Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tasrief Adrianto
"Nisan-nisan kubur Samudera Pasai yang tersebar pada 12 komplek makam memiliki keunikan dalam hal bentuk ragam hias dan bahan. Jumlah makam dengan nisan yang teridentifikasi sebanyak 197 makam. Menurut moquette nisan-nisan tersebut ada beberapa yang diduganya berasal dari Cambay. Menurut Ambary, selain menyerap anasir asing, nisan-nisan yang termasuk kategari Batu Aceh memperlihatkan penonjolan anasir/gaya lokal. Tujuan Penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bentuk-bentuk dan ragam hias nisan SP, (2) untuk mengetahui indicator/variable/ciri-ciri khusus yang dapat dijadikan pembeda antara nisan yang disebut dengan istilah Batu Aceh yang beranasir kebudayaan lokal dan yang bukan Batu Aceh yang beranasir kebudayaan asing, (3) Menjelaskan ada tidaknya korelasi antara bentuk, bahan dan ragam hias pada nisan. Langkah-langkah kerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah a. Pengumpulan Data, yakni memilih nisan-nisan yang akan dijadikan data, berupa nisan-nisan yang layak keadaannya untuk diteliti, nisan yang dapat diidentifikasi akan menunjukkan karakteristiknya, misalnya dapat diketahui bentuk dasar nisan tersebut. b, Pengolahan Data, yaitu melakukan klasifikasi atas dasar perbedaan dan kesamaan yang dapat diamati pada atribut, atribut yang dipilih untuk penelitian ini, dan menjadi indikator untuk pembentukan tipe terbagi tiga yaitu : (1) atribut bentuk yang meliputi a. bentuk dasar, b. bentuk badan, c. bentuk pundak 1 bahu, d. bentuk kepala, dan (2) atribut gaya yakni ragam hias serta (3) atribut teknologi yaitu bahan. Pembentukan tipe dilakukan dengan cara memperlihatkan hubungan-hubungan yang terdapat pada setiap atribut. Kemudian dilakukan integrasi terhadap atribut yang mempunyai keragaman yang lebih sedikit atau merupakan kategori umum, diakhiri dengan integrasi terhadap atribut yang mempunyai keragaman lebih banyak atau merupakan kategori yang lebih khusus. Kemudian dilakukan identifikasi jenis ragam hias yang ada pada batu-batu nisan, dan dikelompokkan ke dalam masing-masing golongan nisan yang beranasir kebudayaan lokal dan yang memiliki anasir bukan lokal. Tahap selanjutnya adalah melakukan korelasi untuk mengetahui keeratan hubungan yang terjadi antara atribut-atribut tertentu, melalui nilai frekuensi (jumlah) korelasi pada seluruh sampel penelitian. Jumlah atau nilai frekuensi korelasi pada seluruh sampel penelitian menunjukkan kekuatan hubungan variabel-variabel tersebut, dengan cara menggunakan tabel silang, dalam tabel silang ini disusun jenis variable/atribut utama pada lajur baris dan jenis atribut lainnya pada lajur kolom. Hasil Penelitian ini menghasilkan penggolongan 197 nisan Samudera Pasai ke dalam 45 tipe/jenis nisan. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ditemukannya 6 jenis motif hias, yakni : 1. Motif bingkai yang terdiri dari : motif vas, motif lengkung kurawal, motif lengkung mihrab dan motif panil, 2. Motif motif floralistik berupa motif sulur dawn, motif lotus, 3. Motif arabesque bentuk flora, 4, Motif arabesque bentuk geometris (interlace), 5. Motif lampu 6.Motif inskripsi. Dari segi bentuk, nisan-nisan dengan bahan batu pualam memiliki bentuk-bentuk yang khas yang tidak ditemui pada nisan dengan bahan dasar batu bukan pualam. Hasil akhir dari penelitian ini memperlihatkan bahwa nisan-nisan jenis pualam (Al) dan bukan pualam (A2) memiliki jenis-jenis ragam hias yang khas seperti motif interlace, motif lampu, ayat-ayat yang dipahatkan dengan gaya huruf kufiq yang hanya dijumpai pada nisan-nisan pualam. Sedangkan pada nisan-nisan yang terbuat dari bahan batu bukan pualam (A2) ditemukan motif-motif bingkai berbentuk lengkung kurawal yang terdapat pada bagian badan, motif-motif flora berupa motif lotus yang umumnya