Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2628 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Eko Susetio
"Penelitian terhadap novel Trajumas diawali dengan timbulnya sebuah asumsi atau dugaan bahwa dalam novel Trajumas-sebagai wujud karya sastra Jawa Modern yang ber-genre novel-seperti halnya karya sastra Jawa yang lain tentulah di dalamnya terdapat ajaran pendidikan.moral (moral didaktik). Ajaran moral didaktik dalam sebuah noel sebagaimana lazimnya sebuah karya sastra, tentulah disampaikan secara simbolis. Dalam novel Trajumas, penyampaian ajaran moral didaktik tersebut tentunya disampaikan secara simbolis. Penulis menduga bahwa simbolisasi tersebut terletak pada judul serta aspek teknik penceritaan. Sehingga kemudian penulis menemukan bahwa teknik penceritaan novel ini unik karena disampaikan melalui gaya otobiografis. Karena antara ide, gagasan dengan aspek teknik penceritaan memiliki kaitan Berat, dengan demikian upaya untuk mengungkap ide, gagasan berupa citraan moral didaktik apa yang terkandung di dalam sebuah karya tidak dapat dilepaskan pada analisis terhadap teknik penceritaan. Dengan demikian maksud dan tujuan penulisan skripsi adalah untuk menemukan citraan moral didaktik yang terkandung dalam novel Trajumas melalui tinjauan semiotik-- sebuah tinjauan yang menitikberatkan pada kaidah hadirnya tiga tanda (ikon; indeks; simbol)--terhadap teks. Tinjauan semiotik dipilih karena hanya semiotiklah satu-satunya ilmu yang berbicara masalah tanda, dan tinjauan semiotiklah yang paling tepat untuk mengungkap makna dibalik simbolisasi (tanda) judul dan aspek teknik penceritaan dalam novel Trajumas. Sehingga dengan melalui tinjauan semiotik semacam ini, kemudian diperoleh hasil bahwa citraan moral didaktik yang terkandung dalam novel Trajumas adalah citraan moral didaktik kemanusiaan. Artinya suatu citraan moral yang mengajarkan tentang sikap-sikap yang dicontohkan oleh aku liris (ibu) di dalam novel kepada anaknya, yang diupayakan untuk menjaga harmonisasi atau kerukunan di dalam tatanan kehidupan masyarakat di mana anaknya tinggal. Melalui tinjauan semiotik terhadap novel Trajurnas terungkap makna dari simbolisasi judul Trajumas serta teknik penceritaan yang digunakan pengarang yang memiliki sudut pandang pencerita aku liris, serta gaya otobiografis sebagai keunikan dan kekuatan novel Trajumas--yaitu secara keseluruhan novel Trajumas merupakan sarana penyampaian ajaran moral dari pengarang kepada pembacanya. Fenomena semacam ini mengisyaratkan bahwa novel Trajumas merupakan bentuk seni-nasihat yang ditanggapi secara positif aleh pembaca (tahun 1950-an), dengan sikap baca mereka yang membaca novel berbahasa Jawa sebagai pemburu nasihat atau menghadapinya sebagai suatu nasihat yang menghibur. Analisis terhadap novel Trajumas membuktikan bahwa novel ini merupakan suatu sarana pendidikan moral seorang ibu kepada anaknya yang khas Jawa. Sekaligus tampil sebagai suatu bukti, bahwa tidak hanya karya sastra Jawa Tradisional saja yang mampu mengungkapkan nilai-nilai moral didaktik. Sehingga dengan bukti tersebut, karya sastra Jawa modern pun ikut andil dalam menyampaikan nilai-nilai moral didaktik kepada masyarakat Jawa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa novel Trajumas dengan nilai_nilai moral yang terkandung di dalamnya--yang diungkapkan melalui simbolisasi judul dan teknik penceritaan yang unik tersebut--merupakan simbolisasi karya sastra yang mengemban tugas untuk menghibur; mengajarkan; dan menggerakkan pembaca ke arah kebaikan secara khas dalam konteks moralisasi ke-Jawa-an."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11717
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erwin Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna semiotik yang terdapat dalam novel Anomiekarya Rilda A.Oe. Taneko. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan pendekatan semiotic Pierce yang meliputi ikon, indeks dan simbol. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah novel Anomiekarya Rilda A.Oe. Taneko dengan mengamati data-data ikon, indeks dan simbol yang tercermin dalam kutipan-kutipan tersebut, dan beberapa buku yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Teknik pengambilan data menggunakan teknik studi pustaka. Permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi ikon, indeks dan simbol semiotik yang terdapat dalam novel Anomiekarya Rilda A.Oe. Taneko, dan (2) mendeskripsikan ikon, indeks dan simbol semiotik yang terdapat dalam novel Anomiekarya Rilda A.Oe. Taneko. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa novel Anomie karya Rilda A.Oe. Taneko terdapat simbol semiotik yang meliputi ikon berupa lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan tempat hiburan. Indeks dalam novel ini berupa kekuasaan, keserakahan, kesombongan dan kekhawatiran tokoh-tokohnya. Simbol pada novel ini meliputi simbol kekayaan, simbol pengorbanan, dan simbol cinta kasih."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
