Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137633 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Syarifah Alwiyah
"R. Syarifah Alwiyah, 079403022A, Analisis pedang masa kolonial koleksi Museum Sejarah Jakarta dan Museum Negeri Sri Baduga Bandung (Di bawah bimbingan Wanny Rahardjo W. M. Hum), Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Pedang adalah salah satu contoh senjata penyerang dengan bentuk seperti pisau panjang yang bersifat universal. Pedang selain sebagai senjata sering pula diperuntukan sebagai simbol status seseorang. Sebagai peninggalan masa kolonial, beberapa pedang koleksi Museum Sejarah Jakarta dan Museum Negeri Sri Baduga Bandung cukup menunjang untuk dijadikan bahan penelitian karena memperlihatkan keanekaragaman bentuk, ukuran dan hiasan. Pada penelitian ini, upaya pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan berdasarkan ciri atributnya yang diarahkan kepada pembentukan tipe-tipe untuk kemudian di analisis. Pengungkapan masalah berdasarkan dimensi bentuk ini dikarenakan hanya aspek tersebut yang cukup lengkap terdapat pada data. Bentuk-bentuk dasar yang diperoleh dari basil pengamatan sebagai tahap awal klasifikasi adalah bilah, gagang, sarung, hiasan dan ukuran. Bentuk dasar bilah terbagi atas empat bentuk. Sedangkan bentuk gagang terdiri dari bagian grips, knuckle bow, quillon, pommel, langet dan backstrap. Penentuan atribut kuat untuk menghasilkan type-type didasarkan kepada perbedaan bentuk dasar bilah. Setelah dilakukan penganalogian dengan berbagai literatur, dapat disimpulkan suatu perkiraan mengenai kronologi data. Hal ini ditunjang oleh adanya angka tahun yang terdapat pada empat buah bilah pedang. Sedangkan berdasarkan analogi kegunaan, dapat diperoleh lima jenis kegunaan pedang yaitu pedang untuk bermain anggar, pedang eksekusioner, pedang berburu, pedang untuk berperang dan pedang sebagai pelengkap busana pria untuk acara-acara tertentu"
2000
S11981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juny Setyantari
"Penelitian mengenai mata uang logam pada masa kolonial lakukan di Museum Nasional Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis mata uang berdasarkan nilai, berat dan masa untuk melihat perkembangannya dari tiap-tiap masa serta mengetahui kemungkinan adanya hubungan mata uang ini dengan keadaan perekonomian pada masa tersebut. Metode yang digunakan dalam analisis ini, yaitu metode analisis khusus (specific analysis), yang didasarkan pada ciri-ciri khusus dari seluruh atribut pada mata uang logam seperti bentuk, ukuran, hiasan, bahan serta keadaan fisiknya.
Setelah diklasifikasi berdasarkan atribut yang lama, kemudian dilakukan terlebih dahulu pemilahan atas dasar frekuensi (jumlah), hal ini bertujuan agar dapat diketahui jumlah sebenarnya dari mata uang yang akan diteliti dan mata uang yang tidak akan diteliti. Kemudian mata uang ini diklasifikasi dengan menitikberatkan pada pengamatan terhadap atribut-atribut untuk membentuk tipe. Selanjutnya tipe-tipe tersebut disusun secara berurutan berdasarkan masanya untuk mengetahui jenis-jenis mata uang tersebut, sehingga dapat melukiskan perkembangan mata uang tersebut.
