Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50396 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eviati Suhaimi
"Ditinjau dari penggunaan sudut pandang yang dipergunakan pengarang dalam sejarah kesusastraan Indonesia, tampak adanya perubahan sejak awal kemunculan novel-novel dalam sastra Indonesia hingga saat ini. penggunaan sudut pandang yang dipergunakan pengarang Y.B. Mangunwijaya dalam novel Burung-burung Manyar merupakan salah satu oontoh perubahan penggunaan sudut pandang yang menunjuk ke masa kini.
Novel ini menarik untuk diteliti karena sudut pandang berganti-ganti yang digunakan pengarang dalam novel tersebut. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti peran sudut pandang bagi keberhasilan Burung-Burung Manyar sebagai sebuah karya sastra. Sebagai penelitian awal mengenai sudut pandang yang masih sangat jarang dilakukan orang, dapatlah kiranya skripsi ini dipandang sebagai umpan para peminat sastra untuk meneliti masalah sudut pandang lebih jauh lagi"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Anwar
"Novel Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya adalah karya penting dalam kesusastraan Indonesia. Novel itu sudah mengalami beberapa kali cetak ulang. diteriemahkan ke dalam sejumlah Bahasa. dibicarakan para kritikus. dan mendapatkankan sejumlah penghargaan. Novel Burung-burung Manyar akan dikaji dalam tesis ini dengan permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimanakah kedudukan dan pesan setiap tokoh dalam novel yang diteliti?
2). Bagaimanakah tokoh, khususnva tokoh utama. memandang masalah kebangsaan?
3). Bagaimanakah kaitan antara gagasan kebangsaan dalam novel yang diteliti dengan gagasan kebangsaan Sutan Sjahrir yang terdapat dalam esei-esei 8 intelektual Indonesia dan 6 esei Mangunwijaya? Berpijak pada tiga masalah itu, intinya tesis ini bertujuan menemukan gagasan kebangsaan Indonesia dalam novel Burung-burung Manyar kaitannya dengan gagasan kebangsaan dalam 6 esei Mangunwijaya dan 8 esei intelektual Indonesia yang membahas pemikiran Sutan Sjahrir. Adapun basil penelitian adalah seperti di bawah ini.
Teto dan Atik adalah penggerak cerita novel Burung-burung Manyar karya Y.B. Mangumwijava. Novel itu mengisahkan perjalanan dua manusia yang sama-sama memiliki cita-cita (karsa) memperjuangkan sesuatu yang diyakininva. Selain menggerakkan cerita;. Teto dan Atik menggulirkan gagasan kebangsaan Indonesia. Baik dar segi peran yang dimainkan maupun gagasan kebangsaan yang digulirkannya, kedua tokoh utama ini memiliki persamaan dan perbedaan.
Teto dan Atik sama-sama memperjuangkan kemerdekaan manusia baik sebagai individu maupun sebagai bangsa. Mereka percaya pada rasionalitas untuk menyelesaikan masalah, terutama dalam mempejuangkan kemerdekaan manusia dan mengenyahkan mental fasis Jepang dan feodal Jawa. Mereka menolak segala bentuk penindasan dan menghargai kesetaraan dengan landasan nilai kemanusiaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T37515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, 1929-1999
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2016
899.221 YUS b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Waluyo
"Burung-bur ung Manyar (BBM) and Durga Umayi (DU) show several similarities and differences in expressing social moralities. The development of moralities is originated from the position of the palace as the social patron (BBM). Meanwhile, in DU patriarchal moralities are originated from the Javanese, Hindu and Semitic culture.
Larasati tries to liberate Mrs. Naya and Mrs. Ranu from the oppression of feudalistic moralities with her egalitarian attitude (BBM). Meanwhile, DU states that the national ideology functions as the human liberation from the oppression of feudalistic morality.
Indonesian military is on the opposite of the Dutch-Indies, however, both use violence to monopolize the truth. Both the military groups regard the "evil-virtue" value from their position as "friend and foe" criteria.
Teto and Atik along with the peasants launch the criticism against the authoritarian commanding morality. It is evoked on the text that the woman is in the most oppressed position of this morality (BBM).
The minor characters, which belong to the Javanese ethnic tribe, come from the low social stratification. They are morally oppressed by the evidence that they believe in commanding morality as taught in the Javanese ethics. The morality of a knight is shown by Teto and Brajabasuki, meanwhile the humanistic morality is shown by Sutan Sjahrir. DU test shows that the genetic morality is developed by the New Order. Giving the nickname PKI ( the member of Indonesian Communist Party), the new order successfully "killed" one's destiny.