810 JEN 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Monetta
"Rou Pu Tuan ditulis pads masa menjelang keruntuhan dinasti Ming, Novel ini dikenal sebagai salah satu novel erotik dalam kesusastraan klasik Cina karena mengetengahkan banyak adegan seks secara rinci. Pembahasan masalah moral novel Rou Pu Tuan bertujuan mengungkapkan segi pendidikan moral dari novel erotik tersebut. Penulisan skripsi ini memakai metode penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku tentang sejarah, moral dan kesusastraan klasik Cina balk yang umum maupun yang khusus mengenai dinasti Ming (1368-1644). Hasil akhir dari pembahasan mengenai moral dalam novel erotik berjudul Rou Pu Tuan ini adalah : Rou Pu Tuan muncul sebagai reaksi penulis terhadap situasi kacau menjelang keruntuhan Ming, Perilaku Para kerusakan moral dalam tubuh pemerintah dan rakyat khususnya yang masuk dalam golongan cendekiawan. Dengan kata lain, lewat novel ini pengarang mengkritik sikap pemerintah dan para cendekiawan. Rou Pu Tuan merupakan alert pengarang untuk menyampaikan amanat serta peringatan pada para pembaca untuk memperbaiki sikapnya karena ada bahaya yang mengintai bangsanya, Penggambaran adegan seks secara rinci dalam novel Rou Pu Tuan sebenarnya bukanlah hal yang luar biasa bagi para pembaca mass itu. Novel-novel seperti Rou Pu Tuan ternyata saat itu sangat digemari dan para pembacanya umumnya terdiri dari golongan atas dan kalangan terhormat..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`Luam Mantsura
"Di dalam kesusastraan Rusia, Leo Tolstoy merupakan seorang sastrawan yang ahli dalam menyelami jiwa manusia. Selain itu ia pun dikenal dengan pemahamannya yang mendalam mengenai tujuan hidup manusia berdasarkan agama yang dianutnya. Novel Kreutaer Sonata merupakan salah satu bukti kehebatan Leo Tolstoy dalam mengungkapkan mental seorang manusia melalui karakter tokoh yang diciptakannya.
Skripsi ini bertujuan untuk menguraikan prilaku moral tokoh yang terdapat dalam novel melalui ujaran tokoh dan penokohan, yaitu prilaku moral yang bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia untuk menjalani hidup.
Novel Kreutzer Sonata ini menarik untuk dipahami sebagai perbandingan terhadap kondisi masyarakat saat ini. Nilai-nilai moral yang berlaku pada masa dimana Leo Tolstoy hidup (1828-1910), khususnya yang menyangkut mental seorang manusia, Tolstoy dengan kejeliannya melihat dalam masyarakat sekitarnya terdapat pengaruh prilaku terhadap jiwa manusia dalam menjalani kehidupan, hal ini salah satu alasan Tolstoy menulis Kreutzer Sonata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S14869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, S.
Jakarta: Bumi Aksara, 2000
371.102 NAS d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Khairunnisa Rahmat
"Di dalam Novel Trah, Atas S. Danusubroto menyampai beberapa nilai kehidupan melalui perjalanan Tilarsih. Secara implisit, novel Trah menceritakan pesan moral berupa kritik sosial-moral yang ada di masyarakat Indonesia. Peneliti melakukan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan, bagaimana kritik sosial-moral yang terjadi di dalam novel Trah dan menjawab bagaimana penggambaran peristiwa yang dilalui oleh para tokoh dengan meninjau konteks moral. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk membuktikan adanya kritik sosial-moral yang terkandung di dalam novel Trah, serta mengungkap fakta-fakta bahwa Tilarsih dapat bangkit di dalam kehidupannya karena telah kembali pada pemahaman etika Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra dengan teori penokohan menurut Nurgiyantoro yang didukung dengan konsep etika Jawa dari Franz Magnis-Suseno. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan tahapan, seperti: (1) pembacaan korpus data, (2) pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik studi pustaka, (3) menganalisis data yang sudah dikumpulkan, (4) membuat kesimpulan penelitian. Hasil kesimpulan dari penelitian ini, yang pertama diperoleh berdasarkan analisis mengenai teori penokohan nurgiyantoro. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa Tilarsih dapat bangkit dalam keterpurukannya karena telah kembali pada pemahaman etika Jawanya. Fakta ini dibuktikan melalui analisis memakai teori penokohan Nurgiyantoro dan didukung oleh konsep etika Jawa dari Franz Magnis-Suseno.