Hasil yang dicapai dari penelitian tentang mata uang logam Bonk, yaitu bahwa mata uang tersebut terdiri dari 3 tipe berdasarkan nilainya dimana ketiga tipe tersebut dikelompokkan berdasarkan 4 masa yang berbeda. Kemudian dapat diketahui secara lebih jelas jenis-jenis mata uang Bonk dari tiap-tiap masa tersebut hingga diketahui perkembanganya. Selain itu dapat dilihat kemungkinan hubungan mata uang ini dengan keadaan perekonomian pada masa itu.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini, yaitu bahwa mata uang logam Bonk dapat membantu penelitian tentang kronologi walaupun tidak secara mutlak. Selain itu dengan melakukan penelitian kronologi berdasarkan urutan waktu, maka dapat diketahui perkembangan mata uang tersebut dan kemungkinan adanya hubungan mata uang Bonk dengan keadaan perekonomian pada masa itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Fina
"Faizah Fina. Analisis Keramik Jepang Koleksi Musium Sejarah Jakarta. Di bawah bimbingan Dr. Heriyanti O. Untoro). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000 (xi + 125 hal, 1 peta,1 bagan, 6 tabel, 4 lamp, 51 Bab. 121-125). Keramik Jepang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis keramik yang ada di Batavia. Keramik Jepang ini memiliki beberapa keistimewaan, antara lain mempunyai jenis dan motif hiasan, serta warna yang beragam. Keramik Jepang dalam penelitian ini berjumlah 1095 pecahan, berasal dari Situs Pasar Ikan dan sekarang merupakan koleksi Musium Sejarah Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe-tipe keramik Jepang, terutama tipe-ripe apa yang paling banyak dan sedikit. Untuk mencapai hasil penelitian ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu: 1). Pengumpulan data, yaitu dengan melihat sumber kepustakaan, pengamatan langsung terhadap keramik Jepang di musium dan wawancara terhadap ahli keramik. 2). Pengolahan data, yaitu dengan cara menganalisis bentuk dan hiasan. 3) Penafsiran data, yaitu pembahasan mengenai keterkaitan antara tipe-tipe keramik Jepang dengan data sejarah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keramik Jepang ini terdiri dari sembilan bentuk yaitu piring (722 buah), mangkuk (241 buah), botol (75 buah), guci (23 buah), tutup (21 buah), vas (5 buah), albarello (5 buah) dan terakhir cepuk (3 buah). Piring dan mangkuk terdiri dari dua tipe, sedangkan yang lain satu tipe. Pada piring hiasan yang terbanyak ialah hiasan piring VII, sedangkan pada mangkuk ialah Masan mangkuk I. Tipe piring dan mangkuk tersebut merupakan jenis keramik kasar (Coarse ware) yang dibuat pada tahun 1650 M sampai dengan tahun 1680 M. Dan basil kesimpulan dapat diketahui bahwa keramik Jepang merupakan salah satu komodilas perdagangan yang cukup diperhitungkan oleh VOC, disamping komoditas lainnya, misalnya rempah-rempah. Hal ini didasari oleh beberapa alasan yaitu pertama, VOC mendapat keuntungan dari penjualan keramik, sehingga VOC membuka kantor dagang di Jepang untuk memperoleh keramik. ketika kiln-kiln di Cina tidak memproduksi keramik. Masan kedua yaitu bukti tentang catatan harian perdagangan keramik oleh Volker yang selalu mencatat kapal-kapal atau junk junk yang membawa keramik."
2000
S11833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Kurniawati
"Keramik kraak Cina merupakan salah satu dari sekian banyak keramik Cina di Batavia. Seperti keramik Cina pada umumnya, keramik kraak Cina memiliki beberapa keistimewaan, antara lain keramik ini mempunyai gaya hias berpanil-panil yang pernah populer pada abad 17 sehingga menyebabkan para bangsawan di Eropa memilikinya Serta ditiru oleh negara penghasil keramik. Karena kepopulerannya keramik ini pernah dipesan oleh direktur VOC di Batavia. Batavia pada saat itu (abad 17) merupakan pusat perdagangan. Keramik kraak Cina dalam penelitian ini berjumlah 928 pecahan, berasal dari situs Pasar Ikan dan sekarang merupakan koleksi Museum Sejarah Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe-tipe keramik kraak, terutama tipe-tipe apa saja yang paling banyak dan sedikit. Untuk mencapai hasil penelitian ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu 1) pengumpulan data, yaitu dengan melihat sumber kepustakaan, pengamatan langsung keramik kraak Cina di museum dan wawancara terhadap para ahli keramik 2). Pengolahan data, yaitu dengan cara menganalisis bentuk dan hiasan. Dari hasil analisis bentuk diketahui tipe-tipe keramik kraak Cina, sedangkan dalam analisis hiasan dapat diketahui jenis-jenis hiasan apa saja yang terdapat pada wadah-wadah keramik kraak Cina 3). Penafsiran data, yang dalam tahap ini dibahas mengenai keterkaitan antara tipe-tipe keramik kraak dengan data sejarah. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keramik kraak terdiri dari piring dengan jumlah 832 pecahan, mangkuk 65 pecahan dan botol 31 pecahan. Semua bentuk piring dan mangkuk bila dilihat dari penampang atas tepiannya berbentuk bulat, sedangkan botol berbentuk buah pear. Piring dan mangkuk mempunyai 3 tipe dan botol hanya 1 tipe, Jenis hiasan yang paling banyak ialah --hiasan piring III Tipe ini juga paling banyak dijumpai di lapangan sehingga banyak negara penghasil keramik seperti Jepang, Eropa dan Persia rneniru tipe ini. Jenis hiasan yang paling sedikit ialah terdapat pada hiasan mangkuk I dengan jumlah 15 buah, Nama kraak pada keramik kraak Cina berasal dari kapal Portugis yang oleh orang Belanda disebut dengan carrack, sehingga keramik yang berada dalam carrack tersebut disebut dengan kraak. Nama ini pertama kali muncul ketika tahun 1602 dan 1604 yaitu pada.saat carrack Santa Catharina dan carrack San Jago ditangkap. Dari hasil kesimpulan dapat diketahui bahwa keramik kraak Cina merupakan keramik yang sebenarnya dibawa dalam jumlah besar. Hal ini terungkap dalam data-data sejarah yang mengatakan bahwa banyak kapal-kapal yang mengangkut keramik kraak Cina yang karam di lautan dan dalam koleksi museum serta koleksi pribadi. Keramik kraak Cina banyak dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti hal nya dalam lukisan lukisan Belanda yang menggambarkan keramik kraak Cina untuk alat perlengkapan makan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukrisnovianti
"Temuan keramik Kangxi dari Pasar Ikan dan Marunda berupa pecahan yang belum diketahui bentuk asal dari pecahan tersebut. Untuk itulah penelitian ini akan mencoba mengangkat masalah identifikasi bentuk, dan ragam hias yang ada pada keramik Kangxi. Setelah dilakukan penelitian ternyata bentuk asal dari pecahan keramik tersebut beragam. Mulai dari piring dalam berbagai ukuran, mangkuk yangberaneka jenis, cepuk, vas, teko, botol, sloki dan arca. Jumlah yang terbanyak adalah mangkuk. Ragam hias keramik ini juga bervariasi dari motif flora, fauna, geometris, lambang, tulisan, bangunan, manusia dan pemandangan alam. Jenis-jenis keramik Kangxi tidak semua ditemukan hanya ada jenis famille verte, Blanc de Cine, Batavian ware dan keramik biru putih. Dari banyaknya pecahan yang ada dapat disempulkan bahwa pada abad 17 daerah ini merupakan tempat perdagangan keramik yang cukup ramai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Iriani Syarief
"Penulisan Tesis berjudul "Memperkuat Manajemen Museum: Studi Tentang Upaya Memaksimalkan Fungsi Museum Sri Baduga Jawa Barat" ini bertolak dari memprihatinkannya kondisi permuseuman di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Padahal potensi-potensi yang ada sebenamya akan mampu di eksploitasi apabila dikelola menggunakan manajemen yang baik dan kuat. Paradigma lama tentang museum baik dari pihak pengelola maupun masyarakat semestinya dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal ini tentunya harus dimulai dari pihak pengelola yang memang bertanggungjawab dalam hal mengemban dan melaksanakan fungsi museum sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan rekreasi.
Penelitian ini disusun melalui riset kepustakaan (library research), mempelajari makalah-makalah seminar, hasil-hasil studi yang relevan termasuk beberapa artikel ilmiah dari workshop tentang permuseuman dan pertemuan kepala museum se Indonesia, serta wawancara informal dengan beberapa pihak yang berkompeten di bidang permuseuman. Opini publik tentang museum diperoleh dari surat kabar serta buku pesan dan kesan pengunjung, kritik dan saran mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se Bandung Raya (ITB, UNPAD, LAIN, IKIP, dart lain-lain), data dari beberapa museum lain, serta pengalaman pribadi (personal experiences) untuk tujuan perbandingan.