terdapat antara bagian badan dan kaki, sulur daun serta motif-motif arabesque. Nisan-nisan dengan bahan dasar jenis Al memiliki jumlah pahatan inskripsi yang raya pada seluruh bagian nisan dengan pola penulisan yang khas selain inskripsi yang ditulis mendatar (horisontal), juga ada inskripsi yang ditulis secara vertikal yang penulisannya dimulai dari sisi kanan bawah menuju kebagian atas dan kemudian ke sisi kiri nisan, Sedangkan nisan-nisan dengan bahan dasar jenis bukan pualam (A2) mempunyai jumlah susunan inskripsi yang lebih sedikit yaitu sekitar 3 sampai 4 baris, dengan pola penulisan yang mendatar (horisontal)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah
"Komplek Makam Kawah Tengkurap yang dibangun tahun 1728 merupakan salah satu bukti arkeologi panting dari masa Kesultanan Palembang. Di dalamnya terdapat empat cungkup makam sultan dan keluarga dengan bentuk dan ragam hias cukup variatif yang belum diteliti secara khusus. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, dan rnenggambarkan bentuk dan ragam hias pada nisan-nisan di keempat cungkup, serta mengetahui ada tidaknya kaitan bentuk dan ragam hias dengan status sosial tertentu. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap. Pertama, pengumpulan data yang meliputi pengumpulan data pustaka, seleksi data, dan perekaman data lapangan. Kedua, analisis data, meliputi klasifikasi data secara bertahap dengan mengacu pada atribut bentuk (bentuk dasar, badan, kepala, kaki, dan bahu nisan) dan atribut gaya (motif hias pads badan, kepala, dan kaki nisan) dan korelasi atribut. Hasil korelasi kemudian diintegrasikan hingga terbentuk tipe, sub tipe, dan varian nisan berdasar bentuk dan motif hiasnya. Dari kelompok yang terbentuk kemudian dapat dianalisa hubungan yang terjadi antara bentuk dan motif hias.Tahap ketiga adalah penafsiran data dimana dibuat penafsiran terhadap hubungan yang terjadi antar fenomena dan membandingkannya dengan fenomena lain di luar penelitian. Dalam hal ini data primer yang telah diolah dihubungkan dengan data sekunder lain berkaitan dengan sejarah dan budaya Palembang. Juga dilakukan perbandingan dengan data penunjang lain berupa nisan-nisan di komplek makam kuno lainnya yang ada di Palembang atau peninggalan kepurbakalaan lain yang berkaitan dengan obyek penelitian dan dapat membantu dalam penafsiran data.Hasilnya, ke-160 nisan yang diteliti dapat digolongkan ke dalam 3 tipe : Demak, Aceh, dan sederhana. Nisan tipe Demak berjumlah 119 nisan atau 74, 375% dari keseluruhan nisan yang diteliti. Pada tipe ini tampak bahwa makin komplek bentuk nisan, makin komplek juga ragam hiasnya. Umumnya tipe Demak digunakan pada nisan sultan din keluarganya. Walau kadang digunakan jugs pada makam yang bukan berasal dari golongan priyayi, namun bentuk dan motif hiasnya secara kualitas dan kuantitas tidak sebaik dan seraya nisan sultan dan keluarganya. Selain itu tampak bahwa keluarga sultan menggunakan motif tertentu dengan makna khusus yang langsung atau tak langsung mencerminkan ketinggian status sosial mereka. Nisan tipe Aceh hanya ditemukan 2 buah atau 1,25% dari keseluruhan. Dan penelitian dan peninjauan yang dilakukan pada komplek makam Islam kuno lainnya di Palembang tampak bahwa nisan tipe ini umumnya dipakai oleh orang-orang keturunan Arab."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Rifqi Farid Ma`ruf
"Penelitian ini berdasarkan anggapan bahwa artefak merupakan refleksi dari ide atau gagasan manusia dalambentuk materi dan juga merupakan refleksi dari tingkah laku yang berpola yang diterima atau disepakati oleh asyarakat. Hasil penelitian diperoleh benyuk-bentuk nisan seperti bentuk segi lima dan segi empat dengan berbagai variasi. Bentuk-bentuk nisan ini tidak lepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam nisan, seperti puncak nisan, sayap nisan dan ragam nisan. Nisan Kubur di Komplek Makam Pengeran Pojok ini mempunyai persamaan bentuk dengan tipe Demak dan Tipe Troloyo pada pada hasil penelitiaan Hasan Muarif Ambary."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yani Yuniawati Umar