Both BBM and DU shows Mangunwijaya craftsmanship in his attempt to point forward the genetic morality criticism toward his society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T10180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Badhernus Solakira
"Penerjemahan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam era informasi ini. Di katakan demikian karena pertukaran informasi yang menjadi ciri era informasi hanya dapat dilakukan apabila ada kegiatan penerjemahan. Dalam hal ini penerjemahan dilihat sebagai proses pengalihan informasi atau pesan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Bahasa asal terjemahan dinama.kan bahasa sumber, sedangkan bahasa hasil terjemahan disebut bahasa sasaran. Tujuan setiap penerjemah adalah menghasilkan suatu terjemahan yang baik. Artinya terjemahan yang di hasilkan harus tetap mengandung pesan atau makna yang sama seperti makna yang tordapat dalam bahasa asalnya. Selain itu, hasil terjemahan itu harus wajar menurut bahasa sasaran, baik kaidah tata bahasanya maupun pemilihan unsur leksikalnya. Untuk menghasi1kan terjemah_an yang baik ini penerjemah dapat melakukan pergeseran pergeseran struktur gramatikal. Maksudnya, penerjemah dapat meninggalkan bentuk bahasa sumber dan menggunakan bentuk bahasa sasaran. Dengan demikian, bentuk bahasa hasil terjemahan bisa sangat berbeda dengan bentuk bahasa aslinya.Pergeseran struktur terjadi pada tataran-tataran gramatikal, mulai dari tataran morfem sampai tataran kalimat. Pergeseran-pergeseran tersebut disebabkan karena setiap bahasa itu unik. Cara mengemas komponen-komponen makna berbeda-beda pada setiap bahasa. Karena setiap penerjemah harus mempertahankan makna bahasa asli dalam bahasa sasaran, maka pergeseran struktur tidak dapat dihindarkan dalam penerjemahan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Morita
"Telaah terjemahan unsur-unsur leksikal bahasa Jawa ke dalam bahasa Inggris ini bertujuan untuk membuktikan bahwa perbedaan latar belakang budaya antara dua bahasa akan menimbulkan masalah bagi penerjemah dalam mencari padanan yang tepat. Di samping itu, telaah ini bertujuan pula untuk membuktikan bahwa dalam setiap kegiatan terjemahan hampir selalu terjadi pergeseran makna atau pergeseran struktur. Data yang berupa unsur-unsur leksikal bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Inggris diambil dari roman Burung-Burung Manyar karya Y.L. Mangunwilaya, beserta terjemahannya dalam bahasa Inggris, yaitu The Weaverbirds yang dialihbahasakan oleh Thomas M. Hunter. Pemilihan data untuk analisis dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa unsur-unsur leksikal bahasa Jawa ter-rebut telah mewakili seluruh unsur leksikal bahasa Jawa yang terdapat dalam roman tersebut, dan telah mencerminkan latar belakang budaya dan masyarakat Jawa. Analisis dilakukan dengan melihat dan membandingkan komponen makna yang dimiliki oleh masing-masing unsur leksikal bahasa Jawa dan terjemahannya dalam bahasa Inggris. Penulis juga menelaah cara-cara yang dipakai oleh penerjemah dalam mengalihkan isi pecan teks somber ke dalam bahasa sasaran, Berta kemungkinan pergeseran yang teriadi akibat digunakannya cara-cara tersebut. Analisis ini memperlihatkan bahwa ada tiga buah cara menerjemahkan yang terdapat di dalam The Weaverbirds, yaitu; 1) modifikasi kata generik, 2) modifikasi kata asing, dan 3) padanan pengganti kebudayaan. Dua cara pertama digunakan terutama untuk unsur-unsur leksikal yang tidak ada padanannya di dalam bahasa Inggris. Sementara itu, timbulnya pergeseran makna dan struktur dapat dipahami, karena adanya perbedaan kebudayaan yang melatarbelakangi bahasa Sawa dan bahasa Inggris."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Laksmi Winarni