Dari tahapan di atas diperoleh landasan teori, upaya yang telah dilakukan dan kondisi museum dalam setiap aspek manajemen saat ini, meliputi kondisi internal, yakni: visi,misi, dan tupoksi, administrasi museum (struktur organisasi, sumber pendanaan, SDM, serta sarana dan prasarana), manajemen koleksi (From the field to the showcase), program publik dan pemasaran musem. Juga kondisi Internal museum, yakni: lingkungan kebijakan dan lingkungan fisik, pengunjung dan pesaing museum, serta instansi lain terkait. Kondisi tersebut dianalisis menggunakan salah satu metoda manajemen strategis, yaitu analisis Strength Weaknesses Oportunities Treats (SWOT) . Dari hasil analisis SWOT, beberapa strategi dapat dijadikan solusi kebijakan. Strategi-strategi tersebut kiranya dapat mewujudkan kondisi ideal yang diharapkan dalam memnaksimalkan fungsi-fungsi museum.
Secara makro, kajian tulisan ini akan difokuskan pada pendekatan manajemen strategis .menggunakan analisa perbandingan, analisa kebijakan dengan pembahasan yang bersifat deskriptif kualitatif. Sedangkan secara mikro, metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan menggunakan aspek-aspek manajemen permuseuman.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisa kondisi permuseuman saat ini dengan adanya kemajuan jaman dan kekuatan-kekuatan baru dari pesaing-pesaing museum yang lain. Manajemen yang kuat akan membantu museum untuk dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Efektif dalam arti dapat menghasilkan kemasan produk dan informasi melalui penataan pameran (display) dan kegiatan bimbingan edukasi yang berkualitas sesuai dengan keinginan pengelola dan pengunjungnya. Efisien dalam arti menggunakan sumberdaya secara rasional dan hemat, tanpa pemborosan man penyimpangan. Seeara garis besar, tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk meninjau strategi permuseuman yang ada, mengamati lingkungan internal dan eksternal, meruinuskan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam menghadapi dunia kompetisi yang semakin berat dan kompleks agar museum dapat tetap bertahan (eksis) pada posisinya, atau bahkan dapat melakukan perlawanan dalam persaingan tersebut, mengenalkan suatu konsep dan metode manajemen bagi level pengambil/pembuat keputusan (decision maker) dalam membuat suatu keputusanl kebijakan tentang permuseuman. Kemudian memberikan saran-saran pada museum pihak manajemen museum bagi penyempurnaan serta peningkatan fungsi dan pelayanan pengunjung, daya saing, serta langkah antisipasi ke depan dan memberikan beberapa usulan strategi bagaimana merencanakan pengembangan museum agar lebih prospektif dan pemanfaatannya lebih maksimal dari kondisi yang ada sekarang.
Dalam tulisan ini diberikan usulan solusi atas masalah manajemen dan direkomendasikan suatu metode pengambilan kebijakan bagi tingkat pembuat keputusan museum bersangkutan. Terutama dalam masalah Sumber Daya Manusia (SDM), karena sangat penting bagi pengembangan institusi. Bukan berarti unsur lain dalam manajemen (Money, method, material, machine, dan market) tidak perlu, namun karena kemampuan manusialah, maka unsur-unsur lain tersebut dapat berdaya guna. SDM dimaksud adalah masalah kemampuan (competency) yang meliputi: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) atau IQ, EQ, dan SQ. Kemudian masalah kaderisasi, penempatan yang tidak "right man on the right place", pendelegasian wewenang, pengembangan, dan lain sebagainya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T13372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ossi Trimayasari
