan di pengaruhi oleh perbedaan tingkat pemahaman. keahlian serta latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing seniman pembuatnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
"ABSTRAK
Bidang ilmu dari penelitian yang kini disajikan hasilnya ini adalah Sejarah Kesenian, khususnya sebagai pencabangan dari Arkeologi. Dalam hal ini Sejarah Kesenian dipandang sebagai satu bagian dari Sejarah Kebudayaan. Bahwa tujuan Arkeologi adalah antara lain menyusun sejarah kebudayaan dinyatakan misalnya oleh Binford (1972:80-89); sedang tujuan-tujuan lain yang dikemukakannya adalah merekonstruksi cara-cara hidup manusia masa lalu dan menggambarkan proses budaya. Sejarah Kesenian yang merupakan pencabangan dari Arkeologi ini dibina-ulang atas dasar data artefak yang ditunjang oleh data dari sumber tertulis, yang kesemuanya itu dihasilkan oleh manusia yang hidup di maaa lalu.
Ilmu Arkeologi di Indonesia telah pula dikenal dengan nama yang merupakan terjemahannya, yaitu Ilmu Purbakala dalam bahasa Indonesia dan Oudheidkunde dalam bahasa Belanda. Para sarjana yang memulai penelitian kepurbakalaan di Indonesia semula melakukan usaha-usaha berupa pendaftaran, pencatatan dan pemugaran, dan kemudian juga penelitian yang sesungguhnya dengan membahas masalah-masalah yang ada di balik artefak-artefak kuno. Perhatian mula-mula diberikan kepada sisa-sisa kebudayaan kuno yang sebagian besar berupa hasil-hasil karya seni, seperti candi-candi dan area-area.
Karena peninggalan-peninggalan kuna yang mula-mula menjadi perhatian itu adalah sisa-sisa kebudayaan dari masa pengaruh agama Hindu dan Buddha, maka pendekatan penelitianpun disesuaikan dengan itu. Penelitian yang dilakukan pada umumnya mempersyaratkan pengenalan akan kebudayaan India kuna, terutama yang didapat dari sumbersumber tertulisnya. Penafsiran atas artefak banyak disandarkan atas penjelasan-penjelasan dari dumber tertulis. Perwujudan kebudayaan, khususnya kesenian, di Indonesia banyak disoroti dalam hubungannya dengan India yang dianggap sebagai sumbernya.
Pembahasan masalah hubungan pengaruh antara kesenian India dan Indonesia ini memang belum terkuras habis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
D305
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vevi Ratna Sari
"Skripsi ini berisi tentang bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pada abad ke-8--10. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk, hiasan, dan keletakan relung-relung candi Hindu dan Buddha dan melihat persamaan dan perbedaannya, serta diharapkan dari penelitian ini menambah pengetahuan mengenai perbedaan fisik yang terdapat di candi Hindu dan Buddha. Dalam penelitian ini dilakukan pengidentifikasian relung-relung yang terdapat di candi Hindu dan Buddha di Jawa Tengah pads abad ke-8-10, balk itu berupa data lapangan maupun studi kepustakaaii. Hasr1 penelitian lapangan dan kepustakaan ini kemudian diklasifikasikan secara umum (bentuk, bingkai relung, dan hiasan), dan diklasifikasikan lagi berdasarkan kronologi relatif yang telah dilakukan oleh peneliti.-peneliti sebelumnya. Pada tahap pengolahan data, hasil klasifikasi tersebut dianalisis dengan cara perbandingan terhadap masing-masing relung Hindu, masing-masing relung Budhha dan perbandingan di antara keduanya untuk mendapatkan hasil akhir. Hasil penelitian menunjukkan dari 28 jenis relung Hindu dan enam belas jenis relung Buddha terdapat tujuh bentuk relung, yaitu bentuk empat persegi panjang, empat persegi panjang dengan puncak busur lemah, empat persegi panjang dengan puncak busur tinggi, empat persegi panjang dengan puncak segi tiga, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M, empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M ganda, dan empat persegi panjang dengan puncak lengkung kurawal. Diketahtu bentuk yang dominan dari relung Hindu adalah bentuk empat persegi panjang, sedangkan untuk bentuk relung Buddha adalah empat persegi panjang dengan puncak busur lemah dan empat persegi panjang dengan puncak seperti puncak huruf M. Untuk hiasan relung, umumnya pada candi Hindu dan Buddha sama, yaitu hiasan kola-makara dengan lidah api atau pilaster. Keletakan yang paling umum pada relung Hindu adalah tiga relung utama yang masing-masing berada pada dinding luar bagian utara, selatan, dan timur atau barat sesuai dengan arah hadap candi dan dua relung penjaga yang masing-masing terletak di kanan-kiri pintu masuk, sedangkan pada relung Buddha setiap candi memiliki keletakan yang berbeda-beda dan umumnya berada di dalam bilik. Sehingga dapat dikatakan untuk membedakan relung Hindu dan Buddha tidak dapat dilihat dari bentuk dan hiasannya, tetapi dapat dilihat dari keletakan relung-relung tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>