In the Novel Trah, Atas S. Danusubroto achieves several life values through Tilarsih's journey. Implicitly, the novel Trah tells a moral message in the form of socio-moral criticism in Indonesian society. The researcher conducted this research to answer the question, how is the social-moral criticism that occurs in the novel Trah and how to describe the events that the characters go through by observing the moral context. The purpose of this research is to prove the existence of socio-moral criticism contained in the novel Trah, and to reveal the facts that Tilarsih can rise in her life because she has returned to an understanding of Javanese ethics. This study uses a literary criticism approach with the theory of characterizations according to Nurgiyantoro which is supported by the Javanese concept of ethics from Franz Magnis-Suseno. The method used in this study is a qualitative research method with stages, such as: (1) reading the corpus of data, (2) data collection using literature study techniques, (3) analyzing the data that has been collected, (4) making research conclusions. The conclusions from this study, the first obtained based on an analysis of Nurgiyantoro's characterization theory. In this study it has been proven that Tilarsih was able to rise from her slump because she had returned to her understanding of Javanese ethics. This fact is proven through analysis using Nurgiyantoro's characterization theory and supported by the Javanese concept of ethics from Franz Magnis-Suseno."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kemala Arum Dityasih
"Penelitian ini menganalisis novel Sabtu Bersama Bapak karya Adhitya Mulya. Penelitian ini menggunakan pendekatan intrinsik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Penelitian ini membahas mengenai unsur intrinsik novel berdasarkan tema, alur, tokoh, latar, dan amanat atau nilai moral dalam keluarga pada novel Sabtu Bersama Bapak. Aspek moral seperti, kejujuran, bertanggung jawab, kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan.

This research is analyzes novel Sabtu Bersama Bapak by. This research is used the intrinsic approach. This research is a qualitative descriptive analysis method. This research is discusses about the intrinsic elements in the novel based on theme, plot, characters, background and setting, and moral values in family on novel Sabtu Bersama Bapak. The moral values or moral aspects which discusses in this research are honesty, responsible, loyalty, braveness, and sacrifice.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S60083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Arivia Effendi
"Di permukaan novel, The Name of The Rose menceritakan suatu cerita detektif yang menegangkan, karena menyajikan liku-liku pengungkapan pembunuhan di biara Melk, sebelah utara Itali, dan sekaligus menyuguhkan latar belakang abad Pertengahan lengkap dengan polemik agama dan politiknya. Namum ketika kita te rus mengikuti diskusi yang terjadi di antara tokoh-tokoh utama di dalam novel seperti William of Baskerville (seorang biarawati) dan Adso (muridnya), kita segera mengerti bahwa terdapat diskusi yang lebih fundamental dari sekadar ingin menyuguhkan suatu cerita, akan tetapi terdapat suatu diskusi semiotik yang intens. Jadi, bukan suatu kebetulan Eco membangun ceritanya lewat cerita detektif-kriminal yang penuh dengan tanda- karena dengan cerita yang demikian nalar abduktif dalam model abduktif-detektif, yang seluruh pembahasannya berada di wilayah filsafat. Penalaran abduktif diperkenalkan oleh filsuf Amerika, abad XX, Charles Sanders Peirce dalam teori tandanya. Pada dasarnya teori semiotik yang disuguhkan Eco dalam novelnya adalah upayanya untuk memperlihatkan penerapan semiotik dalam memecahkan pembunuhan yang terjadi dan upaya untuk mengerti pemikiran kaotis abad pertengahan yang otoriter dan statis. _ Kita berpikir dalam tanda_, demikian Peirce mengatakan, dan hanya melalui proses pertandaan, manusia masuk dalam ritme semiosis _ yang menjawab pertanyaan _bagaimana manusia berpikir?_ dan implikasi epistemologisnya dari _ Bagaimana kita mengetahui realitas?_. Upaya untu menjawab pertanyaan _ Bagaimana kita mengetahui realitas?_ adalah pada dasarnya untuk memperlihatkan akar dari tanda. Eco di sini memulai diskusinya dari para filsuf Yunani dan para filsuf abad Pertengahan yang pada dasarnya memulai pertanyaan dengan _ Apakah sebenarnya realitas itu?_ Diskusi ini membawa kita pada persoalan substansi universalisme, nominalisme, dan realisme. Diskusi ini juga memperkenalkan kita pada pemikiran-pemikiran Aristoteles, Ockham, Abelard, dan Bacon. Namun pada diskusi selanjutnya kita mengerti kemudian bahwa Eco bukan saja ingin mempertanyakan _Bagaimana kita mengetahui realitas?_ (lewat perdebatab semiotik) dan _apakah realitas itu?_ (lewat perdebatan filsafat). Eco meneruskan pertanyaannya pada _Apakah realitas itu sendiri ada?_ Bagi Eco sendiri realitas merupakan suatu sistem pertandaan yang mempunyai keterkaitan teks antar teks, di sini Eco sibuk dengan perdebatan-perdebatan Postmodern."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S16186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>