Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiarto Arif Santoso
"
ABSTRAK
Dalam bahasa Jawa ada sebutan untuk percakapan yang mengandung kata-kata kasar, keji dan kotor yaitu pisuhan. Secara harafiah pisuhan berarti cacian atau makian. Pisuhan ini sering muncul dalam percakapan informal baik di lingkungan masyarakat maupun di pesawat radio dan televisi. Herawati (1987; 2) dalam penelitiannya mendapatkan sejumlah kata-kata pisuhan yaitu dari lingkungan yang berpendidikan tinggi, dari keluarga priyayi, dari orang-orang yang berasal dari desa, dan dari golongan yang tidak berpendidikan, serta orang-orang yang berprofesi rendah seperti tukang becak, sopir, makelar, kenek, dan sebagainya.
Kehadirannya di pesawat radio dan televisi juga menandakan bahwa pisuhan sebagai fenomena kebahasaan -dalam hal ini kebahasaan Jawa- secara sadar atau tidak sadar telah dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pisuhan banyak berperan sebagai bumbu komunikasi tidak resmi seperti dalam percakapan antarkawan, antarsejawat, antarkolega dan sebagainya. Sedangkan dalam komunikasi resmi seperti di kelas, seminar atau forum ilmiah pisuhan jarang sekali dipakai, namun bukan berarti tidak pernah ada dalam komunikasi resmi, ada tetapi jumlahnya sedikit.
"
1998
S11639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Adhianingsih
"Skripsi ini merupakan salah satu dari sedikit banyak hasil penelitian atas iklan radio berbahasa Indonesia. Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik untuk menganalisis tuturan yang dituturkan oleh penuturnya. Di samping itu, penulis juga menganalisis partikel-partikel fatis yang ada di dalam tuturan. Daya ilokusi yang muncul dalam penelitian ini berjumlah empat belas jenis, yaitu memberitahu, berargumentasi, meminta penjelasan, memerintah, meminta, mengusulkan, meminta informasi, memberi nasihat, menjamin, memuji, mengeluh, menyindir, memutuskan, dan membuktikan, sedangkan partikel fatis yang muncul adalah ayo, deh, dong, halo, kan, kok, lho, nah, nih, sih, toh, tuh, dan ya. Salah satu hal yang menarik dari penelitian ini adalah daya ilokusi dan partikel-partikel fatis dapat saling berkombinasi.
Hasil dari penelitian sederhana ini, penulis menemukan pemakain daya ilokusi memberitahu yang lebih dominan dibandingkan dengan memuji dan menjamin. In iterjadi mungkin disebabkan oleh kebudayaan orang Indonesia, umumnya, dan pengkilan khususnya, yang malu menunjukan kelebihan produknya dibandingkan produk lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rochmalia Yudhiyanti
"Skripsi ini membahas daya ilokusi dalam artikel horoskop pada majalah Brigitte edisi nomor 4 (30 Januari-12 Februari 2008) sebagai sumber data. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan daya ilokusi yang terdapat dalam artikel horoskop tersebut. Pada akhir penelitian, diketahui bahwa daya ilokusi yang paling banyak muncul dalam artikel horoskop adalah pernyataan karena banyak tuturan yang lebih banyak bersifat menyatakan.

The focus of this study is illocutionary force in horoscope in Brigitte Magazine Nr. 4 (30 Januari-12 Februari 2008) as source of data. The purpose of this study is to found any illocutionary force in horoscope. The result of this study shows that the most number of illocutionary force is statement because many speech is more stating."