"Determinasi seks. merupakan syarat lautlak dalam program penangkaran burung. . Hal tersebut akan sulit dilakukan pada jenis-jenis yang tidak menampakkan adanya dimorfisme seksual. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk.determinasi seks suatu individu adalah analisis , kromosom seks dengan teknik kultur darah; Pada'penelitian ini, teknik kultur darah whole blood menurut metode Belterman & De Boer yang mengalami modifikasi diterapkan untuk memperoleh sediaan kromosom burung merpati {Columba livia L.) dan burung betet {Psittacula alexandri (L.)). Sampel darah dikultur selama 72 jam untuk mendapatkan sediaan kromoSom metafase. .Sediaan kromosom tidak diperoleh dari kultur darah P. alexandri. Dari.sediaan kromosom C. livia yang diperoleh, kromosom seks dapat diidentifikasi sehingga jenis kelaminnya dapat ditentukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik kultur , darah whole blood modifikasi dapat dipakai dalam determinasi seks suatu individu burung, tetapi teknik tersebut memerlukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk menguraikan berbagai interaksi yang mempengaruhi proses pembuatan sediaan kromosom."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Saryanthi
"ABSTRAK
Determinasi seks pada burung-burung monomorfik dapat dilakukan
melalui identifikasi kromosom seks pada sediaan kromosom yang diperoleh
dengan metode feather-pulp. Pada penelitian ini telah diterapkan metode
feather-pulp dari Shoffner et al. (1966) dengan modifikasi penambahan
kolkisin secara in vivo dan in vitro. Percobaan dilakukan pada salah satu
jenis burung Psittacidae, yaitu betet Psittacuia aiexandri {L), dan sebagai
pembanding digunakan burung merpati Coiumba iivia L. Sediaan kromosom
tidak diperoleh dari feather-puip betet. Dari sediaan kromosom merpati yang
diperoleh melalui penambahan kolkisin in vivo, kromosom seks dapat
diidentifikasi sehingga jenis kelaminnya dapat ditentukan. Dari hasil
penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa modifikasi metode feather-puip
dapat digunakan untuk determinasi seks burung, tetapi metode ini masih
perlu disempurnakan lebih lanjut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mukhanif Yasin Yusuf
"ABSTRAK
Sebagai sebuah karya, karya sastra tidak terelakkan lagi untuk keluar dari situasi dan kondisi nyata produksinya. Karya sastra tidak dapat berdiri absolut sebagai kesatuan yang otonom, selalu ada faktor dari luar yang ikut mempengaruhinya. Faktor sosial yang ada di sekitar pengarang memiliki peran untuk memberikan karakteristik dalam karya sastranya, disamping mempengaruhi pengarang. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memberi khasanah baru dalam khasanah disiplin keilmuan terkait isu difabel agar tidak stagnan pada bidang ilmu eksak dan ilmu sosial, tetapi juga seni dan sastra. Oleh karena itu, penelitian suatu karya sastra menempatkan pula faktor di luar karya sastra. Dalam penelitian ini digunakan novel Biola Tak Berdawai karya Seno Gumira Ajidarma yang dikembangkan dari skenario film berjudul sama karya Sekar Ayu Asmara. Pemilihan objek penelitian ini didasari oleh faktor tokoh utama yang seorang difabel dan peneliti ingin memberikan khasanah baru dalam penelitian karya sastra yang fokus melihat dari sudut pandang difabel yang masih minim perhatian. Posisi difabel dalam masyarakat khususnya di Indonesia, masih dalam kedudukan rentan sosial dan minoritas menjadi daya tarik peneliti untuk melihat bagaimana fenomena ini digambarkan dalam karya Sastra. Dengan menggunakan pendekatan teori sosiologi sastra Ian Watt, Biola Tak Berdawai tidak jauh berbeda dengan karya Seno lainnya yang melemparkan gagasan kritis terhadap realitas sosial. Latar belakang sosial Seno yang sekaligus sebagai wartawan melemparkan gagasan kritisnya terkait kondisi difabel yang masih mendapat stigma negatif dari masyarakat. Cerminan sosial dalam novel tidak jauh berbeda dengan realitas yang terjadi di Indonesia, dimana ideologi kenormalan menyumbangkan berbagai bentuk ketidakadilan terhadap difabel. Difabel masih dianggap sebagai individu yang cacat, sebagai kutukan Tuhan, dan sebagai sumber aib bagi keluarga. Pendobrakan terhadap realitas yang ada, dilakukan pengarang lewat tokoh utama Aku yang difabel dengan menyajikan fakta bahwa difabel memiliki kemampuan yang berbeda, tetapi masyarakat masih belum memahaminya karena sudah terlanjur terjebak pada stigma negatif terhadap difabel."
Yogyakarta: Pusat Layanan Difabel (PLD), 2015
370 JDSI 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>