"Kubur batu waruga yang diteliti terdapat di wilayah Kecamatan Tomohon (Kabupaten Minahasa) clan Kecamatan Wenang (Kodia Manado), Provinsi Sulawesi Utara. Pendukung dari kubur batu waruga di wilayah ini adalah Sub Etnis Tou'mbulu yang merupakan salah sate sub etnis yang ada di Etnis Minahasa. Kubur batu waruga merupakan salah sate unsur peninggalan megalitik yang berupa kubur peti batu. Dilihat dari konstruksinya waruga mempunyai wadah yang berbentuk empat persegi panjang serta tutup yang berbentuk prisma (menyerupai atap rumah), yang hanya terdapat di wilayah Sulawesi Utara khususnya di daerah kawasan Minahasa dan Manado. Pembahasan waruga di Sub Etnis Tou'mbulu ini difokuskan pada bagian tutupnya saja, terutama pada bagian muka dari tutup waruga. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mendapatkan data sedini mungkin sebelum data-data tersebut hilang dan musnah, dengan cara demikian maka botch dikata semua waruga masih sempat didokumentasikan sebelum Benda-benda tersebut lenyap sebagai dokumen sejarah, serta mendukung atau melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya agar lebih akurat terutama dalam pendeskripsian, sehingga dapat diolah dan digolongkan secara kornprehensip, cermat dan akurat, 2) mengadakan pendeskripsian terhadap seluruh jenis peninggalan megalitik khususnya waruga di sub-ctnis Tou'mbulu, Minahasa, sehingga diketahui keragaman maupun kekhasannya, 3) mengetahui poly persebaran waruga ditinjau dari bentuk, hiasan dan Iingkungan tisiknya. Diharapkan dari pokok bahasan mengenai waruga ini, kiranya dapat digunakan sebagai salah satu pangkal tolak dalam menyusun gambaran tentang kehidupan masa lalu, sebagai Benda kebudayaan yang memperlihatkan ciri-ciri yang dapat memberikan petunjuk tentang beberapa kondisi sosial, kulturil dan kronologinya (relatif) dari para pendukung waruga tersebut. Dari has""iI penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa di Sub Etnis Tou'mbulu terdapat 39 bentuk tutup waruga bagian muka. Secara keseluruhan jenis tipe yang terbanyak adalah tipe 11I yang berbentuk trapesium (TPS), yang memiliki 17 variasi. Apabila kenyataan ini dihubungkan dengan uraian dari Deetz dan juga Sharer dan Ashmore tentang norma, maka dapat dianggap bahwa jenis tipe 111 yang berbentuk trapesium ini adalah jenis yang normatif untuk Sub Etnis Tou'mbulu. Norma yang diwakilinya adalah norma pembuatan bentuk tutup pada masyarakat di Sub Etnis Tou'mbulu., mengingat bahwa sampel tutup waruga bagian muka diambil dari seluruh situs di wilayah Sub Etnis Tou'mbulu yang tutupnya masih bisa diamati. Ada kemungkinan pula bahwa bentuk trapesium merupakan ciri atau bentuk tertua serta digemari dibanding dengan bentuk-bentuk lainnya, karena persebarannya terlihat hampir merata di daerah penelitian (lihat tabel 32-35 dan peta no. 8). Selain itu jika dilihat, bentuk trapesium menyerupai bentuk rumah adat di sub etnis ini (lihat gambar 1). Berdasarkan basil dari seriasi frekuensi yang telah dilakukan maka tampak bahwa tutup waruga yang paling digemari adalah tutup waruga dari bentuk 22 (TPS-B-b), yang kemungkinan muncul pertama kali di Situs Lansot (LS), kemudian berkembang kearah situs Kolongan B, Kakaskasen A, Woloan A, clan populer di Situs Kayuwu, kemudian tutup waruga ini mulali memudar berawal dari Situs Tara-tara menuju Kolongan A, dan berakhir di Winawanua. Dari seriasi frekuensi ini juga terlihat bahwa ada kemungkinan Situs Lansot merupakan salah satu pusat tempat munculnya bentuk-bentuk waruga, sedangkan situs Woloan merupakan pusat berkembangnya waruga. Pada sub etnis ini terlihat pula adanya konsep atau norma, bahwa didalam pembuatan kubur yang dinamakan waruga itu adalah harus terdiri dari wadah dan tutup. Bentuk wadah secara sepintas tampak sebagian atau seluruhnya tertanam, sedang tutupnya menonjol di atas...""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Tahapan Deddy Zulfian