"Trimayasari. Analisa Keramik Temuan Dari Marunda, DKI Jakarta: Kaleksi Museum Sejarah Jakarta (di bawah bimbingan Ronny Siswandi, SS. MA.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Analisa keramik dari Marunda meliputi analisa terhadap bentuk, hiasan dan teknologi. Dari analisa tersebut dapat diperoleh pertanggalan dan tempat asal pembuatan keramik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keberadaan keramik dari Marunda. Dengan demikian digunakan perbandingan dengan pasar lkan. Dipilihnya Pasar Ikan karena kedekatan wilayah dan merupakan bandar keramik. Analisa temuan keramik dari Marunda yang telah dilakukan menghasilkan pertanggalan dan tempat asal pembuatan yaitu Cina dari masa Ming akhir - Ching akhir abad ke-17 M - 20 M, kemudian Jepang berasal dari abad ke-17 M - 20 M, dan Eropa dari abad ke-19 M - 20 M. Berdasarkan temuan keramik dan didukung beberapa peninggalan sejarah yang masih ada, serta ditunjang oleh data sejarah diperoleh dugaan bahwa Marunda mulai berkembang sejak abad ke-17 M dan meningkat pada abad ke-19 hingga saat ini. Penelitian keramik. Pasar Ikan yang diperoleh dari Laporan HasiI Ekskavasi (1980) menunjukan pertanggalan dan tempat asal pembuatan yaitu Cina dari masa Ming - Ching akhir abad ke-15 M - 20 M. Jepang abad ke-17 M - 18 M, Eropa abad ke-17 M - 19 M. Persia abad ke-17 M - 19 M, Siam abad ke-14 M - 19 M, dan Vietnam abad ke-15 M - 16 M. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah, Pasar Ikan telah menjadi bandar utama perdagangan keramik sejak abad ke-17 M dan abad ke-18 M. Sedangkan fase pemukiman yang paling ramai ialah dari abad ke-17 M hingga 19 M. Perbandingan antara keramik dari Marunda dan Pasar Ikan meliputi bentuk, pertanggalan dan tempat asal pembuatan, serta mutu keramik. Berdasarkan hasil analisa keramik dari. Marunda dan Pasar Ikan, diantara keduanya dilakukan perbandingan. Hasil yang diperoleh yaitu: 1.Variabilitas bentuk lebih tinggi di Pasar Ikan daripada di Marunda, hal ini mengingat Pasar Ikan merupakan bandar keramik.. 2.Variabilitas tempat asal pembuatan, lebih tinggi di Pasar Ikan dibanding di Marunda. Hal ini diduna Marunda memiliki selera tertentu. 3.Variabilitas kronologi menunjuk.an Pasar Ikan lebih dulu berkembang daripada Marunda. 4. Populasi keramik terbanyak antara Marunda dan Pasar Ikan berasal dari abad ke-18 M - 19 M sedangkan puncak, perdagangan keramik abad ke-17 M - 18 M. Dugaan yang dapat diajukan, perdagangan keramik lokal justru semakin ramai/ bebas setelah pengaruh monopoli VOC semakin berkurang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sulistyowati
2009
T26100
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Dwi Prasdi
"ABSTRAK
Penelitian mengenai hiasan badan dilakukan berdasarkan pada arca batu masa Singasari dan Majapahit koleksi Museum Nasiona1 Jakarta (MNJ). Terdapat banyak variasi bentuk hiasan badan yang dikenakan oleh arca batu dari dua masa yang berbe_da tersebut, sehingga hal itulah yang kemudian dijadikan satuan pokok pengamatan.
Dari hasil pengamatan terhadap variasi bentuk hiasan badan mulai dari kepala hingga ke kaki pada arca kedua masa tersebut diketahui bahwa masing-masing hiasan badan mempunyai beberapa variasi bentuk dan jumlah pemakaian. Hal ini dapat diketahui berkat metode klasifikasi taksonomi yang digunakan dalam penelitian ini dan bertujuan membentuk tipe, serta dibantu dengan memakai data kepustakaan berisi
tentang hiasan badan. Selain itu pula metode penghitungan frekuensi pemuncu_lan terbanyak (prosentase) juga digunakan untuk melihat kecenderungan bentuk dari hiasan badan yang diamati.
Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dari bentuk hiasan badan yang dikenakan oleh arca sesuai dengan pembagian masanya, yaitu Singasari dan Majapahit. Pada masa Singasari terdapat ke_cenderungan bentuk hiasan badan yang sederhana dengan motif dasar untaian dan sulur daun. Sedangkan pada masa Majapahit bentuknya lebih variatif dengan ditambah adanya girlande untaian manik dan pada beberapa bentuk hiasan badan yang membentuk seperti motif hias sinar majapahit.