2009
S14591
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Endah Astuti
"Penelitian ini membahas tentang makna dan maksud yang terkandung dalam panyandra bahasa Jawa. Panyandra adalah salah satu ungkapan dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan suatu hal atau suatu keadaan dengan jalan membandingkannya. Dua hal yang dibandingkan berupa referen pebanding dan referen pembanding. Permasalahan yang menjadi dasar penelitian ini adalah referen pembanding apa saja yang digunakan sebagai perbandingan dalam panyandra, lalu persamaan komponen apa saja sehingga kedua referen tersebut dibandingkan dan maksud apa yang terkandung dalam ungkapan panyandra. Data Panyandra yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari buku-buku Paramasastra Bahasa Jawa, yaitu Ngengrengan Kasusastran Jawi, Ringkes Mentes, Titi Basa, Sapala Basa Jawa, dan Memetri Basa Jawa II. Penelitian ini menggunakan teori referensial, yaitu segi tiga Odgen Richards, kemudian teori analisis komponen makna menurut Widdowson dan teori Ilokusi menurut Searle. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa panyandra digunakan oleh orang Jawa sebagai sarana untuk menggambarkan suatu hal atau keadaan dengan cara membandingkannya dengan benda-benda alam yang ada di lingkungan mereka. Panyandra digunakan untuk maksud memuji, menyatakan kemarahan dan mengecam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jahdiah
Jayapura: Kibas Cenderawasih, 2018
JIKK 15:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rigelina S.P.
"Skripsi ini menganalisis tindak lokusi , tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam komik Hagar. Tujuannya adalah untuk melihat hubungan antara tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam masing-masing cerita komik Hagar, menganalisis apakah terjadi ketidaksesuaian antara tindak ilokusi dan tindak perlokusi dan penyebab ketidaksesuaian tersebut, serta apa penyebab kelucuan di dalam masing_-masing cerita.
Dari kelima cerita yang menjadi korpus data, dua cerita merupakan cerita dimana tindak ilokusinya menghasilkan tindak perlokusi yang sesuai, satu cerita merupakan cerita dimana tindak perlokusi yang muncul tidak dapat sepenuhnya memenuhi tindak ilokusinya, satu cerita lain merupakan cerita dimana tindak perlokusi yang muncul merupakan tindak ilokusi yang tidak diharapkan, sedangkan dalam satu cerita terakhir, tidak ada tindak perlokusi yang terjadi, karena cerita tersebut, merupakan sebuah monolog.
Ketidaksesuaian antara tindak ilokusi pembicara dan tindak perlokusi mitra bicaranya hanya terdapat pada cerita pertama, yang disebabkan karena situasi dimana ada pihak yang merasa berkepentingan terhadap isi pembicaraan pembicara dengan mitra bicaranya, walaupun pihak tersebut sebenarnya berada di luar pembicaraan itu. Di dalam tiga cerita lainnya, tindak perlokusi yang terjadi adalah tindak perlokusi yang sesuai dengan tindak ilokusinya. Sedangkan di dalam satu cerita terakhir, tindak ilokusi pembicara tidak menghasilkan tindak perlokusi, karena di dalam cerita ini si pembicara tidak memiliki mitra bicara.
Kelucuan terjadi di dalam semua cerita. Kelucuan itu terjadi karena reaksi yang terjadi pada mitra bicara si pembicara. Akan tetapi, khusus untuk satu buah cerita yang merupakan monolog, kelucuan terjadi karena reaksi yang terjadi pada diri si tokoh sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan Puspa Negara
"Skripsi ini membahas tentang dialog yang terjadi antara dua tokoh yaitu Charlie Kenton dan Max Kenton dalam film ?Real Steel? yang disutradarai oleh Shaun Levy. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, penulis meneliti apakah penggunaan kalimat dalam dialog yang dipakai oleh kedua tokoh tersebut mampu mencapai tujuannya. Selain itu, penulis juga meneliti efek yang terjadi mengenai hubungan antara kedua tokoh tersebut setelah penggunaan kalimat dalam dialog tersebut diujarkan.
Penulis akan menganalisa dialog dengan mengacu pada teori ilokusi kompetitif Leech yang merupakan ilokusi dengan menggunakan tipe kesopanan negatif. Temuan dari penelitian ini adalah penggunaan ilokusi kompetitif ternyata tidak terlalu efektif apabila digunakan dengan maksud agar mitra tutur menuruti ujaran dari penutur. Selain itu, penggunaan ilokusi kompetitif ternyata terbukti membuat hubungan antara kedua tokoh tersebut menjadi renggang.