"Wadah kubur adalah salah satu media yang penting dalam upacara kematian. Pada kelompok masyarakat yang masih memperlihatkan tradisi megalitik, wadah kubur memiliki peran sebagai media perantara antara dunia orang mati dan dunia mereka. Adanya media perantara seperti wadah kubur bersumber pada gagasan bahwa antara dunia orang mati, dalam hal ini khususnya para nenek moyang. dengan dunia mereka atau diri mereka sendiri terdapat hubungan yang saling timbal balik. Masvarakat itu membutuhkan nenek movang untuk menjaga hidup mereka dari bencana atau bahaya yang lain, sementara para nenek moyang tidak mampu lagi untuk hidup mandiri di dunianva. Mereka membutuhhan para keturunannya yang masih hidup untuk turut memelihara hidup mereka melalui sesaji atau persembahan yang lain. Salah satu kelompok masyarakat yang masih mempertahankan tradisi megalitik tersebut adalah masyarakat Batak Toba di Pulau Samosir. Tradisi itu dapat diamati pada berbagai macam upacara dan secara khusus pada wadah-wadah kubur yang tersebar di pulau itu. Hal yang menarik adalah bahwa Pulau Samosir adalah unit geografis yang khusus dari seluas 50.000 km2 tanah Batak dan wadah-wadah kubur yang terdapat di Pulau itu memperlihatkan bentuk dan hiasan yang beragam. Bentuk dan ragam hias yang terdapat pada wadah-wadah kubur tradisi megalitik di Pulau Samosir adalah data utama dalam penelitian ini karena bentuk dan ragam hias adalah komponen yang penting dalam mengamati sebuah wadah kubur tradisi megalitik dari Pulau Samosir secara utuh, selain karena bentuk dan ragam bias itu memiliki ciri dan variasi yang beragam."
2000
S12019
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Oka Hendrata
"Penelitian dilakukan terhadap ragam hias Medalion pada kompleks makam Aermata Ibu, Arosbaya, Bangkalan. Madura. Penelitian ini mengenai nisan-nisan yang mempunyai ragam hias Medalion pada kompleks Makam Aermata Ibu. Beragamnya variasi Medalion yang ada pada komplek makam ini dan kaitan antara Medalion sebagai lambang dari keluarga Tjakraningrat merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Selain itu juga apakah terjadi perkembangan bentuk ragarn hias Medalion dan adakah pola-pola penempatan Medalion terhadap makam-makam yang ada menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, pengolahan data, penafsiran data. Pengumpulan data dilakukan dengan penelusuran sumber tertulis dan pencatatan data lapangan yang meliputi: pengamatan, pencatatan, pengukuran, penggambaran dan pemotretan kondisi situs secara umum. Data yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 121 Medalion dari 99 makam yang menggunakan ragam hias Medalion. Pengolah data dengan menggunakan metode klasifikasi dan analisis khusus (analisis stilistik). Analisis stilistik adalah analisis yang dilakukan secara mendalam terhadap suatu ragam hias, baik berupa ragarn hias arsitektural maupun dekoratif, dalam hal ini ragam hias Medalion. penafsiran data berupa kesimpulan yang dibuat berdasarkan hasil analisis. Hasil dari penelitian adalah: Adanya tiga tipe Medalion pada kompleks makam tersebut, yaitu tipe pertama sebanyak 82 Medalion (67,52%), tipe 2 sebanyak 31 Medalion (25,6%) dan tipe 3 sebanyak 7 Medalion (5,8%). Terjadi perkembangan ragam hias dari bentuk tipe I menuju bentuk tipe 3. Penelitian ini juga menunjukan adanya pola keletakan Medalion pada makam yang berada di dalam cungkup terhadap ghunongan. dan adanya kesinambungan ragam hias yang ada pada masa pra- Islam ke masa Islam, dalam hal ini ragam hias Medalion."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwanti
"Lasem merupakan salah satu kawasan pecinan di Indonesia yang menyimpan banyak peninggalan sejarah dan budaya masyarakat etnik Cina. Salah satu peninggalan itu berupa makam Cina. Penelitian ini membahas mengenai makam Kapitan Cina di Lasem yang bernama Kapitan Liem Khik Sing dari segi inskripsi nisan dan ragam hiasnya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa makna dan informasi yang bisa diperoleh dari inskripsi dan ragam hias makam Kapitan Liem Khik Sing. Adapun manfaat yang diharapkan hari penelitian ini adalah menambahkan penemuan mengenai epigraf Tionghoa Lasem yang sebelumnya pernah ditulis oleh Claudine Salmon sekitar tahun 1970. Metode yang digunakan adalah observasi lapangan dan kajian kepustakaan. Sementara teori yang digunakan adalah teori semiotik dari Charles Sander Peirce.
Hasil penelitian disajikan secara deskriptif-kualitatif. Inkripsi nisan makam ini menunjukkan kaitannya dengan jabatan sang Kapitan yang terlihat dari penggunaan karakter Han 'Hanzi' begitu juga dengan ragam hias yang melambangkan hal baik dan kehormatan.

ABSTRACT
Lasem is a sub district area in Central Java. It has Chinatown area where we can find many Chinese artefacts there. One of them is Kapitan Liem Khik Sing's tomb. It is located in Desa Tulis, Lasem, and the Kapitan's tomb is inside the Liem family's cemetery complex.
This field research is about Kapitan Liem Khik Sing's tomb inscription and figures. The aim of this research is to make an interpretation about the Han characters written in the inscription and to make an interpretation about the tomb's figures by using Peirce's semiotics theory. The inscription of the tomb will be syntactically analyzed. The result of the research will be presented descriptive qualitatively.
It will tell us the meaning of the Han characters written in the inscription, and information about it and also the meaning of several tomb figures on the Kapitan's tomb. I hope this result can give contribution to Indonesia epigraphical artefacts and culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Amril
"Nisan merupakan salah satu bagian dari makam dengan fungsi sebagai penanda bahwa di tempat tersebut dimakamkan seseorang yang telah meninggal dunia. Dalam penelitian ini dibahas mengenai ragam hias yang terdapat pada nisan khususnya nisan Sultan di Banten Lama. Hasan Muarif Ambary berpendapat bahwa seni rancang bangun dan seni hias adalah produk seni yang bersifat elitis yang diterapkan pada makam raja (necropole), terbatas (bukan kemasan atau kist), karena seni tersebut dimaksudkan juga untuk mengingatkan harkat, martabat, kesaktian, dan magi serta kharisma raja (Ambary, 1995; 103). Berdasarkan pendapat tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah keistimewaan seorang raja yang nampak pada atribut keseharian, antara lain pakaian, penghormatan, makanan, dan lain-lain, diterapkan pula setelah raja atau sultan meninggal dunia, dalam hal ini pada ragam hias di batu nisannya. Sebelumnya sudah dilakukan penelitian terhadap nisan-nisan di Banten Lama, antara lain yang dilakukan oleh Halina Budi Santoso Azis (1976) dan Eullis Khumaeroh (1999).
Penelitian yang dilakukan oleh Halina menghasil kan tipologi nisan-nisan di Banten, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eullis mengaitkan antara ragam hias pada nisan di Banten dengan sufisme. Metode yang digunakan pada penelitian ini sebagaimana umumnya digunakan dalam penelitian arkeologi yaitu pengumpulan, pengolahan, dan penafsiran data. Tahap pengumpulan data dilakukan terhadap data kepustakaan dan data lapangan, sebagai data lapangan adalah nisan sultan Banten, dan sebagai data pembanding digunakan nisan kerabat, pejabat kesultanan, serta tokoh agama.