Lebih jauh lagi perbedaan tersebut terutama pada hiasan badan bagian mahkota, jamang, sumping, subang, upawita, ikat dada, kelat bahu, gelang tangan, ikat pinggang, kain dan cincin kaki. Sedangkan persamaan hanya terlihat pada bentuk: hiasan badan berupa kalung, cincin tangan, uncal, sampur dan gelang kaki. Hal ini juga dapat turut memperkuat adanya teori tentang pembagian gaya seni pada arca batu tersebut, yang secara garis besar terbagi menurut masa kerajaannya (masa kekuasaan pllitik), yaitu masa Singasari dan masa Majapahit.

"
1995
S12070
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Hartati
"Gelang adalah benda yang berbentuk lingkaran, berukuran dari yang kecil hingga besar, dibuat dari bermacam-macam bahan, biasanya dipakai oleh manusia di pergelangan tangan, lengan, dan pergelangan kaki, dan yang berfungsi sebagai perhiasan, penolak bala, atau seringkali menjadi bekal kubur setelah si pemakai mati. Bentuk lingkaran gelang tersebut bermacam-macam, seperti yang didapati pada koleksi Museum Nasional Jakarta, ada yang berupa lingkaran ganda ada Pula yang berupa lingkaran tunggal. Gelang yang bentuknya lingkaran tunggal juga mempunyai bentuk yang berbeda-beda, selain itu juga memiliki penampang lingkar dan motif hias yang beragam. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mengetahui bentuk dasar dan bentuk penampang gelang perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta dan hubungan di antara keduanya, (2) mengetahui motif hias dan teknik hias yang diterapkan pada gelang-gelang perunggu tersebut dan hubungan di antara keduanya, (3) mengetahui hubungan antara bentuk dasar dengan motif hias dan teknik hias, dan (4) mengetahui persebaran tipe-tipe gelang perunggu tersebut di Jawa Tengah. Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah: (a) pengumpulan data (gelang perunggu dan studi kepustakaan, (b) pengolahan data, dan (c) penafsiran data. Pada tingkat pengolahan data dilakukan kiasifikasi. Klasifikasi ini dilakukan secara bertahap, yaitu (1) analisis satu atribut (tahap I), (2) analisis dua atribut silang (tahap II), dan (3) analisis keseluruhan atribut (tahap III). Pada tingkat penafsiran data, hasil pengolahan data dihubungkan dengan jumlah frekuensi (kuantitatif), sehingga dapat diketahui bentuk-bentuk gelang perunggu yang umum ditemukan dan persebarannya di Jawa Tengah. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa gelang-gelang perunggu tersebut terdiri dari: (a) empat bentuk dasar, (b) sepuluh bentuk penampang, (c) sepuluh motif hias, dan (d) tujuh teknik hias. Kesimpulan-kesimpulan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) gelang dengan Tipe III (Bentuk Tumpang Ujung) dan Tipe II (Bentuk Pisah Ujung) lebih digemari dari pada gelang Tipe I (Bentuk Temu Ujung) dan Tipe IV (Bentuk Kumparan), yang mungkin disebabkan oleh faktor teknis bahwa gelang-gelang dengan Tipe III dan Tipe II itu memiliki daya fleksibilitas yang besar untuk dipakai dalam jangka waktu yang lama dengan cara membesarkan atau mengecilkannya sesuai dengan bertambahnya dan berkurangnya lengan pemakai, (2) gelang Tipe I biasanya berkaitan dengan Penampang Bulat, gelang Tipe II berkaitan dengan Penampang Persegi Empat, dan gelang Tipe III juga selalu berkaitan dengan bentuk penampang yang berkisar bulat, yaitu Penampang Bulat, Penampang Setengah Lingkaran dan Penampang Lonjong, (3) gelang perunggu yang umum ditemukan di Jawa Tengah adalah gelang dengan Tipe III ( di 21 daerah dari 24 daerah di Jawa Tengah), dan kebanyakan di satu daerah hanya membuat satu macam tipe, (4) dari motif-motif hias yang ada kebanyakan dibuat dengan teknik cetak dan teknik lilit. Motif-motif hias yang terdapat pada gelang perunggu tersebut ternyata makin ke timur makin beragam motif hias yang diterapkannya."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>