This research explores the dialogue between the two characters which are Charlie Kenton and Max Kenton in the film Real Steel directed by Shaun Levy. The method used in this research is descriptive qualitative. Through this research, the writer observes whether the use of the sentences uttered in the dialogue between those two characters reach its purpose. The writer also observes the effect of the sentences uttered on the relationship between the two characters.
The writer analyses the dialogue by applying Leech's competitive illocution theory which explains illocutions by using negative politeness concept. This research finds that the use of the competitive illocution is not effective if it is used with a purpose of making the hearer obey the speaker. The use of competitive illocution also proves that it makes the relationship between the two characters become distant.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43384
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Aulia Shabira
"Penggunaan kata-kata kasar dalam sehari-hari sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat, terlepas dari penggunaan kata kasar tersebut dalam maksud negatif maupun netral. Kata kasar dalam bahasa Belanda terbagi menjadi dua yaitu vloeken (kutukan) dan schelden (makian). Dalam penelitian ini, kata kasar dikaji melalui tindak tutur yang menunjukkan ilokusi ekspresif kekesalan dalam kalimat atau kata yang diucapkan oleh tokoh-tokoh dalam film Ferry (2021). Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan peran konteks dalam identifikasi tindak tutur yang diungkapkan melalui ekspresi kekesalan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori tindak tutur J. L. Austin yang kemudian dikembangkan kembali John R. Searle. Hasil penelitian ini menunjukkan konteks percakapan berperan besar dalam identifikasi bentuk tindak tutur yang diungkapkan melalui kata-kata kasar untuk mengekspresikan kekesalan. Seperti pada kata godverdomme, kata tersebut termasuk ke dalam bentuk tindak tutur ekspresif yang biasa diungkapkan melalui mengutuk. Namun, apabila kata tersebut terletak pada kalimat help me godverdomme recht! dengan konteks memerintahkan seseorang untuk melakukan sesuatu maka bentuk tindak tutur berubah menjadi direktif yang diungkapkan melalui memerintah.

The use of profanity in everyday life has become commonplace in society, regardless of whether they are used in a negative or neutral sense. Profanity in Dutch are divided into two, namely vloeken (curses) and schelden (harsh). In this study, Profanity are studied through speech acts that show expressive illocution of annoyance in sentences or words spoken by characters in the movie Ferry (2021). The purpose of this study is to show the role of context in the identification of speech acts expressed through expressions of annoyance. The method used in this research is the descriptive qualitative method by using J. L. Austin's speech act theory which was then developed again by John R. Searle. The result of this research shows that the context of conversation plays a big role in identifying the form of speech acts expressed through harsh words to express annoyance. As in the word godverdomme, the word is included in the form of expressive speech acts that are usually expressed through cursing. However, if the word is located in the sentence help me godverdomme recht! with the context of ordering someone to do something then the form of speech act changes to directive which is expressed through commanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatika Nurul Fajrina
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas klasifikasi tindak ilokusi dalam film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban berdasarkan klasifikasi tindak ilokusi Searle (representatif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi) dan untuk mengetahui konteks yang digunakan dalam ujaran-ujaran karakter. Data dikumpulkan dengan menonton film, membaca naskah, dan kemudian menjelaskan konteks dan klasifikasi tindak ilokusi. Data dibatasi menjadi sepuluh data. Dari analisis, ditemukan bahwa ada lima jenis tindak ilokusi yang digunakan oleh karakter-karakter dalam film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban. Adalah representatif (menegaskan, melaporkan, menyimpulkan), direktif (memerintah, mempertanyakan, memohon), ekspresif (memuji), komisif (menjanjikan) dan deklarasi (menyatakan).

The research aims to discuss the classification of illocutionary acts in Harry Potter and the Prisoner of Azkaban based on Searle?s illocutionary acts classifications ( representative, directive, commisive, expressive and declaration) and to find out the context used in the utterances of the characters. The data were collected by watching the movie,reading the script, and then describing the context and the classification of illocutionary acts. The data are limited to ten data. From the analysis, it is found that there are five types of illocutionary acts used by the characters in Harry Potter and the Prisoner of Azkaban. They are representative (asserting, reporting concluding), directive (commanding, questioning, requesting), expressive (praising), commisive (promising) and declaration (declaring).
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>