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan ragam hias pada nisan sultan dengan ragam hias yang terdapat pada nisan pembanding. Setelah itu dilakukan analisis berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab, yaitu adakah ragam hias yang hanya digunakan oleh sultan sebagai bentuk keistimewaan baginya. Setelah tahapan-tahapan tersebut dilalui, maka diperoleh kesimpulan bahwa ragam hias yang terdapat pada nisan sultan Banten antara lain motif perbingkaian yang terdiri dari beberapa panil, motif arabesk floralistik yang tersusun dari sulur daun dan, motif arabesk berbentuk geometris berupa pola interlace, inskripsi, medallion dengan roset di dalamnya, daun waru. Sedangkan pada nisan pembanding ditemukan ragam hias antara lain: Berdasarkan perbandingan yang dilakukan dapat diketahui bahwa ragam hias sultan maupun keluarga, pejabat kesultanan, dan tokoh agama tidak terdapat perbedaan, dari bentuk maupun keletakan terdapat kesamaan, sehingga berdasarkan penelitian ini tidak ditemukan ragam hias yang hanya digunakan oleh sultan sebagai bentuk keistimewaan baginya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Glass bracelets from Samudera Pasai is made using simple technology with low temperature combustion level. It,s possible that glass bracelets are the goods in a mass production to be accessible by the public. during that period , glassmaking technique with better quality has been known much earlier in other parts of Nusantara. Glass bracelets are also known by the name of chettiar."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gayatri Rejeki
"Penelitian ini dilakukan terhadap 36 nisan di situs makam Jambansari, Ciamis, Jawa Barat. Situs makam Jambansari secara administratif termasuk lingkungan Rancapetir, Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis. Sedangkan secara geografis berada pada ketinggian 233 m di bawah permukaan laut dan pada koordinat 07_1.9'48,7 LS & 108_20'54,2 BT. Penelitian nisan di situs makam Jambansari, Ciamis, Jawa Barat dilakukan dengan cara mengidentifikasi ciri-ciri bentuk serta ragam bias nisan yang bertujuan untuk pembentukan tipe pada nisan-nisan di situs makam Jambansari, menetukan pola keletakan ragam hias antara sisi recto-verso pada bagian kaki dan kepala si mati, pola penulisan inskripsi, serta mengetahui adanya persamaan antara nisan-nisan di situs makam Jambansari dengan tipe nisan yang dikemukakan oleh Hasan Muarif Ambary. Penelitian lebih lanjut dilakukan dengan cara membaca isi inskripsi pada nisan yang bertujuan untuk menentukan pola keletakan makam berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian ini diketahui adanya 15 tipe nisan di situs makam Jambansari (table 16). Tipe yang paling dominan adalah Tipe A2B1C2. Dal.Dbl. Db3.Db7.Db9.Dc2 (Gambar 68). Nisan di situs makam Jambansari memiliki pola keletakan ragam hias, seperti penempatan ragam hias inskripsi yang umumnya pada sisi verso (Gambar 88). Ragam hias inskripsi pada umumnya ditemukan pada bagian tengah badan nisan yang dibatasi oleh bingkai inskripsi berbentuk geometris atau hati. Selain itu nisan di situs makam Jambansari juga memiliki keteraturan dalam penulisan inskripsi, urutan tersebut: I. bagian pembuka, II. Gelar kebangsawanan, III. Nama, IV. Jabatan, dan V. pertanggalan kematian/kelahiran. Penentuan jenis kelamin tokoh yang dimakamkan diketahui dengan cara pembacaan inskripsi pada nisan. Objek yang diteliti untuk menentukan pola keletakan makam berjumlah 9 makam. Dari penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa makam laki-laki berada di sebelah barat sedangkan makam perempuan berada di sebelah timur (Denah I). Secara keseluruhan, penelitian ini memperlihatkan bahwa nisan tipe Troloyo yang dikemukakan oleh Hasan Muarif Ambary, memiliki wilayah penyebaran di sekitar pesisir Utara Jawa, daerah pedalaman Jawa Tengah, Palembang, Banjarmasin, dan Lombok, pada kenyataannya dapat ditemukan di pedalaman Jawa Barat"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>